jadi, TDWP resmi update tiap sabtu jam 00.01 WIB ya mulai skrg. Enjoy!
.
.
Seluruh persediaan bir yang ada Harry habiskan dalam kurun waktu tiga hari. Sebanyak 37 botol kosong tersebar di berbagai sudut. Tidak hanya itu saja, ruang tengah yang biasanya dipenuhi dengan harum pohon pinus kini sudah berubah menjadi campuran bau alkohol dan tembakau. Harry benci untuk mengakui ini, tapi kepergian Draco benar-benar membuat akal sehatnya menghilang.
Nada panggilan masuk dari Hermione lah yang menjadi alarmnya pagi ini. Tapi ia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menjawab panggilan itu, jadinya ia hanya membiarkan ponsel itu berdering tanpa meraihnya. Ia hanya menatap layar telepon genggam yang masih berdering itu hingga panggilan itu terhenti.
Harry sebenarnya tidak ingin sahabatnya khawatir. Tapi ia tahu kalau Hermione sangat mengkhawatirnya. Buktinya wanita itu sudah memanggilnya sebanyak 43 kali, dan tidak satu pun ia angkat. Sudah jelas wanita yang bekerja sebagai Wakil Ketua Kantor Penggunaan Sihir Tidak pada Tempatnya itu sangat khawatir akan keadaan sahabatnya.
Harry tidak pernah suka merokok. Ia selalu benci jika pakaian yang ia kenakan terkena asap rokok dan meninggalkan bau nikotin. Tapi ternyata kepergian Draco membuat hal yang ia benci menjadi kegiatan pelariannya.
Saat ia melihat di dalam bungkus rokok tersisa 4 batang lagi, ia memilih untuk membuang semuanya tanpa pikir panjang. Dalam satu bungkus terdapat 16 batang, dan jika Harry tidak salah menghitung ia sudah membakar 28 batang rokok selama tiga hari. Ia bingung mengategorikan itu sebagai sebuah pencapaian atau bentuk keputusasaan.
Dengan baju yang belum diganti sejak ia keluar bersama Hermione dan Ron di hari ulang tahunnya, Harry mengutip semua botol bir. Botol-botol dan sampah-sampah lainnya ia kumpulkan ke dalam satu kantong besar. Sudah ia putuskan ia tidak akan melakukan hal-hal yang ia telah ia lakukan selama tiga hari ini.
Selesai dengan urusan botol dan sampah, ia masuk ke dalam kamar dan mengumpulkan sampah yang ada di ruangan yang sudah tak ia tempati selama tiga hari belakangan. Hanya ruangan inilah yang bebas dari bau alkohol dan tembakau. Entah itu hal yang harus dibanggakan atau tidak.
Harry membuka lemari besar yang ada di kamar itu. Lemari itu dapat disebut sebagai ruangan kecil di dalam kamar. Lemari yang merupakan alasan mengapa ia membeli flat ini dulunya. Lemari yang dilengkapi dengan berbagai rak dan laci, serta gantungan.
Harry membuka laci tempat Draco menyimpan barang-barangnya. Semua barang mantan kekasihnya itu masih di tempatnya. Tidak ada satu pun yang berkurang. Dan Harry yakin dalam minggu ini kemungkinan Draco akan kembali untuk mengambil barang-barangnya.
Mata Harry menangkap sehelai kain, tepatnya sebuah syal. Sebuah syal berwarna hitam, dengan huruf M berukuran kecil yang dibordir dengan benang perak di bagian ujung. Syal yang sama dengan syal yang diberikan oleh Draco saat mereka keluar pada tengah malam beberapa tahun yang lalu. Benda yang awalnya merupakan pemberian dari Mr. Malfoy kepada Narcissa sebelum wanita itu memberikan pada Draco.
Harry menimbang-nimbang, apakah ia harus menyimpan kain itu atau tidak. Draco memang sudah memberikannya padanya, yang artinya benda itu adalah miliknya sekarang. Namun benda itu memiliki kenangan yang terlalu indah, hingga dapat membuat Harry ingin menangis karena rasa sakit yang diberikan oleh pancaran keindahannya.
Harry akhirnya memutuskan untuk memasukkannya ke dalam sebuah kotak kardus. Kotak kardus di mana ia meletakkan pakaian-pakaian yang tidak akan dikenakannya lagi. Entah untuk dijual lagi, atau disumbangkan kepada tunawisma yang membutuhkan. Mungkin opsi kedua agar setidaknya orang lain dapat berbahagia meskipun Harry merasa sedikit tidak rela memberikan syal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Promised
Fanfiction📗BOOK 2 of Day Series📗 [STARTED AT 21st of JULY, 2021] . . Air mata mulai mengalir keluar dari kelabunya, membasahi pipinya. Harry tidak akan tahu Draco menangis kalau tidak melihat wajah pria itu. Suaranya tidak bergetar sama sekali. Harry mengul...