Hari Rabu telah tiba. Biasanya Harry tidak memiliki agenda apa pun, namun malam ini dia memiliki agenda. Ia akan menonton pertandingan Ginny malam ini, bersama dengan Ron, Hermione, dan juga Hector.
Sejak siang tadi Hermione sudah meneleponnya beberapa kali. Memastikan pria itu agar datang ke pertandingan Ginny sesuai dengan janjinya. Dan Harry berusaha untuk meyakinkan wanita itu bahwa ia benar-benar akan datang, dan mungkin akan datang bersama dengan seseorang. Ketika Hermione menanyakannya siapa gerangan, Harry langsung memutus sambungan telepon.
Satu hal yang Harry baru sadari, ia tidak tahu bagaimana cara menghubungi Hector. Ia tidak memiliki nomor ponselnya. Ia juga tidak tahu alamat pria itu. Mengirimkan pesan lewat patronus juga agaknya terdengar berlebihan.
Jadinya Harry memutuskan untuk menunggu saja, karena pria itu sudah berjanji akan menemaninya malam ini. Apakah ini sebuah kencan? Harry seratus persen yakin ini bukan kencan. Mereka hanya akan menghabiskan waktu bersama sambil menonton pertandingan Quidditch mantan kekasihnya. Tidak terdengar seperti kencan.
Saat Harry sedang sibuk bersiap-siap, pintu kamarnya terbuka. Menampilkan Remus dengan pakaian yang tidak terlihat seperti pakaian rumahan. Pria itu mengenakan kemeja berwarna putih, celana hitam panjang yang membalut kakinya dengan pas, serta sebuah sabuk yang melengkapi penampilannya.
"Kau mau ke mana?" tanya Harry sambil masih memilih pakaian.
Remus melangkahkan kakinya ke dalam kamar Harry. "Sirius mengajak makan malam di luar," jawab pria itu. Ia kemudian mendudukkan dirinya di ujung kasur Harry. "Ini sudah hari kelima kau pulang, dan kau masih belum menceritakan padaku."
Harry hanya mendengus pelan, berusaha agar Remus tidak mendengarnya. "Menceritakan apa?" tanya Harry tanpa melihat ke arah Remus.
"Apa pun itu," singkat pria dengan luka cakar di wajahnya itu. Ia bangkit dari duduknya, kemudian berjalan mendekat menuju Harry yang memunggunginya. "Aku tahu sesuatu telah terjadi. Aku hanya ingin mendengarkannya langsung darimu."
Harry hanya terdiam. Ia menghentikan kegiatannya mencari pakaian, atau lebih tepatnya berpura-pura mencari pakaian karena sebenarnya ia sudah menentukan pilihannya beberapa saat yang lalu.
"Kami telah berakhir," ucap Harry dengan suara yang tidak berekspresi sama sekali. Ia masih memunggungi Remus. "Moony, aku dan Draco telah berakhir."
Remus mendaratkan telapak tangannya ke bahu pemuda itu. Ia mencengkram pelan bahu itu, berusaha menguatkan si empunya bahu. "I'm so sorry that it didn't go well, Harry."
"Tak apa, Moony. Sungguh. Malah kurasa ini yang terbaik," ucap Harry berbohong.
"Kau tidak merasa sedih?" tanya Remus memastikan.
Harry menghela napasnya. Kali ini lebih keras sehingga Remus dapat mendengarkannya. Ia membalikkan tubuhnya sehingga mereka kini berdiri berhadapan. "Sedih? Tentu saja. Tapi, apa yang bisa kulakukan?" tanya pria itu sambil menatap dalam kedua mata Remus. "Tentu saja, tak ada yang bisa kulakukan," sambungnya kemudian berpaling dari hadapan Remus.
Harry tercekat begitu menyadari seseorang sudah berdiri di depan pintunya yang terbuka. Pria itu mengenakan setelan yang mirip dengan Remus, bedanya hanya kemeja yang ia kenakan berwarna krem. Rambut keritingnya ia tata dengan model kucir kuda. Pria itu adalah Sirius.
"Aku tadinya hanya ingin memberitahukanmu bahwa Hector sudah menunggumu di bawah," ucap Sirius sambil melangkahkan kakinya pelan. "Katakan padaku, bahwa yang dari tadi aku dengar tidak benar."
Harry sekali lagi merasa seperti ada anak panah yang menusuk dadanya. Ia tidak pernah tahu bahwa memberitahukan kenyataan adalah hal yang menyakitkan. Dan melihat Sirius yang berdiri dengan tatapan menyangkal membuatnya merasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Promised
Fanfiction📗BOOK 2 of Day Series📗 [STARTED AT 21st of JULY, 2021] . . Air mata mulai mengalir keluar dari kelabunya, membasahi pipinya. Harry tidak akan tahu Draco menangis kalau tidak melihat wajah pria itu. Suaranya tidak bergetar sama sekali. Harry mengul...