08; awal

8.9K 1.9K 224
                                    

percaya atau tidak, jeno sungguh menyeret renjun ke dalam salah satu sel dingin penjara dan pemuda manis itu bahkan masih tidak lunturkan senyuman dari bibir. mau seberapa parahnya haechan menangis mohon agar ia tetap tinggal untuk istirahat, renjun malah pilih patuhi titah sepihak sang raja dengan harapan bisa menyenangkan hatinya sedikit sebab itu juga tugasnya ’kan?

lagipula, renjun tahu jika jeno pun terganggu dengan keputusannya sendiri. bagaimana dia bisa yakin? tentu saja karena merpati pembawa pesan milik istana sering mampir hinggap ke jendela selnya, di kaki burung itu terdapat secarik kertas bertuliskan tidak jauh dari: ‘jangan buat masalah’

tidak romantis kalau boleh jujur, padahal renjun juga mau diperhatikan.

hari ini pun sama, seekor merpati hinggap membawa pesan namun isinya berbeda dari biasanya: ‘bagaimana kabar anda, permaisuri?’

renjun terdiam, ia tahu pesan itu bukan dari jeno karena tulisannya yang berbeda, agak sedikit bergelombang seperti ditulis dengan tangan tak stabil. “siapa yang mengirim ini?” di tengah keheranannya, kayu jeruji diketuk curi perhatian dan di hadapannya berdiri seorang pria berumur dengan senyum hangat.

“selamat datang kembali, yang mulia.. maaf hamba baru bisa menyambut anda sekarang.” katanya, lalu renjun panik amati sekitar bilakah ada saksi mata dirinya dipanggil demikian. ia tidak boleh biarkan jeno masuk ke dalam masalah baru.

“maaf, siapa kau kalau boleh tahu?”

“hamba kim jongdae, pengajar yang mulia raja sewaktu kanak-kanak.” benang ingatan renjun ditarik mundur, menyatukan fragmen-fragmen memori yang mungkin dulu pernah ia lupakan dan ia sampai pada sekilas wajah familiar. “tunggu--” benar, ia pernah bertemu pria ini sebelumnya, tapi di mana?

“yang mulia sudah ingat? dulu hamba juga sering berkunjung ke kuil shizen memenuhi amanat mendiang permaisuri untuk mengajar anda.”

“ah, benarkah? maaf aku lupa.. itu sudah agak lama.” pria berasma jongdae itu masih terus kulum senyum, merapikan sedikit jubah hijau tuanya agar tak terinjak saat melangkah lebih dekat. “pesan itu hamba yang menuliskan, maaf karena tangan ini mulai sering gemetaran, haha.

mereka dengan cepat hanyut dalam obrolan, bahkan renjun tidak tahu ke mana semua pengawal penjara pergi karena ia tak lihat satu pun sejak gurunya datang. “hamba akan bujuk yang mulia raja untuk membebaskan anda.”

“jangan, tidak perlu.. aku tidak mau kau juga terkena masalah.”

“apa yang harus hamba tanggung tidak lebih besar dari segala yang dibebankan di pundak anda, permaisuri.” jongdae berucap serius meski tidak menurunkan nada hormat, ia lihat renjun diam saja dan itu buatnya teringat masa ketika sang permaisuri masih kecil nan lugu.. masa-masa ketenangan. “aku tidak apa, jangan khawatir.”

“jika bukan sekarang, kapankah yang mulia raja harus tahu kebenarannya, permaisuri? semakin lama akan semakin berat untuk anda.” renjun menggeleng, ia sudah memutuskan bahwa masalah ini akan diselesaikannya sendirian tanpa bantuan siapa pun.

“tolong mengertilah, guru.. jika memang ingin membantu, biarkan aku lakukan semuanya sendiri.”

“permaisuri, raja berhak tahu karena ini menyangkut keberlangsungan negeri utara juga.”

“aku tahu, tapi biarkan aku yang nanti mengurusnya sendiri.” helaan napas panjang lolos, mungkin sang permaisuri tidak ingat namun jongdae begitu tahu kegigihan serta sifat keras kepala yang dimiliki sosok mungil itu.

“baiklah, tapi sebagai salah satu dari segelintir yang tahu kebenarannya, izinkan hamba tetap memantau dari jauh.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
禁断の皇后 | ft. NOREN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang