18; sang permaisuri

12.5K 1.9K 490
                                    

apdet malem gini pada mager baca ga sie?

°°°

mencari jalan keluar pastilah sulit, terlebih jika tidak tahu tempat di mana kita berada. demikian juga yang jeno rasakan, walau ‘dunia’ tempat ia berdiri sekarang nampak begitu damai nan indah, segalanya terasa makin ganjil karena sang baskara dan langit biru tak jua ada tanda-tanda ke senja. entah waktu yang berhenti, atau memang tidak ada malam di sini.. jeno tak mau ambil pusing.

“tempat macam apa ini sebenarnya?! apa aku hanya berjalan memutar?!” dengusnya kesal sembari bercekak pinggang lelah sewaktu iris gelap kembali disambut gazebo kayu tempatnya tadi bangun secara misterius. “tidak, aku tidak bisa istirahat.. aku harus cepat cari jalan keluar.” menggeleng halau suara-suara yang membisikkan kata agar ia menyerah, jeno bawa tungkainya kembali melangkah ke arah lain walau tapak kaki mungkin sudah lecet dipakai berjalan tanpa istirahat.

“dari tadi pembatas di sisi ini rusak, mungkin aku harus melewatinya.” sang raja muda lamat mengamati sisi pepohonan yang rindang dengan bekas jalan setapak ada di sela-selanya. dahi mengerut tipis, ia berpikir jika di sebelah sana adalah jalan keluar atau justru gerbang menuju keabadian. “kenapa aku malah ragu di waktu tidak tepat, ck!” tepat ketika ia disapa kegundahan khas remaja labil, sekelebat bayang nampak mengintip dari balik pepohonan dan jeno tidak bisa untuk menahan lidahnya dari refleks ucap sebuah nama.

“renjun!!” bayangan yang akhirnya tunjukan wujud lebih jelas sebagai sosok permaisurinya, tengah takut-takut bersembunyi. pada saat itu jeno seolah disadarkan bila ia sudah sangat menyakiti renjun sampai ke titik buatnya trauma. “renjun, jangan sembunyi.. kemarilah.” jeno berusaha lembut, ia maju perlahan dengan sebelah tangan terulur maju. binar iris gelapnya jelas siratkan bahwa ia berharap renjun menyambutnya.

“renjun?” tentu saja tidak mungkin semudah itu renjun akan luluh dan percaya, si pemuda mungil berangsur mundur, sejurus kemudian lari menjauh dari tempat jeno berdiri tanpa sepatah kata. “hei-- renjun, tunggu!!” bahkan tidak berpikir dua kali, jeno lekas berlari menyusul permaisurinya itu.. ia tidak mungkin biarkan diri melukai renjun lagi.

“renjun! tolong berhenti!” si empunya nama hanya menoleh beberapa kali, sangat singkat lalu kembali fokus ke depan, menyelinap lincah di antara pepohonan. jeno sibuk menyingkirkan dahan-dahan yang mengganggu lintasannya dengan tak henti berseru agar renjun mau dengar. perlahan rongga telinganya disisipi suara aliran air yang kian lama kian deras, ke mana renjun ingin membawanya sebenarnya?

“renjun!” seruan terakhir terlontar saat ia dapati diri ada di bibir hutan, namun di depan sana juga ada renjun yang berdiri dengan tatapan sendu. tepat di bawah pijakan batu tepian tebing itu adalah sebuah sungai besar, bahkan untuk membayangkan jatuh begitu dalam ke sana saja sudah membuat takut. “apa pun yang kau pikirkan, jangan melompat.. kumohon,” bujuk jeno putus asa, serasa ingin menangis walau ia pikir tidak biasanya ia selemah ini.

“renjun, dengarkan aku.. kemarilah.” senyum tipis yang jeno beri sanggup buat sosok renjun tersentak pelan, namun ia tetap masih kukuh pada pendirian untuk tidak mendekat. “aku tidak akan menyakitimu lagi, percayalah.” sang permaisuri mulai menangis dalam diam, dari jarak ini jeno hanya tertegun mengamati.. tidak pernah terbersit satu kali pun dalam pikirannya jika melihat kesedihan renjun juga menyesakkan dadanya. bagaimana manik kecil yang jelah itu basah oleh kristal duka, dan bibir mungilnya yang luka karena diketap kuat agar isakkan tak lolos.

bahkan saat sedih pun, renjun masih cantik.. tapi jeno tidak pernah menyadarinya selama ini.

barangkali sang raja muda harus meralat percakapannya dengan sang ibunda..

di titik ini jeno mungkin akan jatuh cinta.

“renjun, aku tahu kau takut padaku.. tapi tolong dengar satu kali ini saja.” jarak mereka hanya tersisa tiga meter, renjun sepertinya tidak sadar jika suaminya berangsur maju pelan-pelan. “aku tidak yakin mengatakannya di sini cukup baik atau tidak, tapi--” belum sempat kalimat terucap usai, jeno tersentak kaget oleh renjun yang malah menjatuhkan diri dari tebing.

禁断の皇后 | ft. NOREN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang