22; bagai bulan dan matahari

11K 1.8K 467
                                    

sudah dua puluh dua part dan aku belum kenalan, how rude of me.. just call me nocture guys. tapi kalo mau panggil ‘thor’ juga terserah, malah bagus aku jadi member avengers.

°°°

seturut permintaan sang raja, minhyung telah mengoordinasi sebanyak hampir sepuluh ribu pengajar yang tersebar di tanah kerajaan utara. memang tidak banyak jika dibandingkan luas serta populasi wilayah mereka, namun ini masih lebih baik karena pemerintah juga dalam tahap mengusahakan agar pendidikan dapat menjangkau setiap orang tanpa kecuali. jumlah tersebut kemudian dipecah lagi menjadi beberapa kloter bagian untuk memudahkan guru kim jongdae yang sudah berumur.

bisa diperkirakan, sekalipun pengajar sang raja sendiri yang bicara, mereka terang-terangan menyatakan bahwa sulit untuk percaya pada kisah nyata kerajaan yang malah cenderung seperti dongeng rekaan. “tidak cukup bukti meyakinkan,” kata mereka selepas guru jongdae selesai menjelaskan. sementara kehadiran jaemin yang juga turut di sana dengan sebelah lengan masih disangga kain masih belum banyak membantu. sang putra panglima bahkan sampai tawarkan berani bersumpah dengan darah hanya demi buktikan bahwa pengorbanan huang renjun bukan legenda semata.

“mohon maaf atas kelancangan kami, tapi apa yang mungkin diketahui orang muda seperti anda, tuan? bahkan kami tetua saja tidak tahu.” begitulah kesangsian yang terus-menerus mengalir dari rombongan pengajar itu, beberapa di antara mereka malah sampai berniat meninggalkan tempat ini karena tidak bisa menoleransi kisah teramat absurd dari guru kim.

“kalian bisa-bisanya berkata demikian?! asal tahu saja, aku--”

“yang mulia raja lee jeno sudah tiba!!” suara lantang dari prajurit di mulut gerbang mencuri atensi seluruh pasang mata, para pengajar itu bahkan lekas-lekas beri tunduk hormat kala raja mereka melangkah lewat untuk maju ke tempat jaemin dan guru kim berdiri. tidak ada raut apa pun kentara dari wajah yang selalu nampak tegas tak tersentuh itu, hanya saja hawa tidak menyenangkan terkuar lebih kuat.

“yang mulia, anda sampai repot datang kemari.. maafkan hamba yang kurang becus menangani ini.” sambutan pertama jongdae adalah bungkuk dalam penuh sesal, namun jeno tak menghiraunya, iris jelaga sang raja malah menyapu pandang dari ujung ke ujung. “jeno, apa yang terjadi?” bisik jaemin, ia curiga melihat buku-buku tangan rajanya terkepal sangat erat serta lengan jubah terdapat noda kemerahan.

“kumpulkan seluruh rakyat yang bisa alun-alun ini tampung.”

“apa? tunggu, jangan gegabah, jeno.” nasihat sang kawan tak digubris, lebih cepat dipotong seruan lantang dari bibir si raja muda.

“segera kumpulkan para rakyat ke hadapanku saat ini juga!!” saking lantangnya sampai semua yang di sana merasa dalam ancaman, sang raja nampak sangat marah dan tak sabaran, berbeda dari apa yang selalu ia tunjukkan di hadapan rakyat. lekas-lekas para prajurit yang ada di alun-alun diterjunkan sebagian untuk pergi ke permukiman warga, mereka melakukan itu secepat mungkin sebab takut dapat hukuman dari raja.

“sebenarnya apa yang terjadi padamu?!”

“itu benar, yang mulia.. kenapa anda begitu tidak terkontrol di hadapan publik kali ini?”

baik jongdae maupun jaemin, tidak satu pun tanya mereka dijawab. keheningan total disuguhkan sang raja yang kini menatap kosong angsur keramaian di hadapan. wajah-wajah kebingungan sekaligus ngeri yang rakyatnya suguhkan buat jeno sadar topeng kepalsuannya terlepas jua.

kini alun-alun utama sudah penuh oleh lautan manusia, mereka berdiri menanti sepatah kata dari sang raja.

“sekarang mereka sudah di sini, apa yang mau kau lakukan?” cibir jaemin, dan tanpa ia ataupun semua kepala di sana perkirakan, sang raja malah berlutut tiba-tiba.

禁断の皇后 | ft. NOREN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang