―terakhir

8.6K 1K 297
                                    

nocture apa password-nya? yap, bonchap teros sampe gumoh

°°°

ada yang bilang bahwa orang tidak akan bisa memahami apa itu cinta dan kasih sayang sebelum mereka belajar untuk memaafkan. ungkapan itu mungkin benar adanya, sebab sampai sekarang jisoo masih sulit percaya bahwa renjun tidak sama sekali menyimpan dendam pada ia yang dulunya pernah bertabiat buruk.

sang permaisuri kerajaan utara tak cuma elok parasnya, namun juga sangat bersahaja. ia sering dengar dari jaemin, yang selalu jadi tempat curhat raja, bahwa renjun tidak pernah menuntut lebih dari porsinya, padahal bila ingin pun pasti akan mudah dikabulkan mengingat statusnya sebagai pendamping utama sang raja.

“kau biarkan pangeran mahkota main bersama dayang dan prajurit begitu?” jisoo lisankan tanya, bukan bermaksud menyinggung siapa pun melainkan murni rasa ingin tahu karena sedari awal dirinya bertandang ke kediaman permaisuri sudah diberi pemandangan pangeran cilik bercanda dengan seorang dayang. “hm?” seperti dugaan, renjun cuma balas seutas senyuman cantik—secantik hati dan lakunya kalau ia dengar kata orang.

“tentu saja, tidak ada yang membedakan antara kita dan mereka ’kan? sama-sama manusia, sama-sama tahu caranya untuk memperlakukan.”

uh-- maksudku--” kalimat jisoo terhenti sebab renjun tuangkan teh hangat ke dalam cawannya, menawari mantan istri sang raja yang kini diakuinya sebagai karib untuk bersulang. “iya, aku tahu kau tidak maksud merendahkan siapa pun.. kau cuma heran mengapa aku terlalu membebaskan pangeran ’kan?” tawa kecil mengalun singkat, renjun amati kepulan tipis yang menguar dari tehnya—teman obrolan sore ini.

“jawabanku tidak muluk.. aku cuma mau putraku mengenal dunia apa adanya,” bibir sewarna ceri merah datang menyapa tepian cawan kala seteguk teh hijau ditelannya, lantas ia alihkan pandang ke arah putranya yang kini menggeret lengan seorang prajurit untuk diajaknya main. “mereka yang ada di atas awan tidak tahu rasanya hujan, aku tidak mau putraku demikian.. sebab, yang namanya berjuang itu selalu dari bawah, dengan begitulah kita belajar banyak tentang kehidupan, benar?” jawaban yang sejujurnya sudah bisa diterka, namun tetap mengejutkan bagi jisoo —ia balas senyum, kali ini sedikit malu.

“kau punya banyak cara untuk menginspirasi orang, ya?” tawa mereka selepas itu jadi penutup obrolan, jisoo ingat bahwa ia tak diizinkan pulang kelewat petang oleh suaminya meski sejujurnya ia pun dapat pengawalan. “ren, aku kembali dulu, ya? kapan-kapan aku akan datang lagi.” ia pamit, mengelusi perut buncitnya yang selalu terasa gerak aktif jabang bayi di dalam tiap dirinya hendak pulang dari kediaman permaisuri seolah si anak enggan berlalu.

“jangan terlalu sering kemari jisoo-ya, nanti kau kelelahan mondar-mandir.. lain kali biar aku yang mampir.”

“itu juga kalau jeno mengizinkan, benar?” candaan itu direspon senyum malu-malu, lantas renjun alihkan pembicaraan dengan mengantar sahabatnya ini ke depan sembari bercakap sedikit. “apa raja menambah jumlah prajurit yang berjaga di kediamanmu?”

“kurasa begitu, aku juga tidak mengerti jalan pikiran jeno.. lama kelamaan tempat ini sudah cocok jadi barak militer kurasa.”

“hei, mana ada yang seperti itu, haha..”

“ada, dan orang itu bernama lee jeno.. kelakuannya tidak tertebak sekali,” dengusan main-main lolos dari bibir renjun, dan seketika jisoo bisa menangkap betapa jeno memang serius menepati sumpahnya untuk tidak lagi menyakiti renjun dan untuk mencintainya dengan penuh.

禁断の皇后 | ft. NOREN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang