23; titik terang

10.3K 1.8K 371
                                    

banyak cuka apel ya.. cider :'(

°°°

di hari berikutnya baekhyun serta haechan datang menghadap raja mereka dengan beberapa jilid literatur medis di tangan. seakan sadar bahwa tidak banyak waktu tersisa, mereka mohon izin untuk segera sampaikan inti tujuan, yakni pasal ramuan yang sempat rajanya tanyakan. “benar, yang mulia.” ujar baekhyun selepas perbincangan mereka berlangsung sekitar sepuluh menit, tangannya terarah pada haechan guna meminta sumber literatur yang dibutuhkan. “ramuan jōshō adalah satu-satunya yang bisa menyembuhkan permaisuri renjun serta selir jisoo.”

jeno pasang telinga mendengarkan, ia tidak sama sekali hilang fokus seperti ketika tengah bersidang menentukan nasib negeri. “jelaskan lebih lanjut.” dan baekhyun dengan senang hati mengangguk mafhum, kemudian mengangsurkan buku racikan obat yang memuat detail ramuan tersebut. “ramuan jōshō disebut juga dengan ramuan kebangkitan, hal itu karena efek dari penggunaannya kuat sekali.. ada bukti dari empat ratus tahun lalu bahwa seorang raja di tenggara sembuh dari sakit kerasnya setelah meminum ramuan ini.” alis jeno bertaut, tanda ia tengah mencerna informasi.

“empat ratus? itu sudah lama sekali, apa kau yakin catatannya benar?” bukan apa, jeno juga ragu bila ramuan tersebut rupanya hanya mitos atau kepercayaan belaka. ia tak mau ambil risiko gegabah.

“itu karena bahan-bahannya sangat langka, yang mulia.. bahkan jika anda baca catatan kisahnya, raja tenggara mengorbankan hampir lima puluh ksatria demi mendapat seteguk ramuan itu.”

“lima puluh demi seteguk? itu gila!”

“memang bahannya sangat langka, dan proses pembuatannya juga sedikit rumit dengan hasil tak seberapa banyak.. tapi jika ini satu-satunya harapan kita, apa yang mulia masih ingin meragukannya?” atmosfer ruangan menjadi berat disesak keseriusan, namun jeno masih harus sibuk mengkalkulasi keputusan. ia tidak bisa mengorbankan nyawa prajurit walau demi keselamatan permaisuri dan selir pun sebenarnya dimaklumi. sang raja lebih takut bila renjun tahu jika jiwa-jiwa yang coba ia selamatkan malah harus bertaruh dengan maut sekali lagi demi dirinya.

“jika hanya itu, apa boleh buat.”

“keputusan anda sudah tepat, yang mulia.. hamba akan lekas menuliskan detail bahan untuk dicari para prajurit--”

“tidak, aku yang akan berangkat mencarinya.”

“m--maaf? tapi, yang mulia.. ini terlalu berbahaya!”

“kau pikir renjun akan bersedia menenggak ramuan hasil tumpahan darah rakyatnya yang gugur?” baekhyun bungkam dengan keseriusan rajanya, tidak tahu jeno itu sebenarnya bodoh atau bagaimana. harusnya ia sadar jika negeri ini masih sangat membutuhkan raja, lebih-lebih dengan tidak adanya pewaris hadir.. perginya jeno bisa dipastikan jadi awal dari keruntuhan kerajaan utara!

“tapi yang mulia juga harus tahu, bahwa permaisuri renjun lebih mencintai nyawa suaminya ketimbang dirinya sendiri..” kali ini haechan berujar, ia sedari tadi diam mengamati percakapan antara sang guru dengan raja, dan hanya satu kesimpulan didapat bahwa cahaya si penguasa utara meredup bersamaan keputusasaannya.

“hamba akan turut serta dalam perjalanan yang mulia, selain sebisa mungkin memastikan tidak  jatuh korban, hamba juga akan berusaha mencicil pembuatan ramuannya agar ketika kembali tidak perlu harus menunggu lagi.” tawar haechan tidak main-main, walau ia sebatas murid tabib, tapi baekhyun sendiri sudah berencana menjadikan anak itu sebagai penggantinya kelak. maka dari itu sang tabib diam saja, menunggu keputusan dari raja.

“jika kau memang mampu, maka aku akan sangat berterima kasih.” sudah ditentukan, dengan ini haechan akan turut serta dalam rombongan ekspedisi raja selama beberapa waktu. dua detik kemudian lirikan jeno kembali pada tabib istana, “bagaimana keadaan jisoo?”

禁断の皇后 | ft. NOREN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang