12; konflik perbatasan

9K 1.8K 142
                                    

perbatasan wilayah kerajaan utara dan barat adalah sebuah jembatan di atas jurang cukup dalam. para pedagang sering melaluinya untuk mencapai pelabuhan karena di kerajaan utara sendiri tidak ada laut. tepian daratannya langsung tersambung dengan samudera luas yang perairannya sangat tidak bersahabat, sehingga kegiatan pelayaran tidak dapat dilakukan. untuk hasil laut dan transaksi beberapa barang dari wilayah asing, mereka mengandalkan akses lewati kerajaan barat yang sejak lama tidak pernah bermasalah sama sekali dengan wilayah utara.

akan tetapi, menurut laporan jaemin sudah sekitar setengah bulan ini para pedagang dari utara tidak diizinkan melewati perbatasan sehingga akses perekonomian mereka terblokir. walau sudah dikirim beberapa utusan untuk bermediasi, rupanya kerajaan barat tidak mau dengar penawaran apa pun sama sekali. prajurit mereka malah dengan sengaja memutus  jembatan utama yang tentu saja dimaksudkan untuk memancing kemarahan sang raja muda, lee jeno.

usaha yang cukup berhasil rupanya.

kini jeno tengah berdiskusi dengan pimpinan angkatan perangnya untuk membicarakan bagaimana baiknya masalah ini diselesaikan, “mereka tidak mau dengar apa-apa, rajanya bersikukuh menantang kekuatan utara.” begitu yang disampaikan tiap utusan sekembali dari wilayah barat. mereka bahkan terluka serta barang-barangnya dilucuti, buat para aristokrat kerajaan utara terheran-heran bagaimana bisa kerja sama yang demikian baiknya tiba-tiba rusak begitu saja.

“apa yang sebenarnya terjadi di sana?!” marah si raja muda, seorang utusan di sampingnya sampai ragu-ragu hendak buka mulut. “y--yang mulia, raja yang memerintah kerajaan barat belum lama ini wafat, dan putranya sekarang naik takhta.” raut kaget tergambar jelas di wajah semua orang yang hadir dalam pertemuan, pasalnya tidak ada berita apa pun yang disampaikan pada mereka tentang ini.

“jika benar begitu, maka pastilah raja mereka yang baru menaruh benci pada wilayah utara.” desis jeno geram, tiba-tiba menggebrak meja saat teringat satu hal; pangeran mahkota kerajaan barat pernah sekali dikalahkannya dalam kontes berburu, sikapnya sejak awal memang sudah sangat buruk terhadap representatif kerajaan utara, tapi ia tidak tahu jika akan sampai separah ini dampaknya. “siapa namanya bahkan aku tak ingat, tapi dia sudah lancang mengusik hidup rakyatku.. kita akan terima ultimatum mereka.” manik bergulir dan terhenti pada sosok na jaemin, pemuda yang akhirnya menggantikan posisi sang ayah karena tengah sakit —lagipula ada motivasi lain, ia harus sanggupi permintaan kim jogdae.

“siapkan pasukan kalian, kita akan menyerang lebih dulu.” di sana ada pula minhyung, tapi sang penasihat tidak banyak bicara meski dengar keputusan rajanya amat gegabah. dirinya sendiri mempertimbangkan bahwa jika mereka terus diam menerima, maka pasukan barat tetap akan membuat keributan. “jangan coba tahan keputusanku ini, minhyung. aku akan benar-benar memenjarakanmu sampai perang usai bila itu terjadi.”

“tidak yang mulia, walau ini adalah perang pertama kerajaan utara setelah empat generasi, hamba yakin hasilnya nanti akan jadi pengajaran bagi wilayah lain untuk bersikap.”

tentu saja, diam-diam ada banyak kerajaan yang meremehkan kekuatan wilayah utara hanya karena raja mereka masih sangat muda. ini adalah momen yang tepat untuk membuktikan jika mereka kuat bukan hanya di bidang perekonomian dan kesejahteraan lainnya, tapi juga mempertahankan kedaulatan negeri.

sampai detik ini renjun tidak mengerti kelebihan apa yang ia punya sampai-sampai mendiang permaisuri begitu percaya bahwa dirinya sanggup mengisi tempat terhormat sebagai pendamping hidup raja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


sampai detik ini renjun tidak mengerti kelebihan apa yang ia punya sampai-sampai mendiang permaisuri begitu percaya bahwa dirinya sanggup mengisi tempat terhormat sebagai pendamping hidup raja. satu-satunya yang banyak dipuji hanyalah kebesaran hatinya, terlepas bagaimana ia adalah pembawa sial kalau jeno bilang.

yang renjun tahu, dia jatuh cinta. perasaan paling indah di dunia ini, betapa syukur ia bisa merasakannya walau dengan cara sangat tidak biasa.

sore hari, ia terduduk di lantai kamar, lalu tangan dengan jari-jemari lentik itu maju meraih buku yang sampulnya sebagian hangus terlalap api. dari bibir tidak lepas senyum, separah apa pun kondisi benda tak bernyawa itu, renjun akan tetap menyimpannya dekat-dekat. “caranya melukiskan kata tidak pernah berhenti buatku kagum.” benar, buku itu adalah kumpulan puisi yang jeno tulis.. runutan frasa yang akhirnya buat ia jatuh cinta bahkan tanpa perlu melihat siapa penulisnya.

jeno itu orang baik, renjun yakin. sebab menurut hematnya, tak ada pribadi yang benar-benar jahat di dunia ini.. hanya ada mereka yang ditempa kenyataan semesta dan tidak punya orang lain untuk berbagi kesusahannya sehingga keburukan itu tercipta. ia percaya jeno juga seperti itu.

“bisakah aku mendengar puisi yang kau tulis untukku? aku mulai ragu..” didekapnya buku tadi erat, selama ini renjun selalu menyelipkannya ke saku baju sehingga tidak ada orang menyadari. tapi kalau dipikir lagi, memang janggal jika buku itu tersentuh api kala tubuhnya sendiri tidak. “aku ini apa, hiks.. masih layakkah aku disebut manusia?” sesak, teramat sesak rasanya jika ia terka lagi bagaimana umpatan jeno mulai terasa masuk akal buatnya.

“mungkin aku sudah sama dengan iblis.. bagaimana bisa aku sembuh begitu cepat walau luka dari belati itu harusnya membunuhku..” lalu renjun teringat lagi, bahwa ia tidak bisa mati sampai apa yang harusnya ia kerjakan selesai. sebuah amanat yang diturunkan oleh joohyun kepadanya, dan apabila jeno tahu sudah pasti suaminya akan sujud mohon ampun atas segala kekasarannya selama ini.

“ibunda.. itu tidak lama lagi, ’kan?” ia ulas senyum miris, lempar tatap ke arah depan yang seingatnya adalah sebuah cermin. kini renjun bahkan tidak bisa melihat apa pun dengan jelas, semuanya buram dan samar.. mungkin esok atau lusa, dan segala hal nampak waktu ia buka mata akan jadi kegelapan penuh.

“tubuhku mulai melemah, kuatkan aku sedikit lagi, ibunda.” kepala jatuh tertunduk, pahanya dibasahi tetes air mata sedih. berulang kali selalu begini, ia ingin menyerah namun itu artinya sama saja ia membuang percuma waktu yang selama ini dipakainya bertahan.

belakangan renjun terus dibayangi takut akan kematian sebab kesehatannya memburuk sangat cepat bagaikan air kolam yang dikuras. ia tidak mengerti, seharusnya tidak begini..

kecuali memang jauh di lubuk hati, perasaannya untuk lee jeno terlalu kuat sampai perlakuan suaminya itu tanpa sadar buat mentalnya menyerah perlahan.

“kenapa.. kenapa begini.. aku tidak bisa meyakinkannya..” renjun sudah dengar desas-desus dimulainya perang antara kerajaan utara dan barat, ia jadi tak bisa berhenti memikirkan pertanda yang dilihatnya kala itu. jika saja ia mampu mencegah jeno dari ambil keputusan fatal, tapi nyatanya untuk sekadar memperhatikan diri sendiri ia tak mampu. “jika terjadi sesuatu, itu akan jadi salahku..” renjun menjelangak ketika dirasanya hangat di jalur napas, sesuatu mengalir dari sana dan ia cepat-cepat menghapus jejak lelehannya.

merah.

“kumohon.. ibunda.. jika aku tidak sanggup, tolong lindungi dia, hiks.. jangan biarkan kematian menyentuhnya..” renjun merutuki dirinya yang terlalu lemah, ia tak henti menangis karena menyadari bahwa kelemahannya itu akan jadi sebuah petaka.


bersambung

pendek aja nih.. anw, ada yang udah ngeh sebenernya renjun itu punya kekuatan macam apa dan kenapa joohyun pilih dia jadi permaisuri?

yah, ceritanya udah mau habis gengs, and it's only been a week.. aku terlalu semangat update kayanya wkwk

禁断の皇后 | ft. NOREN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang