Aku pernah jatuh cinta.
Perasaan yang lebih dari sebatas kata-kata. Nyatanya sebagian orang menyatakan dirinya "jatuh cinta" tanpa tahu arti sesungguhnya dari kata tersebut.
Sering kali orang tak dapat membedakan arti cinta dan menyukai selagi ada rasa. Kata usang semacam cinta hanya dapat dirasakan oleh satu atau dua orang yang telah menemukan sosok yang mampu menyentuh hati tanpa terluka.
Rasanya jantungku masih berdebar jika mengingat masa-masa dimana aku dibuat jatuh cinta oleh satu sosok itu. Masih segar dalam ingatan caranya menatapku, caranya tersenyum, lembut tangannya membelaiku, merdu suaranya memanjakan telinga, dan sensasionalnya kecupan bibir ranumnya.
Seolah itu baru terjadi kemarin. Seolah empat tahun ini hanyalah mimpi. Meski pada kenyataannya dia yang selalu hadir dalam setiap mimpiku. Membangunkan perasaan itu lagi. Menjebakku dalam perasaan semu yang pantang untuk kurasakan lagi. Sebab apa? Sebab aku yang telah menyakitinya.
Malam ini aku hanya ditemani oleh sepi dan pekanya kesunyian. Tubuhku menolak untuk beranjak dari kursi rotan yang sejak beberapa jam lalu kusinggahi. Menjadi saksi matahari melambaikan sinarnya dari bumi, dan sendunya malam menggantikan.
Desahanku tetap sama. Benakku seolah pergi dari raga, menari-nari dengan mimpi semu yang baru saja ku alami.
Baru tersadar manakala derit pintu terbuka bersamaan dengan aroma sitrus menguar terbawa angin dari pintu balkon.
Buru-buru kukembalikan kewarasanku segera dan memasang topeng penuh suka cita menyambut satu pemilik hatiku yang kini tengah berjalan mendekat dan mengecup keningku dengan cepat.
Direngkuhnya tubuh mungilku dalam dada bidangnya yang mampu menghangatkan sekujur tubuh yang rupanya sudah berubah menjadi sedingin es tanpa kusadari.
"Melamun lagi?" Tanyanya lirih.
Aku terdiam. Sengaja mendengar getaran suaranya di dalam rongga dada. Halusinasiku menguap bersamaan dengan erat pelukanku di pinggangnya. Dan perasaanku kembali hangat. Seolah apa yang aku angankan sejak tadi lenyap dan tergantikan dengan debaran jantungku karena pria ini. Pria yang telah memilikiku seutuhnya.
Park Jimin, pria yang dengan tulus meminangku tanpa menilik kembali masalaluku. Menawarkan sejuta kenyamanan dan harapan yang sebelumnya kupikir semu. Dia membuatku seolah aku satu-satunya wanita paling berharga di dunia. Dengan sikapnya, dia sungguh membuatku lupa bahwa aku pernah merasakan cinta lebih dari ini.
Pria itu melepas pelukannya. Mengayunkan langkah untuk menutup pintu balkon.
"Mau kubuatkan segelas susu?" Tawarku seperti biasa. Dia tampak begitu lelah.
Pria itu pergi ke ruang wardrop untuk mengganti bajunya. Aku pun beranjak untuk mengikutinya.
"Boleh saja." Jawabnya. Namun ada sesuatu yang kutangkap dari nada bicaranya. Seperti ia sedang ingin mengatakan maksud lain. Barangkali dia menunggu saat yang tepat.
Meniti anak tangga menuju dapur, dengan waktu singkat aku sudah menyiapakn segelas susu hangat selagi menanti priaku turun. Kaki jenjangnya menuruni tangga sembari mengaitkan kancing piyamanya. Sekilas beberapa potong roti sobek tampak menggoda di balik helaian piyamanya yang tersibak. Jantungku berdebar oleh karenanya.
Park Jimin duduk di kursi tinggi, menungguku menyerahkan gelas itu di hadapannya. Aku bergeser ke sudut dapur, dimana aku meletakkan masakan makan malam yang nampaknya sudah dingin.
"Aku buat capjay tapi rasanya sudah dingin. Mau kuhangatkan saja atau mau kumasakkan yang lain?"
Aku beralih ke kulkas, memeriksa beberapa lauk yang ditinggalkan oleh ibu mertuaku disana. Akan tetapi, kurasakan sebuah tarikan kuat pada lengan dan lantas aku terlempar ke permukaan pintu kulkas yang tertutup. Park Jimin menggodaku dengan tatapannya yang memabukkan. Tatapan yang pasti akan selalu berakhir dengan desahan nikmat. Namun juga, aku menemukan sesuatu di balik manik matanya yang berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permission to Love (21+)
RomanceApa arti masa lalu bagimu? Sesuatu yang memberikan bekas luka pada hati dan enggan untuk di sembuhkan. Atau sesuatu yang membuatmu bahagia sampai tiap lembar kenangan usang itu masih tersimpan rapi dalam relung hati? Masa Lalu memiliki arti tersendi...