"Wow. Aku tidak tahu kau seberani ini, Jim. Mengajak bertemu gadis asing si kamar hotel." Gadis berdagu runcing itu tersenyum miring, "Apa pengalaman di Jerman membuatmu ingin mengulanginya lagi?"
Pemuda yang kini tengah berdiri memunggunginya sambil menenggelamkan kedua tangannya ke dalam saku, tak bergeming sedikitpun. Situasi tak terbaca membuat Park Chae Young tergugah untuk menggoda Jimin sekali lagi. Baginya, Jimin tampak mempesona saat sedang gusar. Meningkatkan gairahnya untuk menyentuh setiap lekuk tubuh pemuda itu.
Kaki jenjangnya mengayun mendekat, kedua tangannya yang bebas menyisip di antara pergelangan tangan kekar si pemuda dan lantas memeluk perutnya. Matanya terpejam, menikmati sensasi menggelitik dalam perut serta perasaan nyaman di sekujur tubuhnya.
Untuk pemuda matang sepertinya, proporsi Park Jimin bisa di katakan melampaui sempurna. Abaikan proporsi wajahnya yang menyerupai pahatan seniman dunia. Setiap jengkal tubuhnya menimbulkan sengatan yang menimbulkan sensasi untuk ingin disentuh lebih jauh.
Tangan berototnya, dada kekarnya, pinggangnya yang ramping, serta potongan-potongan kecil pada perutnya, semua itu membuat Park Chae Young melupakan fakta bahwa Jimin telah beristri.
Dalam kurun waktu kurang dari lima detik, Park Jimin menepis tangan Chae Young dari tubuhnya. Ia lantas berbalik seraya menatap gadis di hadapannya dengan tatapan tajam. Sorot matanya penuh kemarahan. Kepalan tangannya yang tenggelam berusaha menekan emosi sampai ke dasar tanah.
"Apa yang kau rencanakan?" Jimin bertanya dengan rahang mengeras. Terdengar jelas dari sela-sela giginya bahwa ia sedang menahan seluruh emosinya.
Chae Young menyadari itu. Alih-alih nyalinya menciut, adrenalinnya justru terpacu untuk memberikan senyuman miring hampir mencemooh. Ia menepuk sisi kanan jas pemuda itu beberapa kali, seolah mengibaskan debu yang teronggok disana. Lantas menengadah dengan tatapan sok lugu namun tak ingin nampak bodoh.
"Maksudmu tentang istrimu?" ia balik bertanya dengan suara mendayu-dayu.
"Dia cukup menarik. Cantik. Menawan. Dan dia mulai terkenal akhir-akhir ini sebagai calon pengurus Yayasan Harapan. Jadi menurutku figurnya cocok berada di sampul depan majalah ROSE." Senyum licik terulas di wajahnya. Lantas ia melempar tatapan pada sang lawan seolah menantang.
"Kenapa? Takut aku menceritakan semuanya pada istrimu, hm, Jim?"
Park Jimin mendengus napas gusar. Ia serta merta menepis kembali tangan Chae Young dan lantas melangkah menyeberangi ruangan.
"Sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan? Mulai dari Marvolo sampai kau menyentuh istriku. Aku tidak mengerti jalan pikiran seorang kriminal." Jimin mengumpat setengah kesal. Ia berusaha menahan emosi di dasar dada. Ia tahu, jika ia meledak sekarang, Chae Young akan melakukan yang lebih daripada ini.
"Satu cerita darimu tidak akan berpengaruh apapun untuk keluargaku, Chae. Aku sarankan lebih baik kau menjauh sebelum kau menyesal pernah mengusikku dan istriku." Kini nada bicara Jimin dipenuhi oleh ancaman.
Satu alis Chae Young terangkat ssolah tertarik oleh sikap gusar Jimin, sudut bibirnya terangkat bersamaan dengan mata iblis terpancar dari kedua binar mata birunya.
"Kau sedang mengancamku... Atau sedang menceritakan sebuah dongeng untukku?"
Gadis itu berjalan mendekat, melingkarkan lengannya di leher Jimin. Ia mendekatkan wajahnya pada ceruk leher pemuda itu dan terang-terangan bernapas di area sensitif Jimin. Chae Young lantas berjingkat sedikit untuk menjangkau leher Jimin dengan kecupannya. Membuat pemuda itu sontak tersentak menjauh dari gadis itu. Ia memandangnya penuh amarah sekarang.
"Jangan pikir kau bisa menghancurkanku dengan perbuatan murahanmu." sentak Jimin.
"Istrimu tidak akan bisa memuaskanmu lebih daripada aku, Jim. Akui saja. Aku tidak melihat gelagat menarik dari setiap senti tubuhnya. Dia hanya Gadis lugu yang kebetulan diberi tubuh yang kurus dan wajah yang cantik. Aku juga meragukan integritas dan semacamnya." Chae Young mencaci penuh murka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Permission to Love (21+)
RomanceApa arti masa lalu bagimu? Sesuatu yang memberikan bekas luka pada hati dan enggan untuk di sembuhkan. Atau sesuatu yang membuatmu bahagia sampai tiap lembar kenangan usang itu masih tersimpan rapi dalam relung hati? Masa Lalu memiliki arti tersendi...