Udah pada eneg sama mbak mawar?
Atau pengen nampar mas chim?
Baiklah, aku kasih kalian vitamin disini. Selamat menikmati😂Dan maaf, kayaknya aku terlambat update lagi🤭
=====
Luka paling sakit adalah ; Ketika kau dilukai oleh seseorang yang kau kira tidak akan pernah melukaimu.
•
Percaya atau tidak, setiap orang memiliki masalalu.
Masalalu yang membahagiakan dapat di kenang pada masa sekarang yang kelam. Atau masalalu yang kelam dapat di kenang pada masa sekarang yang membahagiakan. Dilukai, atau melukai. Mencintai, atau dikhianati. Kehidupan tak hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga mencakup proses untuk mencapainya.
Park Jimin diserang panik saat ia terbangun dalam keadaan sama sekali lain. Ia tergeletak di lantai dengan seonggok selimut yang menutupi tubuh polosnya.
Jam dinding menunjukkan pukul tiga dini hari. Dan betapa terkejutnya ia bahwa dirinya tidak di rumah. Mengabaikan tanda tanya besar bagaimana bisa ia berada di hotel tanpa secarik kain pun di tubuhnya, ia buru-buru menginjak pedal gas untuk segera pulang.
Panas-dingin menyerang tubuhnya. Wajahnya pias saat mendapati satu sosok tengah terduduk di meja bar sambil menikmati segelas anggur dengan pencahayaan yang minim.
Jantung Jimin bertalu. Napasnya terengah seolah ia tengah di kejar sesosok hantu perawan. Tangannya mengepal erat, di tengah gelapnya ruang tengah ia hanya dapat bergeming. Telinganya berdengung tak sanggup menerima kenyataan bahwa ia telah melakukan kesalahan besar, entah itu di sengaja maupun tidak.
Belum sempat Jimin melangkah, ia mendengar suara teredam sampai ke telinganya.
"Sayang. Kau kah itu?"
Jimin menelan ludah. Kelopak matanya berkedut bersamaan dengan bibirnya yang nyaris hilang fungsi.
Jennie yang semula tengah mengamati isi gelasnya dengan acuh, menoleh sembilan puluh derajat. Lutut Jimin lemas. Dengan setengah keberanian yang ia buat-buat, pria itu melangkah mendekat tanpa dapat memikirkan apa yang harus ia sampaikan terlebih dahulu.
Ia dirundung rasa takut. Rasa takut yang banyak. Semua akibat dari kebohongannya di awal.
"Belum tidur?" Jimin bahkan tidak bisa menyembunyikan suaranya yang tercekat.
"Aku tidak bisa tidur." balas Jennie tanpa sekalipun menoleh pada Jimin. Pria itu merasakan ada sesuatu yang berbeda. Tetapi ia tetap menjaga sandiwaranya seolah ia tidak tahu.
"Tumben sekali kau minum anggur? Setengah botol? Sendirian?" Jimin sempat melirik botol anggur berwarna kecoklatan di depan Jennie yang isinya memang benar-benar tinggal setengah. Istrinya bukan tipikal yang suka minum minuman keras, bahkan ia membatasi minum minuman bersoda. Dia tidak hobi menkonsumsi minuman seperti itu. Selama ini dia lebih menyukai jus buah dengan alasan membantu menyuburkan rahim serta ovum.
"Kau mau?" Jennie menoleh untuk pertama kalinya pada sang suami, dengan senyum miring yang aneh. Ia mengangkat gelasnya pada Jimin, bermaksud menawari. Pria akhir dua puluh tahunan itu memiringkan kepala, mencoba menggali sesuatu dari binar mata Jennie. Lalu ia menempatkan diri di samping Jennie.
"Tidak ada yang bisa ku ajak minum, Jim. Aku kesepian. Jadi kupikir ingin mencicipi segelas anggur sambil menunggumu pulang. Hah, ternyata aku melewati batasku sendiri."
Jimin mengerutkan dahi. Saat Jennie mulia banyak bicara, itu berarti sedang ada yang salah tengah terjadi. Gadis itu bahkan meneguk sisa anggurnya tanpa mengeluh tenggorokannya seperti terbakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permission to Love (21+)
RomanceApa arti masa lalu bagimu? Sesuatu yang memberikan bekas luka pada hati dan enggan untuk di sembuhkan. Atau sesuatu yang membuatmu bahagia sampai tiap lembar kenangan usang itu masih tersimpan rapi dalam relung hati? Masa Lalu memiliki arti tersendi...