Renjana mulai paham bahwa menjadi dewasa memang sulit. Dulu, ia sangat ingin menjadi dewasa agar seperti kakaknya yang punya banyak teman. Berlarian kesana kesini, bercanda bersama dan melakukan banyak hal yang menyenangkan. Tapi apa jadinya jika se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(cila dan lily) . . .
Saat ini renjana beserta teman nya yang lain pergi ke toko bunga. Jangan lupa, mila sama rara juga ikut. Mereka ke sini karena mau jenguk mama, nenek kakek sama adik nya bian yang sakit. Kabarnya, waktu itu ada kecelakaan tapi bian ga kasih tau secara rinci kecelakaan apa dan dimana. Dia cuman bilang 'keluarga gua masuk rumah sakit'.
Bian dengan teliti memilih bunga untuk keluarga nya. Pertama ia memilih bunga lily lalu berlanjut ke lorong berikutnya memilih bunga daisy dan terakhir bunga petunia. Oh tunggu! Dia memilih satu buket bunga yang sangat cantik dan cerah. Bunga mawar kuning.
"Gua udah selesai milih, yang lain?"
Baik renjana dan yang lainnya mengangkat bahu "kita cuman mau jenguk doang lagian tadi dijalan udah beli buah"
Bian menuju kasir lalu meminta pegawai tersebut menulis sesuatu di setiap bunga yang ia pilih. Ini emang udah jadi kebiasaan bian. Saat susah untuk mengungkapkan kata dengan mulut, ia lebih baik membeli bunga lalu menuliskan sesuatu di dalam nya. Klasik tapi romantis.
Selesai membeli bunga mereka pun melanjutkan perjalanan nya menuju rumah sakit. Rasanya senang melihat semua teman teman nya empati terhadap keadaan nya saat ini. Bian tersenyum dibalik helm nya. Ada rasa syukur dan rasa takut. Iya takut, suatu saat nanti terbongkar. Siapa dia sebenarnya.
Sesampainya di rumah sakit, bian menuntut mereka ke lantai 4, kamar VVIP. Tentunya udah ga asing buat mereka semua karena mereka tau, bian berasal dari keluarga kaya.
"Bian, gua buka sendal atau ga usah?" Ucap radit dan di angguki oleh Candra juga renjana
"Lo bertiga ga pernah masuk kamar VVIP?" Mereka menggeleng. Sama hal nya dengan mila dan rara. Walaupun mereka orang dengan ekonomi yang berada, tapi mereka ga se kaya keluarga bian.
Bian tertawa "Gausah, pake aja. Ayo masuk"
Bunda bian menyambut anak nya dengan hangat, sama hal nya dengan renjana dan yang lain. Kamar rawat bunda, cila dan opa oma itu beda. Kecuali ruangan opa sama oma dalam satu ruangan.
"Assalamualaikum tante, maaf ganggu. Ini kita bawain buah sama maaf lagi ga bisa bawa apa apa" radit menaruh keranjang buah di meja sebelah kasur bunda bian.
"Makasih ya radit. Gapapa kok, tante malah makasih banyak"
Rara memberikan satu boneka kecil beruang coklat yang ia beli di toko bunga tadi "tante, ini aku beli boneka buat cila ditaro disini atau ke kamar nya aja?"
"Aduh repot repot tapi makasih banyak yaaa. Ke kamar nya cila langsung aja ya, dia pasti suka banget kamu kasih ini" ucap bunda bian sembari mengelus tangan rara