Suasana rumah sakit kali ini semakin mencekam. Ditambah dengan teriakan histeris dari Ambu. Benar benar suatu kebetulan.
Tadi pada saat Rangga keluar ga sengaja ketemu Ambu dan bapak yang abis dari rumah Bu Nia, biasa ibu ibu. Arisan. Bapak nganter ambu doang kok ga ikut arisan.
Ambu tanya kenapa Rangga ada disini. Sebelumnya Rangga ga sanggup buat bilang tapi kalau bohong pun ga ada guna nya juga kan? Karena suatu saat juga Ambu bakal tau soal ini. Sesaat setelah Rangga menceritakan semua nya, Ambu kemudian buru buru memasuki rumah sakit
"Ya Allah adeee kenapa bisa kaya gini.... Eja di dalem yang kuat ya, nak. Tolong bertahan buat kita semua juga ya...."
Isak tangis dari Ambu semakin menjadi saat ia memegang kenop pintu IGD. Semua pikiran buruk nya menari dengan baik sampai membuat Ambu jatuh pingsan. Beruntung bapak sigap buat nangkep badan Ambu yang tiba tiba tumbang.
"Siapa yang tugas nya jagain renjana tadi?"
"Gue bang, cuman radit minta temenin ke depan beli buah buat eja jadi gue temenin dulu sekalian mau beli Aqua juga. Tapi pas kita balik ke sini malah udah berantakan semua"
"Lo udah gede, gausah apa apa harus minta temenin"
"Iyaa maaff, gue juga ngaku salah. Candra, sorry ya"
"Santai aja dit, gapapa"
Mila mengedarkan pandangan nya dan menangkap sebuah CCTV di pojok ruang rawat renjana.
"Bang Rangga, itu ada CCTV. Kita coba cek aja ke pos satpam"
Rangga melihat ke arah yang di maksud Mila tadi. Ide bagus.
"Cewe gue emang... Pinter banget si kamu"
"Hehehehehe, ga akan mungkin kalau di rumah sakit ga ada cctv kan, jadi yauda daritadi aku cari dimana letak nya"
"Milaa, makasih banyak yaa"
"Sama sama raaa, ayo kita ke pos satpam ajaa"
"Tunggu, kita bagi tim. Bang rangga, Radit sama rara ke pos satpam. Gue, mila sama bian tunggu disini. Takut nya ada kabar baik dari eja"
"Oke, kalau ada apa apa langsung telfon aja, ndra"
"Siap itu mah bang. Kalian juga berkabar kalau udah tau siapa pelakunya"
Ketiga orang tersebut mengangkat jempolnya. Lalu berjalan menuju pos satpam. Untuk mengungkapkan kebenaran yang harus di benarkan.
Sesampai nya disana. Pak Munir, satpam rumah sakit itu pun tak segan untuk memberikan izin melihat rekaman cctv yang ada di ruangan renjana.
Terlihat seseorang dengan baju serba hitam dengan tas Jansport warna biru tua dengan 3 bungkus permen karet di tangan nya.
Agak buram karena cctv diletakkan di ujung ruangan. Sampai pada suatu saat, rara mengehentikan pemutaran rekaman tersebut.
"Permen karet, tas jansport, senyum smirk.... Gue tau ini siapa cuman ga mau salah paham dulu"
"Emang siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA [ON GOING]
FanficRenjana mulai paham bahwa menjadi dewasa memang sulit. Dulu, ia sangat ingin menjadi dewasa agar seperti kakaknya yang punya banyak teman. Berlarian kesana kesini, bercanda bersama dan melakukan banyak hal yang menyenangkan. Tapi apa jadinya jika se...