"Pelan! Bisa kan jalan santai aja tanpa lari?"
"Awas tangga! Pelan-pelan Jaeyun!"
"Jangan lari-lari! Lantainya licin!"
Jaeyun sangat tertekan dengan semua perkataan Sunghoon yang selalu saja mengomentari apapun yang ia lakukan. Padahal ia hanya begitu gembira karena akhirnya kembali ke rumah dan bisa memeluk sang mama. Tapi baru sedikit berlari saja Sunghoon sudah langsung mencengkram lengan Jaeyun dan mengoceh soal harus hati-hati.
Rupanya sang mama sudah menyiapkan banyak makanan untuk menyambut Jaeyun sehingga kini mereka duduk di meja makan saling bercanda dan makan, sesekali Jaeyun mencoba meminta izin pergi ke pantai tapi Sunghoon selalu bisa menyela perkataannya.
"Ada yang mau mama sampaikan, Jaeyun"
"Apa itu ma?"
"Selama ini mama tidak mengadopsi kamu dengan benar, mama hanya mencoba mengikuti kata mendiang ibu kamu jika dia pergi, maka mama akan rawat kamu seperti anak mama sendiri. Mama tidak benar-benar mengurus surat-surat soal adopsi kamu, soal sekolah juga papa berusaha untuk meminta kamu bisa bersekolah di sana. Dan semalam, mama dihubungi kerabat kamu, tante Suzy. Dia bilang baru tahu semuanya setelah pulang dari Amerika dua hari yang lalu, dan suzy berencana mengambil kamu untuk ia rawat sebagai satu-satunya kerabat yang masih ada. Sebentar lagi mungkin suzy akan tiba di sini"
Jaeyun terdiam, mulutnya tidak sanggup berkata-kata. Benar, tidak lama setelah mama berkata begitu, suzy sungguh sampai di depan rumah.
Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, Jaeyun kembali melihat tante yang dulu sering mengajaknya bermain bersama. Tidak banyak yang berubah, lebih cantik adalah kata yang paling tepat. Jaeyun berlari memeluk Suzy yang juga sangat senang bisa bertemu kembali. Air matanya jatuh pertanda sedih sekaligus bahagia.
"Maafin tante, Jaeyun. Tante bener-bener baru tau kemarin soal keluarga kamu. Sudah lama juga tante kehilangan nomor mama, dan pekerjaan tante di Amerika juga sibuknya kebangetan. Semalam tante datang ke rumah, niatnya mau berkunjung, tapi sepi sekali, kebetulan bertemu bu RT dan dia cerita semuanya, beruntung bu RT punya nomor orang yang merawat Jaeyun, jadi tante bisa langsung temukan Jaeyun"
"Jaeyun... Kangen tante zizi"
Jaeyun kembali memeluk suzy erat, matanya mulai mengeluarkan air mata begitupun Suzy yang sudah merah matanya. Sunghoon bingung harus sedih atau marah, di sisi lain ia sedih karena Jaeyun akan pergi, tapi di sisi lain ia ingin marah dan mencegah Jaeyun pergi.
"Mama, Jaeyun masih boleh bertemu mama papa kan?"
"Boleh sayang! Kamu boleh main ke sini kapanpun Jaeyun mau, sesekali mama, papa dan Sunghoon juga akan main ke rumah Jaeyun"
"Gak bisa! Jaeyun gak bisa pergi!"
"Tapi Hoonie, Jaeyun harus sama keluarganya, masa kita mau memisahkan Jaeyun sama tantenya"
"Kalo gitu tantenya aja yang main ke sini, jenguk Jaeyun ke sini, kangen Jaeyun ke sini. Bukan Jaeyun yang harus angkat kaki dari rumah ini"
"Tapi kan kak-"
"Kalo lo keluar dari rumah ini, mulai detik itu juga gue bukan kakak lo!"
Sunghoon berjalan menaiki tangga menuju kamarnya dengan kesal, Jaeyun sangat sedih mendengar itu. Tapi Jaeyun juga ingin tinggal bersama tantenya.
"Jangan dengerin Sunghoon, pilih pilihanmu sendiri sayang"
Papa benar, Jaeyun harus mengikuti pilihannya. Dan pilihannya adalah pergi dari rumah itu. Tinggal bersama tantenya, dan tidak lagi menjadi adik Sunghoon.
Perpisahan dadakan itu membuat semuanya menangis, Jaeyun tetap menanti Sunghoon keluar dari kamarnya dan setidaknya mengucapkan selamat tinggal, tapi Sunghoon tidak pernah keluar dari rumah itu. Sampai Jaeyun memasuki mobil Suzy pun, Sunghoon tidak pernah menampakkan dirinya.
Mobil hitam itu melaju menjauh dan semakin menjauh dari rumah itu, Jaeyun menunduk bersedih dan bimbang. Pertama kalinya ia harus memilih pilihan yang sangat sulit, dan pada akhirnya ia harus merelakan Sunghoon-nya. Jaeyun buat ini sebagai awal dari melupakan mantan kakaknya.
Jaeyun kembali menginjakkan kakinya pada rumah itu lagi, memori menyakitkan dan bahagia langsung terputar seolah sebuah film yang tidak bisa selesai. Memori itu terus berulang setiap kali Jaeyun masuk lebih dalam pada rumah itu. Takut, Jaeyun takut pada apa yang ada di kepalanya.
Tawanya saat tahu jika akan pergi, papanya yang merangkul pundaknya seraya memujinya karena berhasil menjadi siswa terbaik di sekolah, mamanya yang membuatkan makanan kesukaannya saat nilainya turun. Kepingan kenangan itu berkumpul menghujam kepalanya, tapi hatinya yang sakit.
Kamarnya, sudah lama Jaeyun tidak memasukinya sampai itu sedikit berbau aneh. Dapur, tempat biasa mamanya memasak dan menghasilkan makanan sangat enak. Ruang keluarga, tempat biasa ayahnya duduk menyeruput kopi dan berkutat pada laptopnya.
"Jaeyun dan laki-laki tadi dekat?" Suzy mencoba mencairkan suasana yang sangat canggung dan aneh itu pada sebuah meja makan rumah jaeyun.
"Tidak juga, ka- maksudnya Sunghoon itu sangat aneh. Dia bisa tiba-tiba baik, bisa sangat jahat, bisa biasa saja, dan bisa sangat konyol. Jaeyun juga tidak mengerti, Sunghoon sangat aneh"
"Kayanya dia marah Jaeyun pergi, berarti Sunghoon sayang dong sama Jaeyun?"
"Apa? Sayang?"
Jaeyun terdiam, sayang katanya? Benarkah?
Apa alasan Sunghoon selalu cerewet dan sangat protektif itu karena sayang pada Jaeyun? Karena takut Jaeyun terluka? Ataukah karena Sunghoon memang selalu seperti itu pada orang lain?
"Jaeyun sekolah?"
"Iya sekolah"
"Satu sekolah sama Sunghoon?"
"Iya"
"Nah, Jaeyun kan masih bisa ketemu Sunghoon di sekolah"
"Itu kalau Sunghoon mau bicara sama Jaeyun," ucapnya cemberut ketika membayangkan Sunghoon marah padanya dan enggan menatapnya barang sedetikpun.
Hari itu Jaeyun dan suzy habiskan untuk saling bercerita tentang semuanya, Jaeyun bercerita apa yang diingatnya dari awal sampai akhir dan begitu Suzy. Sepanjang bercerita, mereka lebih banyak berpelukan dan menangis karena begitu emosional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In Love ⟨ SungJake ⟩
Fanfic"ternyata cinta hanyalah sesuatu menyakitkan aneh yang rumit" Jaeyun • fanfiction! • lokal • bahasa campur aduk [ 2021.12.12 › 2022.08.23 ]