˖9| Sah!

1.1K 187 25
                                    

Jam enam sore.

Aruna duduk dengan gelisah dihadapan cermin.

Sesekali melihat pantulannya, dan sungguh Aruna tidak mengenali siapa dirinya saat ini.

Make up tebal, dan rambut palsu yang di jadikan sanggulnya. Maklum, rambutnya belum cukup kalau di gelung seperti itu.

Aruna memang sudah selesai didandani, memang berkali-kali lipat lebih cantik.

Harusnya Aruna bahagia atas pernikahannya, tapi segaris senyum pun tak ia tunjukkan.

Sampai mama Rini yang berada di ambang pintu terheran-heran.

Mama dua anak itu lantas menghampiri sang putri.

“Hey, sayang. Kamu kenapa?”.

Aruna mengerjap, menatap mamanya lewat pantulan cermin.

“Ma, Aruna ga mau nikah ya...”

“Eh kok gitu sih? Sebentar lagi besan sampai, kita semua udah sewa gedung ini, para undangan juga udah pada datang. Jangan gitu dong sayang”.

“Mama.... Ru takut!”.

“Kamu takut kenapa?”.

Aruna menghela nafas, membalikkan tubuhnya menghadap sang mama.

“Ga tau, rasanya Ru takut aja”.

“Sayang, kamu nikah sama Haris. Mama udah kenal keluarganya dari lama, kamu tenang aja. Laki-laki pilihan mama itu pasti bisa bimbing kamu, jadi kamu jangan takut”.

Mata Aruna berkaca-kaca, dia benar-benar akan menikah. Mutlak, tidak bisa di ganggu gugat lagi!

“Ututu~ sayangnya mama udah mau nikah aja”. Mata Rini ikut berkaca-kaca, lalu dia memeluk erat sang putri yang beberapa jam lagi akan menjadi seorang istri.

“Woah, Abang boleh ikut peluk?”.

Yuda dengan setelan tuxedo rapihnya, langsung menghampiri dua wanita tersayangnya itu. Lalu ikut berhambur masuk kedalam pelukan.

“Aaak pengap ah!”. Aruna memutuskan pelukan.

“Duh sanggul ku jadi berantakan kan! Ih gara-gara abang sih!”. Gadis itu mencubit perut Yuda.

Mama hanya terkekeh melihatnya. “Mama panggil MUA lagi ya”.

Setelah mamanya keluar, Aruna menatap tajam Yuda, bibirnya cemberut sementara pipinya mengembung lucu.

“Dek jangan gitu lah, lo marah bukannya serem malah gemesin dih”. Yuda membuang muka, lantaran tangannya gemas ingin mencubit pipi adiknya yang sore ini tebal dengan make up.

Aruna merubah ekspresinya, dia bergumam pelan. Lalu menggenggam tangan besar abangnya.

“Bang, Lu gapapa gue langkahin?”.

“Janganlah, ga sopan! Lo ga boleh ngelangkah-langkahin badan orang. Pamali! ”.

Aruna mendengus keras, kesal sekali dengan otak rendah abangnya ini.

“Abang ih! Maksud gue bukan gitu, Ru bukan mau langkahin badan Abang. Maksud Ru tuh, Abang emang gapapa kalo Ru nikah duluan?”.

Yuda malah terbahak, membuat Aruna mencubit kembali perutnya.

“Aw AW! Hahaha ampun!”.

Yuda menghentikan tawanya saat Aruna melepas cubitan kecilnya.

“Ya gue mah ga masalah, gue mah santai, jodoh gue belum keliatan. Jadi Lo yang jodohnya udah nongol duluan, terima ya. Si Haris emang rese, tapi gue percaya dia bisa jaga Adek gue ini. Bisa bertanggungjawab atas lo, Lo jangan takut Ru.”

My Naughty Girl [Haeryu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang