Pasar Jeritak, pukul 03.00 siang
Aku mengeluarkan tubuhku dari taksi dan kedua mataku melihat pasar yang lebar di hadapanku. Tanpa berfikir panjang, Aku melangkahkan kedua kakiku ke dalam pasar.
Di dalam pasar Jeritak ada banyam sekali pilihan-pilihan varian makanan. Seperti sayuran, buah-buahan, dan lain-lain. Sejujurnya ini pertama kalinya Aku menginjak langkahku dalam sebuah pasar. Tidak lama kemudian kedua mataku melihat seorang pedagang daging ayam yang lagi memotong bagian-bagian badan ayam yang sudah tidak bernafas. Disaat Aku mendekat ke pedagang tersebut Ia tidak mengenakan sarung tangan hitam. Aku menlanjutkan lagi pencarian pedagang ayam potong yang mengenakan sarung tangan hitam di tangan kirinya. Tidak lama kemudian Aku melihat lagi seorang pedagang ayam potong di sudut kanan pasar. Aku mendekat tempat jualnya dan melihat Ia mengenakan sarung tangan hitam di tangan kirinya.
Aku berkata.
I : "Permisi pak..."
Pedagang tersebut menjawab.
P : "Siang mba, ingin membeli ayam potong?"
Kita mulai berbincang.
I : "benar, saya ingin...."
Aku berfikir.
(Kodenya adalah 4 potong ayam....dengan label)
I : "1 ayam, di potong menjadi 4 bagian"
Pa : "baiklah, dengan isi atau tidak?"
I : "pakai label saja"
Pa : "baik mba..."
Pedagang ayam memilih 1 ayam yang sudah tidak bernafas dan memotongnya hingga menjadi 4 bagian yang besar, kemudian Ia memasukkan potongan ayam ke dalam plastik dan sebuah kertas yang mungil untuk dipegang, namun setengah dari kertas murni itu berwarna biru. Setelah itu Ia mengikat plastik tersebut dan memberikannya kepadaku.
I : "berapa harga ayam ini, pak?"
Pa : "....3 rupen.."
I : "baik..."
Aku ambil 3 kertas 1 rupen di dalam dompetku dan memberikannya kepada pedagang ayam.
I : "ini..."
Pa : "terima kasih banyak mba.."
Aku terima plastik yang berisi potongan ayam yang besar dan mencari seorang pengamen yang berada di daerah pasar Jeritak. Tidak lama kemudian Aku menemukan pengamen di bagian tengah pasar. Penampilannya sesuai yang seperti deskripsi dari pedagang tua. Ia mengenakan topi ke arah ke belakang dan membawa sebuah gitar di tangannya.
Aku mendekati pengamen tersebut dan berkata.
"Permisi..."
Pengamen tersebut melihat ke wajahku dan melihat plastik yang berisi potongan ayam yang besar.
"Ini untuk acara yang spesial..."
Ucapku lagi kepadanya, lalu Ia membuka ikatan plastik tersebut. Disaat Ia membuka plastik yang berisi potongan ayam, Ia melihat ada sebuah kertas yang memiliki bercak warna biru. Ia mengikat lagi plastik tersebut dan berkata.
"Ikut dengan saya..."
Ia berbalik badan dan Aku mengikutinya tanpa berfikir dua kali.
Aku berfikir.
(Akhirnya, aku menemukannya...)
Kita berjalan menuju sebuah meja tempat jual bernomor 35, namun tidak ada yang berdagang apapun...hanya seorang anak lelaki muda melihat ke arah sebuah televisi yang menayangkan tontonan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phantom Brogues : Invasi Kedua [END]
FantasiaZaman Modern telah tiba dan teknologi semakin maju untuk melawan para serangga besar. Para manusia memanggil mereka "Brogues".