Murid, guru, dan komite sudah sampai di sekolah, begitu pun dengan Baekhyun dan beberapa murid nya sudah sampai di Markas. Saat memasuki Markas, Haechan, Jeno, Jaemin, langsung tiduran di Sofa. Berbeda dengan Baekhyun, ia membanting gelas yang berada di atas meja itu.
Prakkk!
Semua yang ada di dalam Markas tersontak kaget. Semua tertuju heran pada Baekhyun.
"Yakkk Baekhyun-a, kau ini kenapa sih? Baru datang sudah membuat keributan saja."
"Kita harus segera mencari siapa yang membuat ponakan mu seperti ini."
Donghae menghela nafas lalu menghampiri Baekhyun dan menyuruh ia duduk. "Bersabarlah. Aku pun, mana bisa terima jika ponakan ku diperlakukan seperti it-"
Gubrakkk
"Hai guysss welcome back, Felix datang~ e-eoh? Papa kenapaaaa?!"
"Dek sini kamu." Haechan menyuruh adik nya itu untuk menghampirinya. "Papa kenapaaa Hyung?"
"Heh, lu kepo banget kenapa dah? Ini urusan orang gede." sahut Jeno kesal.
Iya, Felix hanya lah bocah ingusan yang tidak tahu sebenernya apa yang terjadi. Donghae pun tidak ingin melihat keributan lagi untuk kedua kali nya.
"Sudah cukup, semua nya kesini." Donghae mengarahkan semua orang yang ada di Markas supaya mendekat pada nya.
"Apa ada yang bersama Renjun saat kejadian kemarin?" semua nya terdiam dan menggeleng-gelengkan kepala nya.
"Baekhyun-a, kemana saja kau?" Donghae menatap tajam Baekhyun.
"Aku sedang menerima telfon dari Chanyeol, Hyung. Aku sadar saat Chanyeol menyuruhku untuk menjaga Renjun, aku melihat sekitar dan aku tertuju pada Jeno and the geng, tapi tidak ada Renjun." Donghae hanya menggangguk.
"Jeno-ya, bagaimana kau bisa seperti ini? Daddy sudah menyuruhmu untuk menjaga Renjun."
'gua lagi yang kena kan. siapa yang berani bikin sepupu gua gini anj*ng.' batin Jeno, ia hanya menunduk sambil mengepalkan tangan nya dengan kuat.
"Kita jenguk Renjun sekarang juga." ajak Donghae, semua mengikuti perkataan Donghae dan langsung menuju ke rumah Renjun.
***
Suasana sejuk saat itu membuat Jaehyun bisa tertidur dengan lelap. Ia tertidur di kursi dan menopang kepala nya dengan lipatan tangan di atas meja kecil itu. Benar-benar sangat hening suasana di kamar Renjun. Sesekali, Jaehyun mengintip untuk mengecek Renjun sudah sadar atau belum. Pada akhirnya, Jaehyun bangun dan menghampiri Renjun. Ia menatap tulus wajah Renjun, mengelus-elus pipi nya dengan pelan, mengusap-usap kepala nya, dan tentu saja ia menggenggam tangan nya. Air mata itu jatuh kembali. Ia langsung mengusap air mata nya karena tidak ingin Renjun tahu jika Jaehyun menangis.
ting tong...
"Ko sepi sih dad? Gaada orang apa gimana dah"
"Coba buka pintu nya Jen, di kunci tidak?" Sahut Baekhyun.
Saat Jeno ingin membuka pintu nya, tiba-tiba pintu itu sudah terbuka.
"Ah.. Om Baekhyun, maaf saya telat buka kan pintu karna saya pikir tadi hanya orang iseng. Silahkan masuk semuanya" Jaehyun mempersilahkan semua nya untuk masuk.
"Woaaaaa rumah nya kak injun luas sekaliiii. Pantes aja Do-"
"Ekhm aduh kamar mandi dimana nih kebelet kencing gua." Sela Jeno supaya Felix tidak melanjutkan kalimatnya.
***
Wangi kamar Renjun kini bukanlah wangi parfum, aroma lilin, melainkan wangi obat-obatan. Om Baekhyun, Daddy Donghae, Jeno, Haechan, Jaemin, Felix kini berada di kamar melihat kondisi Renjun. Donghae menahan air mata nya supaya tidak jatuh. Jika Jeno mengetahui Daddy nya nangis, pasti saja langsung ngegas.
"Renjun sud-"
"Ah iya, apakah kamu mengenal Guru Lee dan Shotaro?" Potong Baekhyun.
"Guru Lee adalah adiknya Daddy saya dan Shotaro adalah anaknya."
Sahut Donghae bicara dengan nada mengejek "Oh apakah Suho memiliki adik dan keponakan yang sangat begitu baik?"
Jaehyun tidak mengerti maksud dari Donghae apa. Jaehyun terheran, mengapa Baekhyun menanyakan hal itu pada Jaehyun. Tiba-tiba saja, Donghae keluar dari kamar dan membuat Jaehyun makin bingung.
"Sekarang." Setelah Donghae memberikan isyarat lewat telfon, ia pun masuk kembali kedalam kamar.
"Felix, Jaemin, Haechan, tolong tetap disini jaga Renjun dan Jeno, ikut Daddy dan Om Baekhyun. Nak Jaehyun tolong tunjukan dapur ya, kami ingin membuat makanan."
Tanpa ada rasa aneh, akhirnya Jaehyun mengantar mereka ke dapur di lantai 1. Donghae kembali memberi isyarat. Dan ternyata, tadi ia menelfon anak-anak buahnya untuk datang kerumah Renjun. Donghae menyuruh Jeno untuk mengambil alih supaya ia tidak merasa aneh. Anak buah Donghae diam-diam memasuki rumah dengan sangat hati-hati. Mereka sudah memakai topeng, membawa tali, saputangan dan beberapa suntikan.
Saat Jaehyun dan Jeno sedang membuat mie, Jeno menaikan jempol tangan di belakang badannya mengisyaratkan bahwa saat ini, detik ini, lakukanlah.
"hpppp mmmm mmmm" Mulut Jaehyun di sekap begitu keras hingga ia tidak bisa bernafas, mata nya di tutup lalu tangan kaki nya pun di ikat dengan tali.
Jaehyun pingsan.
Tanpa basa-basi, anak buah Donghae langsung membawa Jaehyun ke tempat yang Felix pernah keceplosan, iya betul, markas.
"Ah iya, Lucaseu. Jangan di habiskan dulu. Jika ia terbangun, maka berilah air sedikit, tunggu sampai saya datang." Ucap Donghae kepada ketua anak buahnya itu.
"Siap laksanakan perintah, Bos!" Jawab Lucas dengan lantang.
Saat hendak menuju kamar Renjun, tiba-tiba-
drrtt drrtt...
"HYUNGGG! Tadi aku lihat dari cctv di hp, itu berjalan sangat mulus hyung! Tolong tetap jaga anakku, sampai aku dan Wendy pulang."
"Kau tenang saja Chanyeol-a. Cepat kembali."
"2 hari lagi aku pulang, hyung."
***
Jaehyun tetap belum sadar. Kini ia sedang berbaring di markas dan dijaga oleh Lucas. Anak buah lainnya sedang mengatur strategi dengan Donghae, Chanyeol, Baekhyun dan Yuta. Bagaimana dengan Renjun? Chanyeol sudah mengirimkan beberapa perawat untuk menjaga anaknya. Jangan khawatir.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
THUG LIFE | JAEREN ✔
Acak[ COMPLETED ] Di urus dengan sang perawat, depresi Renjun perlahan sembuh. Tidak berhenti sampai penyembuhan, ia kembali terluka saat perselisihan hebat antar keluarga Renjun dan keluarga Jaehyun. © m a t c h a l l a t e u