14

2.7K 565 73
                                    

"Besok tanggal satu. Hali dimana aku lahil." Kookie senyum getir, jemari mungil mengusap bingkai foto lama yang dia simpan. Matanya berkaca-kaca waktu memori singkat berputar, menari bagai musik klasik bernada indah. Matanya mengedar ke seluruh ruangan. Di sini, begitu banyak kenangan indah waktu dirinya masih berumur tiga tahun menuju empat. Iya, benar, kurang lebih sekitar satu tahun yang lalu. Walaupun kedua orang tuanya ngga sekaya orang lain, tapi tiap Jungkook ulang tahun, pasti ada kejutan kayak nyanyi bareng.

"Hehe, kangen sekali" Ketawa tapi matanya nangis. Ngusap kasar pipi gembil seputih dan segembul bakpao. Berjalan ke kamar mandi buat bebersih diri, kemudian jalan-jalan keluar sekedar mencari hiburan sebentar.

***

Kerikil jalanan menggelinding sebab ada objek yang menendang. Jungkook singgah di taman pusat, sekarang sore banget. Orang yang masih netap cuman anak-anak baru gede latihan skateboard. Duduk di ayunan menurutnya bukan ide yang buruk. Kaki kecil melangkah, deketin ayunan warna merah mengelupas, duduk terayun pelan sambil menikmati kicauan burung yang berterbangan balik ke sarang.

"Bulung aja puna olang tua, aku kok tidak?" Kepalanya menunduk perhatikan sendal lusuh menyentuh tanah. Usapan dari benda dingin menyentuh kepalanya. Jungkook mendongak, dapati sepasang mata kecokelatan menatapnya penuh kasih sayang. Cowok dewasa. Kookie ngga kenal itu siapa, tangan kanan terulur nawarin minum.

"Telimakasih"

"Kembali—

—Kenapa belum pulang?"

"Enak aja di sini."

"Nama abang Seojoon."

"Aku Kookie"

Jungkook senyum natap pria pakai hoodie abu itu. Dari garis wajahnya, cowok ini lumayan berumur. Dan kalo liat tipe pria kayak gini, Jungkook jadi kebayang papanya. Memalingkan wajah karna semakin ditatap semakin bikin kangen.

"Heung kenapa di sini?"

"Kalo habis kerja, enaknya santai Kook"

Jungkook oh-oh doang. Ngga terlalu ambil pusing tentang pemikiran orang dewasa. Padahal menurutnya, kalo habis kerja kan lebih enak santai di rumah. Tapi, yasudahlah, suka-suka hyung Seojoon aja.

Lama terdiam menyelami pikiran masing-masing, Seojoon kembali buka suara.

"Udah mau malam. Mau diantar pulang?"

"Engga, aku bisa sendili. Duluan aja hyung"

Seojoon natap Jungkook ngga yakin, ini bocah berani banget, orang tuanya ngga nyariin apa? Gelap gini loh.

"Benelan dapapa heuuuungg"

Pria tinggi itu ngangguk, lanjutin langkah kaki. Perlahan punggung tegapnya menghilang di persimpangan jalan. Jungkook kembali merenung, cahaya lampu taman lebih terang dibanding cahaya dalam hidupnya. Kelam, hampa, kosong, gelap, dirinya bahkan ngga yakin kalo besok mengulang tahun. Ketemu di tanggal yang sama tapi masih bernyawa. Hebat juga dia. Begitu batinnya bersuara. Jungkook senyum waktu lihat kucing berbulu putih lagi mengais sisa makanan dalam sampah. Berjalan santai mendekati, bibirnya bergumam biar si kucing ngga takut.

"Janan takut, kita satu nasib. Ikut ke lumah aku yaa" Kucingnya sempat berontak, tapi usapan lembut dari jemari Jungkook, menyalurkan rasa tulus. Kucing itu diam, meringkuk di pelukan anak kecil berpakaian lusuh.

***

Kamar mandi umum jadi tempat yang Jungkook datangi sebelum ke rumah. Dia mau mandiin kucing baru, sekalian bersihin badan.

"Kamu nama na Kuma"

"Nah, sekalang Kuma mandi dulu"

Tangan kiri memegang Kuma erat-erat, nyalain keran air. Dia mandi sambil melukin kucing. Kalo dilepas, bisa kabur. Tapi walaupun begitu, badannya ngga kena cakar satu senti pun. Mungkin si kucing tau, anak ini terlalu rapuh buat ditambahin luka secara fisik.

[Donat-Donat Kookie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang