17

2.4K 485 54
                                    

Kucing peliharaannya Kookie Kuma ya, maaf banget ini mah, aku lupa antara chapter sebelumnya sama sebelumnya lagi. Makasih udah diingetin. Ini nanti ku revisi aja lah, banyak typo nya, haduh. Yang nulis pikunan.

——————————————————

Jungkook ngga pernah merasakan kebahagiaan ini sebelumnya. Digenggam hangat tangan buna, jalan bareng di bawah matahari yang bersinar lembut. Nyanyian dari suara mungil sejak pertama melangkah, selalu teralun ceria.

"Buna, aku pelnah kelja di sini loh. Sapu-sapu jalanan. Telus aku dikasih sedikit sekali, padahal capek. Ih, aku sebel, masa dikeljain."

Wanita berbaju dress sederhana itu menunduk, senyum dengar celotehan si kecil, senang liat wajah cemberut Kookie.

"Selama buna ngga ada, pasti kamu banyak ngalamin hal sulit ya, nak?"

"Iya. Lasana aku mau metong, tapi ini kan yang buat aku jadi dewasa? Buna, peloses dewasa memang da enak."

Cailah Jung, sokan banget kamu. Ntar aja ngomong soal pendewasaan, hidup tanpa pampers dulu coba. 

Arika nyubit sedikit pipi gembil anaknya. Nawarin gendongan, tapi ditolak, Jungkook ngga mau nyusahin buna. Dia lebih milih ngecupin punggung tangan Arika sepanjang jalan. Semoga Kookie tetap semanis ini ketika sudah dapat pasangan hidup. Jungkook beda dari ayahnya, jangan sama kan itu. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, itu benar. Tapi pohonnya Arika, hehe.

"Buna..."

"Ya, sayang?"

"Itu, boleh?" nunjuk ke arah orang jualan es bubble sari buah. Enak banget siang-siang cerah gini ditemani yang segar.

"Boleh. Yuk!"

Jungkook terpekik girang, gendong Kuma sambil dicium-cium, si kucing ikut senang lihat majikannya senang. Kelihatan dari ekor yang gerak-gerak. Kookie menarik tangan buna buat jalan lebih cepat, hari ini dia mau ngabisin waktu yang menyenangkan, karena om Hanbin pasti menjemput buna nya kembali untuk penyembuhan total. Tapi gapapa, yang penting Jungkook tau buna pergi kemana. Ngga kayak di awal-awal, dia cuma bisa nangis karena bingung kemana perginya Arika. Otak adek sebenarnya tau bahwa buna bukan manusia berpikiran normal, tapi hatinya menolak dan terus yakin kalo buna itu normal, ngga gila.

"Mau rasa apa nak?"

Lama melamun bikin dirinya kaget ketika dengar pertanyaan mendadak.

"Anggul aja."

"Yuk, duduk dulu." Arika pegangin pergelangan tangan Jungkook buat nuntun ke arah kursi plastik yang berjejer. Perempuan dewasa itu ngga bosan-bosn natap muka putra semata wayangnya. Melihat gimana cara Kookie ngomong, cerita, kesal karena ditinggalin, ceria waktu inget hyung Bangtan, pokoknya banyak banget cerita yang dia luapkan.

"Nanti kita singgah ke mini market dulu buat beli pampers kamu. Habis kan?"

"Em, tapi aku sekalang pakai na pas malam aja. Kalo siang engga."

"Wah... Hebat banget anak burik."

"Kok bulik?" alis mungil menurun tajam. Keliatan ngga suka sama panggilan itu, ibunya yang cantik ini merasa burik?

"Iya, kan buna Rika."

"Janan aneh-aneh ah! Alay banet disingkat-singkat gitu."

Arika gemes, nyolek dagu Jungkook sambil senyum usil. Anaknya sejak kecil entah kenapa keliatan cool gini. Pipi gembul selalu diusap. Setelah lebih satu bulan ngga pulang, Arika kangen total. Selama perawatan, dirinya sisipkan foto Jungkook ke dalam saku. Kalo kangen, cuma bisa cium lewat foto. Sebenarnya Arika itu ngga gila, dia cuma punya masalah mental yang lumayan besar. Daripada mengasuh anak berujung menyakiti secara ngga sadar, jadi sama Hanbin mending diamankan. Gitu-gitu juga, si Hanbin sayang banget sama Jungkook.

"Kapan buna pelgi lagi?"

"Eiyy, kok nanya gitu? Ngga sabar pengen buna pergi ya?"

Mata adek membulat, dia jadi ngga enak. Arika malah ngira dirinya ngusir.

"Bukan! Selius aku da ada maksud jahat. Bunaaaaa, aku cuma nanya loh." bibir monyong ngga terima. Tangan mungil narik tangan Arika buat digenggam. Ngasih kecupan-kecupan ringan biar bundanya luluh sedikit. Bukan luluh sedikit lagi, tapi emang sudah luluh sampai mencair total liat betapa manisnya si semata wayang.

"Ngga tau dek, buna sih ngga mau balik ke sana. Tapi kalo buna ngga diobati, nanti kamu yang sakit. Maafin ya, nak. Buna sering lukain kamu." air mata Arika lolos. Rambut lembut Jungkook diusap oleh tangan bergetar.

"Janan nangis. Nanti aku—HUWAAAAAAA, IYA, AKU MAAPIN. BUNA JANAN PELGI LAGI."

Arika yang awalnya fokus jadi kaget denger si bocah teriak tiba-tiba gitu. Ngga Arika doang, pengunjung lain juga tercengang.

"Diem, diem. Udah, dek." jadi lucu gini. Gemoy banget, astaga.

"Gimana? Kamu tadi belum cerita soal temen-temenmu." berusaha buat ngalihin topik biar Jungkook ngga terus-terusan melaw.

"Iya," jeda. Ingus dihapus pakai ujung baju. "Puna temen empat olang. Tapi yang dekat cuma dua. Nama na, Bambam sama Jungkook."

"Jungkook? Samaan dong?"

"Ihihi, iya, benal. Dia manja, suka banet jadi bos. Tapi baik kok. Malga dia Kim."

Arika mengucap tenang dalam hati, "Syukurlah, bukan orang yang sama. Aku jadi kangen."

[Donat-Donat Kookie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang