CB || Satu 🐢

6.2K 167 8
                                    

||Happy Reading ||

Aiden Hafidz Anggara, laki laki itu masih nyenyak dalam tidurnya, ia tidak tau sekarang adalah ujian Matematika.

Ovi, Bunda Aiden berjalan menuju kamar putra tersayang nya, berniat untuk membangunkan tidur.

Ovi mengulas senyum kala melihat putra nya tertidur sangat damai, lalu perlahan Ovi menepuk pipi Aiden pelan.

"Nak.. Iden bangun yuk, lihat sudah jam berapa ini, kamu telat nanti lho"

Aiden menggeliat lalu mengucek mata nya dan perlahan membuka matanya.

"Ngh.. Bunda iden mau bolos " Aiden berucap sambil menyatukan kedua telapak tangan didepan seraya memohon dengan tatapan sendunya.

"Gak boleh sayang, inget iden mau jadi dokter kan? "

"Engga bunda" Aiden mengerjapkan matanya polos.

"Kemarin kamu bilang mau jadi dokter, kalo mau jadi dokter berarti harus semangat ke sekolah " Ovi berucap lembut sambil mengusap rambut putranya.

"Engga iden ganti mau jadi Tukang Cilok aja, kan sekalian kalo Iden laper Iden makan deh ciloknya"

Ovi tergelak lalu tertawa pelan "Kamu ini ada ada saja, sudah bangun mandi sarapan bunda tunggu dibawah "

Aiden masih enggan untuk meninggalkan kasur tersayang nya.

"Kasur kamu baik-baik ya, jaga diri kalo iden sekolah" ucap Aiden seraya mengelus kasur dan mencium kasurnya.

Aiden dengan berat hati lalu masuk ke kamar mandi.

10 menit kemudian Aiden selesai dan memakai seragam nya lengkap serta rapih, tak lupa ia memakai minyak telon diperutnya, wajib kudu ini mah.

Lalu Aiden turun kebawah hendak sarapan, disana sudah ada Ayah dan Bundanya, memang hanya ia anak satu - satunya di keluarga ini.

"Pagi yah, bunda" Aiden mengecup pipi Ayah Dirga dan Bunda Ovi.

"Pagi nak" jawab nya serentak.

"Nih susu kambing kesukaan kamu, sama nasi goreng nya dimakan buruan, takut telat nanti kamu" Ucap bunda ovi.

"Tenang Bunda ku syaayaang" Aiden melahap dengan cepat nasi goreng buatan Bunda .

"Ayaahh iden mau robot yang bisa ngomong itu kek punya Doni" Aiden mulai bicara pada ayahnya saat nasi goreng nya habis.

Dirga mengusap wajah nya lalu menghela nafas pelan.

"Iden.. Kamu sudah besar main lah sama teman sebaya kamu, jangan main sama Anak kecil nak" ucap Dirga lembut.

Ya memang bagaimana Dirga tidak bicara seperti itu kalau Aiden bermain bersama bocah berusia 7 Tahun? Seharus nya bermain seusianya Aiden malah bermain dengan Anak kecil.

"Gak gak gak" Aiden menggeleng keras lalu menatap Ayahnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ayah tega masa iden mau ninggalin Doni.. Iden gak mau" ucap Aiden seraya menahan tangis nya.

Bunda Ovi langsung menghampiri Aiden dan mengelus kepala nya lembut.

"Sudah, minum susunya dulu, kamu berangkat.. Boleh ko main sama Doni ya sayang" Bunda Ovi berucap sangat sangat lembut agar putranya tidak menangis.

Aiden mengangguk lalu menghabiskan susu nya dan berpamitan dengan Ayah Bundanya.

"Iden berangkat Assalamualaikum "

"Waalaikumussalam "

Aiden mengendarai sepeda motor matic nya dengan kecepatan sedang, sesekali ia tersenyum senang kala angin terasa menyapa wajah tampannya.

🍊🍊🍊

Tak lama, ia sampai di sekolah tercintanya SMA Garuda Sakti, dan Aiden memarkirkan motornya tanpa melepas helmnya.

Aiden melangkah riang menuju kelasnya tanpa menyadari helm nya masih terpaut dikepalanya

Sontak siswa yang melihar kejadian tersebut tertawa melihat Aiden.

Aiden heran mengapa pada tertawa melihat dirinya?

Aiden memutuskan untuk bertanya kepada cewek yang juga hampir mau tertawa saat melihat dirinya.

"Eh kamu, ini kamu kenapa kok ketawa liat iden? "

Sontak cewek tersebut langsung menunjuk kepalanya.

"Itu helm lo haha, kocak banget sih lo" Cewek tersebut lalu langsung pergi.

Aiden memegang kepalanya dan benar Helm nya masih dikepalanya, ia buru buru melepasnya dan nyengir "Haha kok bisa ya lupa"

Lalu ia menaruh helm nya dimotornya.

A

iden berjalan santai lagi menuju kelasnya yang berada dilantai bawah dekat lapangan.

Disaat lagi santai berjalan ada yang tiba - tiba menabraknya cukup kencang, bahkan Aiden hampir tersungkur.

"Aduh siapa sih nabrak iden segala " Laki laki itu menemukan sosok yang menabrak nya langsung lari tergesa gesa.

"Aduh mampus gue" ucap perempuan yang menabrak Aiden.

Aiden lalu meneruskan jalan nya, namun terhenti ketika didepan nya ada pak satpam yang galak sedang berlari menuju arahnya bersama 2 orang laki-laki.

"Gawat" gumam Aiden pelan.

Aiden dengan polosnya berbalik arah lalu langsung berlari dan hendak bersembunyi diruang musik yang diujung koridor.

Aiden masuk dengan nafas tersengal lalu berfikir.

"Ish kenapa iden lari coba, kan mereka juga bukan kejar iden" Aiden menghentakkan kakinya kesal.

"Heh pergi lo, lo ikutin gue ya? " ucap perempuan yang tadi menabrak Aiden, rupanya ia memilih bersembunyi diruang musik.

Aiden lalu menatap perempuan dihadapan nya tajam, namun bukan nya tajam malah terlihat menggemaskan.

"Enak aja, iden tadi kaget aja bukan ikutin mbak ya, mbak juga tadi nabrak iden, kok mbak gak tanggung jawab" ucap Aiden lalu mulai berkaca-kaca.

"Dih bocah songong, ogah gue tanggung jawab emang gue ngapain lo, udah keluar lo darisini" perempuan itu mendorong tubuh Aiden agar keluar.

Aiden lantas mengeluarkan air matanya dan berteriak "Huaaa hiks mbak jahat, tolong ada mbak jahaattt"

Perempuan itu melotot kaget dan menutup mulut Aiden.

"Ck bocah sialan, berisik tau ga lo, jangan nangis! "

Aiden mendengar bentakan itu malah semakin mengeraskan tangisannya, ia benci bentakan, Aiden tidak suka.

"Hikss mbak jahat.. Iden gak suka.. Iden benciii hua bundaa" ucap Aiden mengeraskan suaranya .

Perempuan itu bingung, kenapa anak cowo nangis cengeng seperti ini?

Tak lama dengar suara langkah kaki mendekat ke arah ruang musik.

"Mampus gue, tamat udeh" gumam perempuan itu pelan.


Tbc
Jangan lupa bantu voment nya ya untuk cerita ku yang absurd ini haha 😚

Childish Boy 👶🏻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang