|| Happy Reading ||
Di kantin lah Aiden dan Saka berada, sejenak mengisi perut nya sehabis ujian matematika.
Aiden menunggu sambil melihat keadaan sekitar kantin yang cukup ramai, sedangkan Saka yang memesan Batagor dan Es teh.
Saat melihat keadaan sekitar, ada seorang perempuan yang tengah memperhatikan nya, perempuan itu lalu menghampiri Aiden.
"Heh bocah sialan"
Iya, dia Embun Ayanna, cewek yang selalu membuat onar dilingkungan sekolah tercintanya ini.
Aiden menatap Embun tajam "Mbak lampir, iden gak mau mata iden sakit liat mbak lampir, soalnya ganggu pemandangan"
Embun melotot kaget, ia semakin mau menghajar Bocah ini "Oh Mbak Lampir? "
Aiden menganggukkan kepalanya polos.
"Nih rasain kekuatan gue" Embun menjambak rambut halus Aiden kencang, membuat Aiden meringis sakit.
"Lepas Mbak lampir, sa-sakit lepas" Aiden memukul tangan Embun dan berusaha menahan tangisannya.
"Gue gak bakal lepas, kalo lo mau gue lepas, lo harus minta maaf ke gue didepan semua orang" Embun tersenyum miring, yah siapa suruh berani melawan Ratu pembuat onar.
Aiden mulai menangis, ini sangat sakit.
"Lepas mbak lampir, hikss tolong ada orang jahat.. Hiks sakit " Aiden berucap kencang.
Sontak seluruh siswa siswi langsung menengok ke arah mereka.
Embun berdecak malas lalu melepas jambakan rambut nya.
Embun mendekatkan diri ke Telinga Aiden dan berbisik "Ck bocah lemah, lo tuh cowo bisa nya nangis? Cih gue tunggu maaf lo ke gue"
Aiden semakin mengeraskan tangisan nya, ia ketakutan.
"Apa kalian liat-liat?! " Embun berucap ketus lalu berlalu pergi dari kantin.
Saka jalan tergopoh gopoh sambil membawa pesanan mereka.
"Den lo diapain sama wewe gombel? " ucap Saka, ia tidak melihat ada kericuhan terjadi karena ia sempat pergi ke toilet saat kembali ia melihat Embun berbisik ke Aiden.
"Hua hiks saka.. Rambut iden dijambak Mbak lampir te-terus dia suruh iden buat minta maaf"
Saka mengepal kan tangan nya, ia kesal, selama ini ia saja tidak pernah berbuat kasar pada temannya yang polos itu.
"Keterlaluan tuh anak sama bocil"
"Siapa yang bocil saka? " tanya Aiden polos.
"Noh mpok inem" Mpok Inem kebetulan lewat depan mereka langsung menghentikan langkahnya, menatap Saka yang memanggil namanya.
"Saka ganteng ada apa panggil mpok" Mpok Inem, selaku tukang nasi uduk lalu mengedipkan matanya centil.
"Siapa yang panggil lo, gue panggil nama pembantu gue, udah sana mpok" Saka berucap ketus, ia sangat tidak suka perempuan centil, biarlah dia saja yang genit ke cewe.
Mpok Inem mencubit mulut Saka kencang "Mpok cabein lo yah bibir lo nih, mpok kan tuaan dari lo yang sopan dong"
Saka memutar bola matanya malas, ia kembali melanjutkan makan batagor nya, membiarkan Mpok Inem yang sedang menatap nya kesal.
Aiden memegang lengan Mpok Inem "Mpok jangan dimarahin, lagi Saka gak salah"
"Ish bocil gemoii " Mpok Inem lantas mencubit pipi Aiden kencang yang menimbulkan bekas kemerahan.
"MPOK SAKIT PIPI IDEN" Teriak Aiden, mendengar teriakan Aiden Mpok Inem langsung kabur.
Aiden mengelus pipi nya pelan 'Mpok inem ngeselin banget emang nya Iden ini apa dicubit kenceng, sakit tau.. Bundaaa ' batin Aiden.
Saka terkekeh pelan melihat pipi bocil yang sudah sangat memerah "Udeh makan tuh batagor lo, tar dimakan setan"
Aiden menganggukkan kepalanya dan melanjutkan aktivitas makannya yang sempat terganggu.
🍄🍄🍄
Ah hari ini sangat melelahkan bagi Aiden, hari ini ia berurusan dengan Mbak Lampir yang ia saja tidak terlalu mengenalnya.
Aiden lelah memikirkan ucapan Mbak lampir dikantin, ia bingung apakah ia akan meminta maaf atau tidak, kalau ia pikir memang nya kesalahan dia fatal? Cuma panggil Mbak Lampir aja gak salah kan?
"Bundaaa iden sakit" Aiden memukul kepala nya pelan.
Bunda Vio masuk terburu-buru dengan masih menggunakan celemek, karena ia lagi masak.
"Nak?! Yaallah ada apa? Jangan pukul kepala gemoi kamu" Bunda Vio mengecup kepala Aiden lembut menghirup aroma jeruk dari rambut Aiden, ya anaknya itu memakai shampo bayi.
Bunda Vio mendudukkan diri ditepi kasur Aiden dan menggenggam tangan Aiden lembut.
"Ada apa nak? Kamu kaya banyak pikiran"
Aiden menggigit bibir bawah nya, ia bingung apa ia cerita atau tidak, namun ini sangat mengganggu pikirannya.
Aiden memutuskan untuk bercerita kepada Bundanya, ia menjelaskan awal mula kejadian ia dibawa ke BK dan tentang Mbak Lampir yang menjambak dikantin.
Bunda Ovi membulatkan matanya, ia kaget, baru kali ini ada lagi yang macam-macam dengan anaknya setelah dua tahun lamanya.
"Nak, lebih baik kamu menyerah saja, bunda tau kamu itu tidak akan membuat kekacauan, tapi dengan kamu memanggil dia Mbak Lampir justru ia tidak terima, lebih baik selesaikan masalahnya ya Iden sayang"
"Bunda syayaangg " Rengek Aiden lalu memeluk Bunda Ovi, manja nya selalu kambuh.
Bunda Ovi mengangkat dagu Aiden "Lihat Bunda nak, minta maaflah, Bunda gak mau kamu ada masalah dengan orang yang ingin berbuat buruk kepada Iden"
Aiden menatap mata Bunda Ovi sendu, Mata Bunda nya yang selalu menenangkan hatinya.
Aiden menganggukkan kepalanya pelan "Iden minta maaf besok sama dia Bunda"
Bunda Ovi tersenyum lembut, lalu melepaskan pelukan Aiden "Dah Bunda mau masak dulu, nanti Ayah kamu pulang"
Dengan berat hati ia melepaskan pelukannya, seakan ingat sesuatu ia menatap Bunda Ovi antusias.
"Bunda, Bunda mau jadi pacar Iden gak? "
Tbc
Makasi teman teman dah baca, yuk spam komen ,dan vote nya ya timaaci 🐣👶🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy 👶🏻
Teen FictionAiden Hafidz Anggara, laki-laki polos, periang, kekanakan, sangat manja tentunya ini sudah menempuh kelas 12 SMA. Namun karena sedari ia masih bayi sampai sekarang pun Ayah Bunda nya terlalu memanjakan laki-laki ini. Ini kisah cinta, persahabatan...