|| Happy Reading ||
Disinilah Aiden berada, ruang BK bersama Perempuan yang tadi menabrak dan membentaknya, iya mereka ketahuan oleh satpam galak.
Bu Ajeng menatap anak murid nya lalu menghela nafas pelan "Jadi Aiden, Embun, kalian bisa jelaskan kesalahan kalian? "
Embun memutar bola matanya malas "Udah deh bu gak usah nanya - nanya gini, lebay"
Bu ajeng geleng - geleng kepala mendengar ucapan Embun, murid perempuan yang sering keluar masuk ruangan nya.
"Mau sampai kapan kamu buat ulah gini? Orang tua kamu mau saya panggil lagi? " ucap Bu Ajeng serius sambil menatap mata Embun.
"Sampai saya bosan, panggil aja toh mereka gak bakal dateng haha" Embun tertawa sumbang.
Aiden hanya memperhatikan interaksi mereka tanpa berniat berbicara, ia ingat apa yang Bunda Ovi katakan 'kalau ada guru bicara kamu diam jangan bicara ya'
Bu Ajeng memijat pelipisnya pelan, ia bingung harus apa lagi menghadapi muridnya yang selalu berbuat onar.
"Ibu kasih kamu hukuman lari 5 putaran lalu bersihkan kaca yang ada di toilet perempuan "
Embun melotot kaget, What?! Bersihin kaca kotor kek gitu bukan gue banget!
Embun spontan geleng-geleng kepala lalu berucap "Engga! Duh bu, kuku saya yang cantik ini nanti kotor, saya lari 10 putaran deh gapapa"
Bu Ajeng tersenyum miring, ia akan mencoba memberi hukuman bersih-bersih supaya Embun tidak akan mengulangi nya lagi.
"Tidak ada, atau kamu bersihin toilet nya aja? Saya sih bebas"
"Ah ibu, ngeselin banget sih bu, saya sumpahin ibu awet muda" Embun berucap kesal dengan mengerucut kan bibir nya.
Bu Ajeng tersenyum mendengar nya "Ya abisnya kamu kenapa buat ulah? Segala ngambil kunci gerbang dari Pak Tio"
Ya Embun memang berbuat ulah lagi, ia datang terlambat dan gerbang ditutup, saat ia lihat pak Tio tertidur lalu ide licik nya bekerja dan mengambil kunci gerbang lalu kabur.
Wajar ia dikejar sama Pak Tio , Kang Ujang (Tukang kebun) dan Kang Mardi (Tukang bersih-bersih).
Embun mengangkat bahu acuh lalu berdiri dan berjalan keluar dari ruangan itu tanpa pamit pada Bu Ajeng.
"Aduh anak itu" Bu Ajeng hanya mengehela nafasnya lalu menatap anak laki-laki yang sedang memperhatikan nya.
"Ah iya, kamu Aiden, jangan sekali kali kamu bantu Embun kalau tidak mau kena hukuman juga"
"Iden gak bantuin mbak lampir itu kok bu, iden gak tau masuk ke ruang musik aja eh ada mbak lampir" cerocos Aiden dengan mengerucut kan bibirnya lucu.
"Ya ibu percaya, pokoknya jangan sampe kamu macam-macam ya"
Aiden menaruh tangan nya dipelipis dahi nya layaknya hormat "Siap bu, iden gak bakal ikut macam-macam, ngapain juga iden macam-macam nanti bunda gak kasih iden mainan"
Bu Ajeng menghela nafas lagi, polos sekali anak ini.
"Yasudah kembali ke kelas sekarang " titah Bu Ajeng.
"Iya bu, assalamualaikum "
"Waalaikumussalam "
Aiden keluar ruangan Bu Ajeng, mata sendu nya menatap ke arah lapangan yang dimana ada Embun, si Mbak Lampir lagi menjalani hukuman nya.
"Xixixi rasain tuh Mbak Lampir, lagian sih ngeselin sama Iden, jadinya gitu kan" Aiden terkikik geli lalu melanjutkan langkah nya menuju kelas.
🍇🍇🍇
Aiden melangkah masuk ruang kelasnya yang sudah sangat ramai, telinga nya bahkan ia tutup karena teman perempuan nya nyanyi dengan suara keras, mending kalo enak, lah ini sember.
Aiden duduk dibangku ke 3 dari depan lalu mengeluarkan mainan boneka gantungan kunci dari tasnya.
"Kalian tau gak sih, dikelas iden rame banget, kalian bisa dengerkan? " ucap Aiden pada gantungan kunci nya.
Teman-teman yang melihat Aiden hanya menatap nya Aneh, namun tidak menegurnya lagi, karena sudah biasa Aiden seperti itu dari kelas 10.
"Wooi! " Teriak Saka, teman cowo Aiden yang penampilannya urakan namun ia tetap saja mau berteman dengan nya.
Aiden terlonjak kaget lalu matanya mulai berkaca-kaca.
"Woi lah gue sengaja, eh gue gak sengaja, suer" Saka panik, jika Aiden sudah menangis bahkan menghentikan tangisan nya susah.
Aiden menatap Saka kesal lalu memukul kepala Saka dengan tangan nya, sangat pelan, tidak sakit sama sekali bagi Saka.
Saka membiarkan begitu saja, yah namanya juga tenaga bocil.
"Sa-saka kagetin iden, iden kesel"
"Ck elah gitu doang, lo gimana mau punya cewe, nih kek gue banyak cewe antri ke gue " ucap Saka sambil menyugar rambut nya ke belakang.
Memang Saka selain penampilan nya urakan, ia juga terkenal dengan playboy cap kodok nya, banyak perempuan yang ia jadikan pacar nya.
"Ja-jangan ajarin Iden pacaran, kata Bunda gak boleh"
"Yaela yauda kalo gitu lo pacaran aja sama Bunda lo" ucap Saka asal.
"Emang boleh? " Aiden bertanya polos dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Saka mengusap wajah nya frustasi, capek gue capek.
"Boleh, coba besok pacarin Bunda lo" ucap Saka seraya menahan tawanya.
Aiden hanya mengangguk polos, dan tak lama Pak Fajar selaku guru MTK datang memasuki kelasnya.
"Gak perlu basa basi lagi, siapkan kertas selembar beri nama dan kelas" ucap Pak Fajar tegas.
"Yah bapak, diundur dong "
"Pak saya gak paham"
"Gue pasrah aja lah"
"Diam, jangan ada yang bicara lagi, kerjakan dengan benar, ada yang mencontek? Bapak robek kertas nya! "
Pak Fajar lalu mulai menulis kan soalnya dipapan tulis.
Aiden menatap nya bingung 'eh emang ada ujian ya? '
Memang Aiden selain polosnya kebangetan ia juga pelupa.
Aiden mengucap Bismillah lalu mulai mengerjakan ujian nya, ia menatap soalnya lalu mulai menjawabnya, yah ada yang ia tau ada yang tidak, daripada tidak tau semua kan?
"Susst bocah" bisik Saka di belakang.
Aiden menoleh lalu mulut nya berucap Apa, tanpa suara.
"No 4"
"Iden belum saka, saka emang udah sampe no 4? Kalo iden belum, saka tau nomor 3? " bisik Aiden pelan.
Saka menepuk dahinya pelan, percuma ia tanya.
Aiden melihat Saka menepuk dahinya ia bingung? Lah saka kenapa?
Aiden mengangkat bahu nya lalu mulai mengerjakan nya lagi.
Tbc
Makasi yang udah bacaa kakak "🤓
Kakak" jangan lupa voment buat iden - Aiden 👶🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy 👶🏻
Teen FictionAiden Hafidz Anggara, laki-laki polos, periang, kekanakan, sangat manja tentunya ini sudah menempuh kelas 12 SMA. Namun karena sedari ia masih bayi sampai sekarang pun Ayah Bunda nya terlalu memanjakan laki-laki ini. Ini kisah cinta, persahabatan...