||Happy Reading ||
Vote nya gais! ✨
Langkah nya tergesa-gesa, ia menghampiri rumah sederhana bercat kuning itu, membuka pintunya dan masuk kedalam.
"Rie?"
Perempuan yang dipanggil itu mendongakkan kepala nya, lalu bangkit memeluk orang itu. Orang itu balas memeluk nya tak kalah erat lalu mengelus surai perempuan itu lembut, penuh kasih sayang.
"Tenang ok, Aku disini."
"Hiks.. Van aku gak bisa kaya gini terus." Perempuan itu mulai menangis dengan masih memeluk orang yang dipanggil nya Van, ya benar ia Revan.
Revan melepaskan pelukannya, dan menangkup wajah perempuan itu lembut. "Susst, kamu bisa. Aku yakin kamu bisa laluin semua ini, Rie nya Revan kan kuat."
Perempuan itu justru semakin terisak lalu menjambak rambut nya sendiri. Revan dengan sigap langsung menahan perempuan itu sebelum perbuatan nya semakin menggila.
"Le-lepas.. Aku mohon." ucap perempuan itu lirih. Sorot matanya menunjukkan kesedihan yang mendalam.
Revan berkaca-kaca. Hatinya sakit, seakan ada yang menginjak dan meremas didalam sana.
"Jangan kaya gini Rie, Aku juga sakit." Air mata yang ia tahan pun keluar, Revan langsung mengusapnya kasar.
"Aku udah bikin dia hancur Van, itu Aku.. Aku jahat." Perempuan itu menjatuhkan diri ke lantai dan meringkuk memeluk kedua lututnya.
Sorot mata Revan berubah menjadi tajam, ia mendesis kesal. "Lupain Dia Rie!"
Perempuan itu tersentak, ia menggeleng lalu memundurkan diri menjauh dari Revan.
Revan mengusap wajahnya kasar. Ia harus mengontrol emosi nya saat ini. Revan mendekat ke perempuan itu dan mengelus kepala perempuan itu pelan.
"Maaf. Aku gak masuk bentak kamu, tapi satu hal yang kamu harus lakuin." Revan menghela nafas pelan dan melanjutkan ucapannya.
"Kamu lupain dia."
Perempuan itu bangkit berdiri dan melangkah keluar, berjalan cepat dan akhirnya menabrak meja ruang tamu.
"Ssh." Ringis perempuan itu melihat lututnya memar kebiru-biruan.
Revan panik, perempuan itu bisa saja melakukan hal nekat. Ia mengejar perempuan itu yang sedang diruang tamu.
"Rie lutut kamu, sini Aku obatin." Revan menarik tangan perempuan itu paksa, jika tidak paksa maka perempuan itu bakal nolak terus.
Revan mengambil es batu yang selalu ada di lemari kulkasnya, ia mengambil kain kecil dan menaruh sedikit es batu di kain itu lalu di lipat.
Revan mengobati Perempuan itu dengan hati-hati, perempuan itu hanya diam. Pandangan matanya kosong.
"Semua harus dibayar setimpal." lirih Revan seraya memejamkan matanya menahan emosi yang tiba-tiba meluap.
🌼❤🌼
"Udah iden bilang iden gak mau Saka." Aiden berucap dengan nada datar, sedangkan manusia di depannya ini sedang berjoget-joget tidak jelas.
"Ayo dong, bocil gue lemes banget." Saka masih menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan kanan, mengikuti irama dangdut yang Saka putar di youtube.
"Iden tuh gak suka joget-joget."
Bohong. Setiap ada lagu yang mengasyikkan pasti ia akan mulai joget. Namun mood nya tidak baik, lemas saja ia rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy 👶🏻
Teen FictionAiden Hafidz Anggara, laki-laki polos, periang, kekanakan, sangat manja tentunya ini sudah menempuh kelas 12 SMA. Namun karena sedari ia masih bayi sampai sekarang pun Ayah Bunda nya terlalu memanjakan laki-laki ini. Ini kisah cinta, persahabatan...