|| Happy Reading ||
Seusai acara arisan dirumahnya, Tamu-tamu Bunda akhirnya pulang, begitu juga dengan Nina. Aiden memutuskan untuk membantu Bundanya bersih-bersih.
"Bunda arisan kaya gini Bunda dapat uang gak sih?" Aiden bertanya tanpa melihat Bundanya, tangan Aiden sedang mengelap meja.
"Dapat dong, makanya Bunda bikin makanan gini karena ya uang arisan nya yang Bunda dapat lebih dari ini." Bunda Ovi berucap dengan memijat tangan nya sendiri yang pegal, ia habis mencuci piring.
"Wuih iden juga mau ikutan dong Bunda, biar bisa banyak-banyak beli permen." ucap Aiden polos.
"Permen terus, bolong gigi kamu."
"Ih nggak apa apa tau Bundaa."
Aiden selesai mengelap mejanya, ia memilih duduk juga disamping Bunda Ovi lalu menghela nafas pelan.
"Cape ya Bunda."
Bunda Ovi mendengus. "Capenya kamu itu cuma segitu aja, liat tuh Bunda dari tadi cuci piring, beresin piring, ngepel."
"Iya ya Bunda, sayang Bunda." Aiden nyengir lalu memeluk Bunda Ovi dari samping.
"Mau dong peluk juga." Dirga berjalan menghampiri mereka dan menjauhkan Aiden dari Bunda Ovi.
Aiden menggerutu kesal. "Apasih Ayah ko iden dilepasin."
"Sana ke kamar kerjain pr dulu, Ayah mau sama Bunda." Dirga berucap sambil mengecup pipi Bunda Ovi.
Bunda Ovi tersenyum lembut lalu mengelus rahang tegas suaminya pelan dan mencium pipi Dirga.
"Romantis terus sih." gerutu Aiden lalu mulai berjalan ke kamarnya.
Bunda Ovi tersadar segera menjauh dari suaminya. "Yah anak kita masih kecil, gak boleh liat kita kaya tadi."
Dirga memutar bola matanya malas, tak berniat membalas ucapan Ovi dan malah mencium pipi istri nya gemas.
Dengan jalan sambil dihentak-hentakkan Aiden akhirnya duduk dimeja belajarnya.
"Pr apa sih emang ada ya?" Aiden mengecek tugas - tugas lalu tak ada satu pun tugas, yang artinya ia bebas malam ini.
Aiden merebahkan tubuh nya dikasur kesayangan nya dan memejamkan matanya, tak lama Aiden sudah tertidur pulas.
Disisi lain Embun sedang menangis lagi.
"Gue cape Tuhan." Embun berucap lirih lalu menyandarkan punggung nya di pintu kamarnya.
Tok tok
"Buka pintu kamu Embun Ayyana." Suara Clarissa, mamanya Embun.
Ceklek
"Iya Mama." Embun menunduk tak ingin menatap Clarissa, bahkan tangan nya sedikit bergetar.
"Sini lihat Mama!" Clarissa berucap kencang lalu menarik dagu Embun paksa agar mendongak.
Embun berusaha menahan agar air matanya tidak tumpah, Clarissa menatapnya dengan tajam seperti biasa.
"Kenapa kamu semaunya sendiri? Saya dan Papa kamu sudah memilih kan pilihan terbaik untuk kamu." Clarissa melepaskan tangan nya dari dagu Embun dengan masih menatap tajam.
"Em-embun gak akan menikah dengan orang yang gak Embun cinta Ma." Embun berucap lirih dan air matanya lolos begitu saja, Embun langsung menghapus air matanya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy 👶🏻
Teen FictionAiden Hafidz Anggara, laki-laki polos, periang, kekanakan, sangat manja tentunya ini sudah menempuh kelas 12 SMA. Namun karena sedari ia masih bayi sampai sekarang pun Ayah Bunda nya terlalu memanjakan laki-laki ini. Ini kisah cinta, persahabatan...