10. Kehadiran Alexa

27 6 0
                                    

~Semuanya terjadi begitu saja, kak. Maaf aku telah berkhianat kepadamu~

-o0o-

Tatapan Al begitu nanar menatap suasana TPU, tempat pemakaman umum. Yah, selepas dari rumah Aska, Al langsung menuju ke tempat dimana kenangannya bersama seseorang dikubur di sini.

Pada tangannya masih memegang erat bingkai foto masa kecil Ocha. Al turun dari motornya. Perlahan memasuki kawasan TPU dengan perasaan yang berkecamuk.

Tanpa sadar, air mata lelaki yang terlihat tangguh itu mengalir seketika. Kakinya bergetar hebat kala berhenti di depan sebuah makam yang bertuliskan nama Raka Ervandra Wijaya.

Nama itu adalah nama yang selama ini ia rindukan. Nama yang selalu ia panggil disetiap mimpinya.

Raka--kakak Al satu-satunya, tapi lelaki itu malah pergi meninggalkannya. Bukan sementara, melainkan selama-lamanya.

Seketika, tubuh Al ambruk bersamaan dengan tangisannya yang pecah.

Jam 4. 30.

"Kak ... Al datang ...," lirih Al sambil memeluk pusara Raka.

Mungkin, kalian berpikir, Al adalah lelaki tangguh. Masa tidak tangguh, lah kerjanya tiap hari mukul orang, berselisih, balap motor, namanya juga anak geng motor. Paati tangguhlah.

Salah!

Dulu kita bisa mengatakan itu. Dulu Al terkenal karena badboynya yang luarbiasa. Namun, semenjak kematian Raka, Al berubah 100 persen. Itu semua ia lakukan demi sang kakak.

Satu tahun yang lalu sejak kematian sang kakak, Al berubah menjadi goodboy dengan masih mempertahankan gengnya.

Satu tahun yang lalu sejak kematian Raka--Al aliaa Aggas mengurung diri di kamar. Al terpuruk semenjak Raka meninggal. Lelaki yang begitu menyayanginya malah meninggalkannya.

Pasti setiap orang akan merasakan apa yang dirasakan Al.

Kehilangan? Bukanlah hal yang mudah diterima. Terlebih jika itu orang yang paling kita sayang.

"Raka ...," panggil Al melap kasar airmatanya. Lemah, kata itulah keadaan Al sekarang.

Jika saja saat ini ada anggota Enisc, mungkin Al sudah ditertawakan. Lucu sekali ketua geng motor malah menangis tersedu-sedu di samping makam.

"Raka ... gue merindukan lo. Apa kabar lo? Gue disini baik-baik saja. Lo tahu tidak, gue udah berubah jadi lelaki baik seperti yang lo minta."

"Udah satu tahun sejak lo pergi. Gue rindu sama lo." Al terkekeh sebentar, lalu kembali menangis bak orang gila.

Tangannya meremas kuat bingkai foto Ocha. Menahan gemuruh yang belum siap ia keluarkan.

Keluarkan saja Al, tangis bukan untuk ditahan, lalu cowok itu mengangkat bingkai foto Ocha dan meletakkannya di atas pusara Raka. Kembali Al menangis. Sesak di dadanya kembali berlanjut ketika melihat senyum Pvja di dalam foto dan pusara sang kakak.

"Sesuai keinginan lo. Ini dia gadis yang lo cintai. Gue udah bawa fotonya ke sini, tapi sorry tubuhnya masih belum gue bawa. Sorry, Raka."

Hiks! Hiks! Hiks ....

"Sejak lo pergi ... gue masih asing sam rumah gue sendiri. Gue jarang pulang. Malamnya tidur di markas. Gue hampir gila, Ka."

"Tapi demi keinginan lo, gue bangkit lagi. Gue ngerti rasa sakit lo. Pergi dari dunia ini tanpa melihat orang yang kita cintai. Demi lo, Ka gue lakuin ini semua."

"Gue juga udah gak balap liar sekarang. Gue benci balapan. Gara-gara dia, lo pergi dari gue."

Mungkin kalian berpikir karena Aggas seorang ketua geng motor, maka kerjanya balapan liar, buat onar, berkelahi dan semacamnya. Kalian salah besar. Sejak hari itu, sejak kematian Raka, Al berubah. Semuanya berubah. Suasana hatinya, suasana pikirannya dan tingkah lakunya.

A G G O C H A [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang