17. Rasanya manis

10 4 0
                                    

Hai ...

📍📍📍

Happy reading.

-o0o-

Dengan pakaian yang begitu lusuh. Kusut seperti belum disetrika. Rambut tebalnya begitu berantakan. Mata yang sembab dan menghitam bak mata panda. Dia adalah Alex.

Ketua osis yang kini sangat sering dijumpai beberapa hari ini. Alex keluar dari ruangan kepala sekolah dengan wajah tak bersemangat. Kepalanya menunduk seraya menutup pintu ruangan dengan perlahan. Bahunya yang selalu kokoh kini merosot benar-benar tak ada semangat.

Alex menghela nafas. Sebuah berkas terangkat untuk ia lihat. Bersamaan itu kata umpatan keluar dari mulutnya. Setrlah memandang kertas putih itu penuh kebencian, Alex kembali melanjutkan langkahnya.

Kepalanya terus menunduk sepanjang perjalanan. Rasanya, kepalanya sangat sulit untuk diangkat. Entah, beban berat apa yang tengah dipikul oleh lelaki itu. Matanya pun berkaca-kaca menahan tangis.

Bahkan, ketika lelaki itu melewati Rara dan Ocha yang menatapnya aneh pun tak dihiraukan. Sontak, Rara dan Ocha saling pandang kebingungan. Rara mengangkat bahu tak tahu. Lantas, kedua gadis itu berlari mengejar Alex.

Iya, sih. Mereka heran karena beberapa hari ini mereka jarang melihat Alex. Lelaki itu biasanya jalan ke sekitar koridor juniornya. Entah modus bertemu Ocha atau apalah.

Kini, mereka sudah sejajar dengan Alex, tapi tetap saja lelaki itu tak tahu akan kehadiran mereka.

Rara dan Ocha lagi saling pandang.

"Alex," panggil Ocha memecah keheningan.

Alex seketika menoleh. Matanya membulat menatap Ocha. Tanpa sadar sebuah senyum terulas di wajah lelaki itu.

"Ocha? Ngapain lo di sini?" tanya Alex gugup. Ia takut kalo Ocha sadar akan keadaannya yang sangat menyedihkan ini.

"Kalo lo, ngapain di sini? Kenapa gue jarang ketemu sama lo? Dan ... lo kayaknya ada yang beda," ujar Ocha seraya memperhatikan penampilan Alex yang tidak-tidak sangat cocok sebagai ketua osis.

Penampilan Alex sangat berantakan dan sedikit ... bau. Ocha menghela nafas. Tangan mungil itu memegang bahu Alex. Ocha yakin ada hal besar yang telah terjadi kepada lelaki itu.

"Beda apanya, sih? Gue baik-baik aja kok." Alex mengulas senyum paksanya.

Ocha tetap tidak percaya. "Lex, kalo lo ada masalah bilang sama gue. Kek gue kalo gak ada duit bilang sama lo," kata Ocha diakhiri kekehan gelinya.

Kini Rara yang memegang bahu Alex membuat lelaki itu beralih menatapnya.

"Jangan sungkan. Lo adalah temannya Kiano dan lo juga teman gue. Lo ada masalah? Gak biasanya lo berantakan begini?" tanya Rara dengan mimik serius.

"Iya, Lex. Lo itu ketua osis lho. Harus rapi. Lihat ini." Ocha menarik almamater yang dikenakan oleh Alex seraya geleng-geleng kepala. "Lo udah setrika nih baju?"

Sontak Alex terkekeh nyaring. Terdengar seperti tak tulus tertawa.

"Thanks, ya buat perhatian kalian, tapi beneran gue baik-baik aja." Alex melebarkan senyumnya. Berharap dengan itu kedua gadis di hadapannya ini percaya.

A G G O C H A [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang