13. Taruhan bersama Ayah

12 7 1
                                    

~Aku akan bertekad melakukan apa yang aku mau. Tanpa kalian, aku pasti bisa~

-o0o-

Malam itu, jam 7 tepat Geng motor Aggocha sedang asyik makan di markas. Al yang traktir, karena selama ini ia tidak pernah makan bersama anggotanya ditambah lagi dengan suasana hatinya yang sedang baik.

"Makan, makan yang banyak!" seru Al kepada anggotanya. Semua hadir dalam acara makan besar tersebut. Dari tingkatan satu sampai tingkatan tiga.

Mereka terlihat menikmati acara makannya. Ada yang sampai-sampai mempeributkan makanannya ada juga yang comotin makanan temannya dan jangan melupakan Bryan yang makan seperti orang kesetanan.

Nakula yang saat itu duduk di sampingnya menatap aneh tingkah Bryan. Lelaki itu memukul keras tengkuk Bryan.

"Lo gak kerasukan makannya?"

'Uhuk!' 'Uhuk!"

Bryan terbatuk. Nasinya bukannya masuk ke dalam perut, tapi malah salah jalur dan keluar dari hidung akibat pukulan dari Nakula. Sekali lagi Bryan terbatuk dan sebuah butir nasi keluar dari hidungnya. Perlahan, Bryan mengambil nasi yang bertengger di bawa hidungnya itu, lalu menatap Nakula bak iblis kesetanan.

"Lo mau gue mati, hah?"

Nakula menyengir kuda tanpa dosa sama sekali. "Sorry. Lah, lo sih makannya kek orang gila gak makan setahun. Ini namanya Tuan muda ketiga?"

"Ini namanya." Kesal, karena itu Bryan memasukkan secara paksa nasi yang keluar dari hidungnya itu ke dalam mulut Nakula.

Astajim!

"Anjing!" umpat Nakula memuntahkan butir nasi itu. "Lo gila, hah?"

"Gue yang seharusnya bertanya."

Mulai lagi, dah.

Al memegang dahinya melihat kedua anak bontotnya itu kembali bertengkar. Dimana pun kedua anak kunyuk itu selalu saja tak pernah akur.

"Bisa tidak, kita makan malam ini dengan baik."

Semua diam, menatap Al yang kini menopang kepalanya dengan tangan kanannya seperti orang sakit kepala.

"Salahin, Nakula," tunjuk Bryan ke arah Nakula.

Nakula membelalak. "Kok, gue?" Telunjuknya mengarah ke dadanya. "Lo tuh yang salah." Lalu beralih ke wajah Bryan.

"Lo! Ngapain lo mukul gue? Jadi, lo yang salah."

"Lo!"

"Lo!"

"DIAM!" Al bangkit berdiri dengan wajah memerah menahan emosi. Lelaki itu bekacak pinggang menatap Bryan dan Nakula.

"Kalian ini ... kapan dewasanya?"

Bryan dan Nakula menunduk. Tidak berani menatap Al yang pasti sangat kesal saat ini. Niat makan dengan tenang, berpesta pora, tapi kedua anak itu malah menghancurkannya.

Al terdiam sejenak, karena handphonenya tiba-tiba berbunyi. Mendengus kesal sambil merogoh handphonenya. Al kemudian menatap handphonenya dengan nama Gabriel di layar handphonenya. Dahi Al langsung mengkerut dan menatap sekelilingnya.

"Gabriel dimana?" tanya Al. Ia tidak sadar bahwa salah satu anggotanya tidak ada di sini, karena saking banyaknya anggotanya.

"Oh, Gabriel. Itu dia sudah lama gak sekolah. Gue juga gak tahu kenapa. Setiap kali ditanya, pasti jawabnya gak ada apa-apa," jawab Daniel.

"Oke, tim inti ikut gue."

"Kemana, Al?" tanya Elang dengan tangan mencekal lengan Al.

Al tidak menjawab. Ia kemudian mengangkat panggilan dari Gabriel.

A G G O C H A [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang