19. Penjelasan

10 4 0
                                    


Happy Reading

🍁🍁🍁

-o0o-

Pintu rumah besar nan mewah itu terbuka. Menampakkan lelaki dan wanita paruh baya menatap sengit ke arah seorang lelaki muda yang tak lain adalah buah hatinya.

Lelaki muda yang dimaksud itu adalah Al. Tanpa peduli akan tatapan sengit kedua orangtuanya, Al masuk dengan santainya ditambah tangan bersidekap dada seakan-akan tidak terjadi sesuatu.

Hal tersebut membuat Rendra naik pitam. Ia mencekal tangan Al mengharuskan lelaki tampan itu menoleh ke belakang.

"Kenapa?" tanya Al sangat tidak sopan.

"Kamu darimana saja? Ini sudah malam. Apa kamu tidak tahu rumahmu sehingga pulang malam-malam begini."

Rendra menunjuk jam tangannya. "Jam 11, Al. Jam sebelas!" Matanya melotot.

Sementara itu, Mayang yang berdiri du samping Rendra hanya bisa terdiam. Berkata pun tak akan meredakan amarah suaminya itu.

Al berdecak pelan seraya melepas tangan Rendra dari tangannya.

"Ayah beda, ya. Bukannya bersyukur anaknya pulang dengan selamat. Ini mah marah-marah mulu. Hati-hati, Yah. Darah tinggi Ayah bisa kambuh," ujar Al tersenyum miring.

Hubungan Al dan Rendra sangat jauh dari kata baik. Untuk saling menyapa dengan sopan sangat enggan dilakukan lelaki tampan itu. Yah, Al membenci Ayahnya. Hal itu dikarenakan Rendra yang tak pernah ada di rumah selama Raka masih hidup, tapi sejak lelaki itu meninggal semuanya berubah.

Rendra lebih sering menyita waktunya untuk di rumah. Namun, sekarang bergantian dengan Al yang tidak sering berada di rumah. Lelaki itu kadang berhari-hari tidak pulang dan tidur di markas atau numpang di rumah Elang.

Bersyukurlah, lelaki itu pulang malam ini.

"Al, kenapa kamu sangat membenci Ayah?" tanya Rendra dengan sedihnya.

Al terkekeh miris. "Oh, anda bertanya lagi? Mungkin jawabannya ada pada diri anda," jawab Al yang sangat jauh dari kata jawaban.

Saat Al ingin pergi, langkah lelaki itu kembali dihentikan oleh suara berat dari Rendra. Al lantas menoleh.

"Bisakah kamu menjadi anak yang berbakti kepada orangtua, Al?"

Mata Al menyorot tajam. "Bisakah Ayah menjadi orangtua yang berbakti? Bisa!"

Mayang yang sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan Al angkat suara.

"Jaga mulutmu, Al! Dia Ayahmu!" tegas Mayang.

"Kenapa? Kalian selalu mengajarkan yang baik, tetapi diri kalian sendiri belum tentu baik. Mengatakan supaya aku pulang cepat. Menyediakan waktu di rumah, lalu apa kabar dengan anda yang dulu sering pualang larut. Yang ada saat aku dan kak Raka pulang rumah sepi. Hah!? Katakan, apa yang aku lakukan ini salah!!"

"Kenapa baru sekarang? Apa baru terasa kehilangannya?"

Mendengar kata-kata Al yang begitu menyayat hati, Rendra terdiam seribu bahasa begitu pun dengan Mayang. Mereka menunduk seolah semua yang dikatakan oleh Al itu adalah benar.

Memang benar. Mereka orangtua yang buruk.

"Aku, tahu kehidupanku. Jadi, aku pastikan hidup tanpa kalian." Setelah mengatakan hal terakhir itu, Al langsung melenggang pergi membawa hatinya yang begitu sakit.

Yah, sakit mengatakan hal itu. Ia tahu ucapannya itu membuat kedua orangtuanya menjadi sedih, tapi bagaimana pun Al tidak bisa diam menyembunyikan setiap kesalahan orangtuanya.

A G G O C H A [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang