Jisung siap dengan acara cuci piring nya, ia beralih menekan saklar lampu dapur dan segera beranjak tidur.
Tetapi, sebelum ke kamar. jisung menyempatkan melihat chenle yang sudah lebih dulu tertidur dengan pulas
Baba is calling
"Chenle, ponsel nya bunyi tuh"ujar jisung, menggoyang kan tubuh chenle pelan.
"Ck. lu ga tau gw lagi tidur apa. ganggu banget! "ujar chenle, melanjutkan tidur nya.
"Tapi baba nelpon. takutnya baba mau bicarain tentang warisan"
"Halo.."
"Kamu ini lama banget sih. lagi dimana kamu? di luar sama temen kamu ya? "
"Eh baba ngomong apa sih! chenle lagi bantu istri cuci piring nih"
Jisung yang mendengar itu langsung tersenyum sinis. chenle hanya melirik jisung sekilas.
"Wah, gini dong baba suka. besokbaba langsung urus warisan buat kamu le"
"Bagus dong. makasih baba paipai"
tututut.....
Panggilan terputus sepihak oleh chenle. sekarang, chenle lagi tersenyum lebar mendengar kata warisan.
Warisan yang sangat-sangat ia inginkan selain uang.
"Akhirnya hubungan pura-pura kita selesai juga" ujar chenle, tersenyum lega.
"Segitu suka nya ya lu sama uang, sampai lu mainin perasaan anak orang"
Jisung langsung beranjak dari duduk nya dan langsung masuk ke kamar.
Brak!
"Ck, gw kenapa ngomong gitu sih njir! a-apa gw udah mulai suka sama chenle? g-ga mungkin!"
Chenle menatap pintu kamar jisung dengan perasaan aneh. ada perasaan yang sulit ia mengerti saat melihat manik mata jisung yang hampir berkaca-kaca saat tahu ia akan segera cerai.
ceklek!
Chenle membuka pintu dengan perlahan. memasti kan jisung tidak terbangun dari tidur nya.
"Chenle eughh... kenapa ke sini"
"G-gw cuma mau tidur disini. disofa ga nyaman"
"Gw cuma mau tidur di samping lu sung"
"Yaudah sini di kasur. biargw tidur di bawah"ujar jisung, membawa bantal dan selimut untuk alas ia tidur.
"Apaansih lu. pokoknya gw ga mau tahu, kita tidur seranjang. ga gw apa-apain kok. lagian udah sah juga"
Jisung menatap chenle aneh sekaligus senang. lalu, ia mulai membaringkan tubuh nya di samping dinding.
Cahaya rembulan tergantikan oleh hangat nya cahaya matahari. jisung yang sudah bangun pagi menyempatkan memasak untuk sarapan mereka yang terakhir kali nya.
Terakhir kali nya jisung melayani suamimya
"Jisung baba sudah datang?" ujar chenle, penuh semangat
"Kayanya sebentar lagi"
tok tok...
"Mungkin itu? "ujar jisung, segera membukakan pintu.
"Wah wah wah... chenle apa ini. kenapa kamu bahagia sekali"ujar renjun membawa surat-surat.
"Baba bawa barang itu?!"ujar chenle
"Ini. baba harus pamit. banyak hal yang harus di urus dalam warisan ini"
"Silahkan baba. titip salam buat mama"
Renjun segera pulang. chenle sedari tadi hanya memandangi surat yang di berikan oleh renjun. sedangkan jisung hanya menatap chenle sedih.
"Nah, jisung ayo tanda tangan surat perceraian kita"
ujar chenle, surat itu memang sudah chenle siapkan sebelum menikah. agar suatu saat berguna seperti saat ini."Baiklah... "
Jisung mulai menan datangani surat tersebut.
"Ayo cepat"chenle
"Hoekk... hoekk!"
Kepala jisung tiba-tiba pusing. perut nya sakit, dan sedikit mual. sedetik kemudian ia pingsan tak sadar kan diri
KAMU SEDANG MEMBACA
Warisan!
Teen FictionNikah karena warisan, harta, dan kekayaan. itulah tujuan zhong chenle menikahi park jisung.