Happy reading ♥
***
"Jadi lo beneran kasih kerjaan buat mamanya Tania?"
Kayla mengangguk, setelah itu ia kembali melanjutkan makannya dan membiarkan Fira berceloteh semaunya.
Kebetulan hari ini Rafa tidak bisa makan siang di kantin bersamanya karena sedang latihan basket, jadi Fira bisa leluasa berbincang dengan Kayla.
"Keputusan lo udah bener, Kay. Gue juga kasihan liat Tania kemarin, gue baru sadar ternyata cobaan dalam hidup gue gak seberapa kalau dibandingin dia."
Kayla mengerutkan keningnya, "Cobaan apa yang lo punya?"
"Jomblo dari lahir," jawab Fira dengan cengiran kudanya membuat Kayla mendengus sebal.
"Sabar aja, gue yakin tanpa lo sadari, banyak orang yang diam-diam sayang sama lo."
"Gue harap sih omongan lo beneran terjadi," ucapnya.
Kayla hanya geleng-geleng mendengar jawaban Fira. Setelah itu mereka berdua kembali fokus pada kegiatannya masing-masing, makan.
"Boleh gabung?"
Suara itu membuat kedua gadis itu menoleh dan mendapati Silvi tengah tersenyum kearahnya sambil membawa semangkuk bakso.
"Oh, iya duduk aja."
Silvi duduk tepat di depan Fira yang kini memasang raut muka masam. Entah kenapa Fira sangat tidak suka pada gadis itu.
"Oh iya, Kayla. Lo inget kan hari ini hari apa?"
Kayla berpikir sejenak, "Hari rabu?"
Mendengar jawabannya membuat Silvi berdecak, "Masa lo nggak inget kalau hari ini anniversary lo sama Rafa yang ke satu tahun."
Kayla mengerutkan keningnya mencoba mengingat apa yang dikatakan Silvi.
"Kok gue bisa lupa, ya?" Herannya."Lo emang nggak tau apa-apa soal Rafa," ucap Silvi sontak membuat Kayla mengerutkan dahi.
"Maksud lo?" Tanyanya memastikan.
"Ah, enggak. Gue cuman bilang wajar aja lo lupa, kan selama ini gue yang lebih deket sama Rafa."
Hati Kayla sedikit tersentil saat mendengar ucapan Silvi. Apa benar Silvi lebih dekat dengan Rafa daripada dirinya yang berstatus pacar?
Fira yang mendengarnya pun menaikan alisnya, wajahnya menunjukkan sebuah kecurigaan yang begitu ketara pada Silvi.
"Pastinya lo lebih deket sama Rafa, kalian kan udah sahabatan dari kecil." Ujar Kayla mencoba berpikir positif.
"Udah deh, Kayla. Jangan dengerin nih orang," sindir Fira dengan sedikit mendelik pada Silvi.
"Apaan sih lo ikut-ikutan aja? Dasar jomblo!" Balas Silvi.
Fira menghentikan acara makannya, ia menatap Silvi dengan raut kesal. "Walaupun gue jomblo, gue nggak semurahan lo yang suka sama cowok orang!"
"Apa kata lo?! Gue sama Rafa udah bersahabat sebelum dia kenal sama Kayla. Bahkan dulu gue sama Rafa sering mandi bareng sampai--"
"Diem lo cabe!! Gue nggak suka lo ceritain kedekatan lo sama Rafa!! Mau lo mandi bareng sampai tidur bareng pun gue gak peduli. Yang jelas sekarang Rafa udah jadi milik Kayla, jadi lo harus jaga jarak dari dia!" Jelas Fira dengan nada semakin tinggi.
Kayla yang merasakan keadaan semakin memanas berusaha melerai perkelahian mereka, "Fira, udah."
"Diem lo! Ini nih yang gue gak suka dari lo, Lemah!" Jawab Fira. "Dan lo, jangan pernah ganggu hubungan Kayla sama Rafa!"
"Gue gak pernah ganggu mereka! Lagian hubungannya sama lo apa?!" Tantang Silvi.
"Ya jelas lah. Kayla itu sahabat gue, gue gak terima kalau kebahagiaannya direnggut sama cabe kecombrang kayak lo!"
"Bilang aja lo iri karena gaada yang suka sama lo, iya kan?!" Balas Silvi dengan bersidekap dada.
"Jaga mulut lo, dasar cabe!!"
Karena sudah dikuasai oleh amarah, Silvi akhirnya menumpahkan kuah bakso ke baju Fira.
Byurrrr
"SILVI!!!!" Pekik Fira.
Senyum puas kini terbit di bibirnya. Gadis itu menatap Fira dengan tatapan kasihan, "Coba ngomong lagi?!"
Kayla yang melihat itu pun refleks berdiri dan menampar pipi Silvi cukup keras, "Cukup, ya!! Gue nggak suka lo lakuin hal kayak gitu sama sahabat gue. Selama ini gue selalu percaya kalau lo cewek baik-baik, tapi dengan tingkah lo ini bikin gue percaya sama semua omongan Fira tentang lo."
Silvi mengusap pipinya yang terasa perih, ia beralih menatap Kayla dengan tatapan nyalang. "Berani lo sama gue?!"
"Kenapa enggak?"
Tangan Silvi kini terulur untuk membalas tamparan yang dilakukan oleh Kayla. Tapi sebelum tangannya mendarat, seseorang dari belakang mencekal pergelangan tangannya dengan kasar.
"Jaga tingkah laku, lo!! Sekolah ini bukan milik nenek moyang lo."
Kayla menatap lelaki itu. Ternyata Gibran yang membelanya. Tatapannya beralih pada Fira yang kini duduk tak nyaman di tempatnya dengan pakaian yang basah sambil menatap lelaki itu.
"Nggak ada urusannya sama lo!!" Balas Silvi. Ia menghempaskan tangannya dari cengkraman Gibran dengan kasar.
"Kalian sesama cewek, nggak sepantasnya lo berbuat itu." Ucap Gibran dengan raut datar. Tak ada ekspresi lain yang ia tunjukannya selain raut 'bodo amat' miliknya.
"Tadinya gue gak punya masalah sama nih cewek, tapi karena dia duluan yang nampar gue, jadi gue harus bales!" Jawab Silvi sambil mendelik pada Kayla.
Tanpa memperdulikan perkataan Silvi, Gibran berjalan menghampiri Fira yang masih diam. "Ikut gue."
Gibran merangkul pundak Fira yang seketika membuat gadis itu terkejut. Sepertinya banyak kupu-kupu yang berterbangan di perutnya saat Gibran melakukan itu.
Setelah sekian lama ia mengagumi Gibran secara diam-diam, ini adalah kali pertama lelaki itu menyentuhnya. Bagaimana bisa Fira mengendalikan detak jantungnya yang kini berdegup bak lampu disko?
'Duh! Coba aja nih orang gaada yang punya, udah gue embat dari dulu.' Ucap fira dalam hati.
***
"Makasih, gue pinjem dulu bajunya."
Gibran mengangguk, "Nggak usah dipikirin, gue nggak kekurangan uang sampe harus ngambil lagi baju itu dari lo."
Fira tersenyum canggung, ia menatap tubuhnya yang kini dibalut oleh baju olah raga milik Gibran. Mulutnya tak bisa lagi menjabarkan berapa besar kebahagiaannya saat ini. Tapi disisi lain, ia juga sebagai perempuan tidak akan bisa bahagia diatas penderitaan perempuan lain.
Sungguh, Fira benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Gibran. Apa lelaki itu tidak berpikir bagaimana perasaan pacarnya jika melihatnya meminjamkan baju pada cewek lain?
"Lain kali jangan berantem lagi. Lo itu perempuan, cukup cowok aja yang adu jotos," Ujar Gibran.
Fira mengangguk, "Iya gue minta maaf."
"Gak usah minta maaf, lo gak salah."
"Oh iya, emangnya pacar lo gak keberatan kalau gue pinjem baju lo?" Tanya Fira.
Raut wajah Gibran berubah masam saat mendengar pertanyaan Fira. Lelaki itu mengalihkan pandangan kearah lain, "Jangan dipikirin, dia bukan siapa-siapa gue. "
"Hah?" Fira mengangkat kedua alisnya, "Bukannya waktu itu lo sempet ngenalin dia sama gue? Dan lo bilang dia pacar lo."
"Suatu saat, lo pasti ngerti." Jawab Gibran, "Kalo gitu, gue balik ke lapang lagi."
***
Gibran mulai Notice Fira nih!!
Nantikan kelanjutannya, see you!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAK BERUJUNG ✔
Jugendliteratur"Mau sampai kapan pun lo nunggu dia, gue akan tetap ada di samping lo. Kalau dia balik, gue siap lepasin lo. Tapi kalau akhirnya dia gak kembali, lo harus percaya kalau gue masih disini." ~Rafa Alderio *** Bagaimana perasaanmu jika harus berpacaran...