14. Obsesi Silvi

11 5 0
                                    

Happy reading

***

"Apa yang lo lakuin barusan?!" Gertak Rafa pada Silvi yang kini bersidekap dada sambil bersandar pada tembok di koridor.

Meski koridor sedang ramai, Rafa tidak peduli. Ia mendengar semua yang terjadi di kantin dari Gibran, dan sekarang ia akan memberi pelajaran pada Silvi.

"Nggak perlu gue jelasin juga lo udah ngerti," jawab Silvi dengan santainya.

Rafa menghela nafas, ia menatap Silvi dengan tatapan yang sulit diartikan. "Gue tegasin sama lo. Jangan pernah lo nyakitin Kayla ataupun orang-orang disekitarnya. Atau lo berhadapan sama gue!"

Bukannya takut, Silvi malah senyum meremehkan. "Kayla lo itu berani nampar gue! Harusnya lo ngomong begitu sama dia, bukan gue."

"Tapi lo sendiri kan yang numpahin kuah bakso ke Fira?! Wajar aja kalau Kayla marah dan kehilangan kendali."

"Gue nggak peduli, yang jelas gue nggak terima apa yang udah dia lakuin sama gue." Balas Silvi.

Rafa mengusap wajahnya gusar, "Mau lo apa?"

"GUE MAU LO! Jelas, kan?" Tanya Silvi penuh penekanan.

"Kapan sih lo ngerti? Gue cinta sama Kayla, bukan sama lo!" Tegas Rafa.

Silvi mendelik, "Apa sih yang lo lihat dari dia?! Lihat gue!! Dari kecil gue udah ada di samping lo! Kenapa lo nggak bisa cinta sama gue?!"

Mendengar penuturan Silvi membuat Rafa mengalihkan pandangannya sambil melipat tangannya di depan dada, "Cinta gak bisa dipaksa. Mungkin awalnya gue emang berniat cuman jaga Kayla, tapi karena sifatnya yang jauh berbeda dari lo bikin gue jatuh cinta."

Silvi mendengus, "Apa sih sebenernya yang gue nggak punya?! Gue cantik, kaya--"

"Lo gak punya hati," potong Rafa cepat.

Silvi Mendengus kesal mendengar penuturan Rafa. "Serah lo! Gue gak peduli. Gue bakal buktiin kalau gue pantes dapetin lo!"

Silvi beranjak pergi meninggalkan Rafa, tetapi perkataan terakhir dari lelaki itu membuat langkahnya terhenti.

"Ini peringatan terakhir buat lo! Jangan pernah sekali lagi lo sentuh Kayla atau orang yang dia sayang! Kalau enggak, lo bakal tau akibatnya."

"i don't care. Whatever i want, i will get it!"

***

"Kayla!!!!!!"

Kayla yang sedang terdiam di bangkunya dikagetkan dengan kedatangan Fira sambil meneriaki namanya. Gadis itu segera duduk di samping Kayla.

"Eh, gimana tadi? Lo gak diapa-apain kan sama Gibran?" Tanya Kayla mengingat kejadian tadi.

Seketika Fira tersenyum malu-malu kambing yang membuat Kayla bergidik ngeri, "Nggak diapa-apain banget, malah gue dikasih baju olahraganya."

Kayla melongo tak percaya, "Seriusan lo?"

"Serius, lah."

Kayla menggeleng-gelengkan kepalanya, "Gila si Gibran, gue kira dia gak bakal kasih baju olahraganya buat lo. Gue kira dia bakal biarin lo pake baju basah."

Mendengar penuturan Kayla membuat Fira kebingungan, "Kenapa gitu?"

"Gue kira si Gibran bakal cari kesempatan dalam kesempitan."

"Maksud lo apaan?"

Kayla terkekeh, "Tadi waktu kuah baksonya ngenain baju lo, daleman lo nerawang. Warnanya Biru muda, kan?"

Fira membelalakkan matanya seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Serius?"

Kayla hanya mengangguk setengah tertawa, "Makanya gue kira Gibran bakal apa-apain lo."

"Gila lo, kenapa gak ngasih tau gue tadi?!" Sewot Fira.

"Gue mau kasih tau, cuman keburu lo dibawa kawin lari sama Gibran."

Fira mengerucutkan bibirnya, tapi sesaat kemudian ia tersenyum, "Ternyata Gibran bukan cowok mesum kayak yang lain, makin cinta deh gue jadinya."

"Inget! Gibran punya pacar, Fir."

Fira mengangguk, ia juga tahu tidak seharusnya ia punya perasaan pada lelaki yang sudah menjadi milik orang lain.

"Inget kenyataan itu bikin gue jadi sedih, deh."

"Udah, gak usah sedih. Lo bisa cari cowok lain yang lebih baik, kalau perlu lo cari sampai ke ujung dunia modelan macam cowok-cowok wattpad!" ucap Kayla.

"Kalau aja bisa, gue pasti bakal langsung cari sugar daddy."

Kayla terkekeh, sahabatnya itu memang gemar sekali menghalukan cowok-cowok wattpad yang sempurnya. CEO, psikopat, atau para sugar daddy ganteng yang tajir melintir! Kurang apa lagi coba?

Huft, lama-kelamaan Kayla juga bisa termakan racun perhaluan ini! Eitss, tapi Rafa saja sudah cukup menjadi sugar daddy untuknya.

"Kayla, Rafa nyariin lo tuh."

Itu adalah suara Rama, sang ketua kelas. Nah, kan. Baru saja ia memikirkan Rafa, cowok itu sudah berada di depan kelasnya saja!

Tanpa menunggu lama, Kayla segera berjalan menghampiri lelaki yang kini tengah memasukkan tangannya ke dalam saku celana sambil bersandar di tembok kelas.

Saat menyadari bahwa gadis yang ia tunggu sudah datang, lelaki itu segera membenarkan posisinya sambil menatap Kayla dengan tatapan khawatir.

"Kamu nggak apa-apa kan?"


"Nggak apa-apa, tadi juga aku yang salah karena kepancing emosi. Kamu tenang aja," jawab Kayla.

"Terus Fira?"

Kayla tersenyum, "Gapapa, Fira aman kok."

"Bagus deh kalau begitu,"

"Emm... Kamu jangan marahin Silvi, ya? Aku yakin tadi dia cuman kesel aja sama perkataan Fira."

Rafa terkekeh, "Telat, udah aku marahin."

Kayla memukul lengan Rafa pelan, "Dasar!"

"I don't care." Jawab Rafa, "Oh iya, nanti malam kamu ikut aku, ya?"

"Kemana?"

"Ikut aja, kita rayain anniversary kita sebentar aja."

Kayla mengangguk, "Oke."

"Ya udah, aku balik ke kelas dulu, ya? Belajar yang rajin," pamit Rafa sambil mengacak rambut Kayla.

"Bye!!"


***

Sampai bertemu lagi di next chapter!!

GARIS TAK BERUJUNG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang