21. Rafa?

12 4 0
                                    

Happy reading ♥

***

"Rafa!!"

Lelaki jangkung dengan telapak tangan dimasukkan ke dalam saku itu menghentikan langkahnya saat mendengar seorang gadis memanggil namanya di tengah parkiran yang ramai.

Rafa berbalik menatap Kayla datar tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Gadis cantik itu yang akhirnya mengeluarkan suara, "Kamu anter aku pulang, kan?"

"Kata siapa?"

Mendengar jawaban Rafa membuat Kayla meneguk ludahnya sendiri. Perubahan macam apa ini? Kayla sangat tidak suka!

"Biasanya 'kan kamu yang anter aku," jawab Kayla.

Rafa menatap Kayla semakin datar dan tak peduli, "Mulai saat ini dan seterusnya, gue gak akan pernah lagi antar atau jemput lo!"

"Apa maksud kamu? Sebelumnya kamu gak pernah biarin aku pulang sama cowok lain," ujar Kayla tak terima.

"Itu dulu," sahut Rafa. "Sekarang terserah. Gue gak akan pernah larang lo lagi."

Kayla menutup matanya saat merasakan hatinya seakan tergores sebuah pisau tajam. Tapi sesaat kemudian, ia kembali menatap Rafa dengan mata yang mulai berembun.

"Apa salah aku?"

Tak menjawab, Rafa malah menaikan alisnya yang membuat Kayla kembali mengulang pertanyaannya. "Apa salah aku?!"

"Lo gak bikin kesalahan."

"Bohong!" Tolak Kayla, "Kenapa kamu berubah begini?!"

"Gue gak berubah!"

"Kamu berubah, dulu kamu gak pernah mau ngomong gue-elo sama aku. Tapi sekarang--"

"Diem, Kayla!" Potong Rafa cepat.

Tak mendengarkan perkataan Rafa, Kayla malah tetap melanjutkan perkataannya. "Tapi sekarang kamu begini, apa salah aku?!"

"Gue bilang lo gak salah!"

"Terus kenapa kamu jadi begini?!" Desak Kayla sedikit histeris membuat para siswa di sana melirik kearahnya. Tapi Kayla tak peduli, ia hanya ingin penjelasan dari Rafa.

Lelaki itu hanya diam memandang Kayla sama datarnya seperti sebelumnya. Beberapa detik setelahnya, Rafa melangkahkan kaki menjauhi gadis itu. Tapi lengan seragamnya segera dicekal oleh Kayla.

"Jelasin!"

"Apa?!"

"Salah aku dimana?"

"Gue bilang lo--"

"Jelasin!" Potong Kayla.

"Apa yang harus Gue--"

"Jelasin!"

Rafa mengusap wajahnya gusar, "Gue bilang lo gak salah apa-apa."

"Jelasin, Rafa!"

"Shut up!!" Bentak Rafa tepat di depan wajah Kayla. Membuat nyali gadis itu seketika menciut, "Kenapa lo gak bisa diem?!"

Kayla melangkahkan kakinya menjauh dari Rafa dengan gemetar. Matanya tak berhenti mengeluarkan air bening itu, tangannya pun masih setia meremas seragam bagian dadanya yang terasa sakit.

Bayangan masa lalu kembali melintas di kepalanya. Ingatan akan bentakan dan pukulan itu berputar bagai kaset rusak yang tak mau ia putar.

Dengan tangan bergetar, Kayla memegang kepalanya yang terasa sakit. Rafa pun yang melihatnya segera menghampirinya dengan perasaan bersalah yang baru ia sadari.

"Kayla!!"

Pandangan Kayla mulai mengabur, sedetik kemudian ia sudah tak bisa melihat apapun lagi. Tubuhnya begitu lemas hanya untuk berdiri.

Brukk

Kayla ambruk diatas tanah, hampir semua siswa dan siswi mengerubunginya. Rafa pun yang berada di sampingnya segera mengangkat tubuh Kayla entah kemana.

***

"Sayang, gimana keadaan kamu?"

Kayla memegang kepalanya yang sedikit pusing, ia segera mendudukkan diri dengan bersandar pada kepala ranjang dibantu oleh Indah.

"Gapapa, ma. Cuman pusing sedikit aja," jawabnya.

"Kenapa bisa begini, sayang?"

Kayla kembali mengingat apa yang terjadi sebelum dirinya kehilangan kesadaran. Seketika ia mengingat sesuatu, "Tadi siapa yang bawa aku pulang, ma?"

"Rafa," jawabnya. "Tapi tadi dia langsung pulang, katanya ada urusan penting."

Mendengar jawaban Indah, Kayla tersenyum miris mengingat apa yang baru saja terjadi di sekolah.

"Ada apa sih sebenarnya?"

"Gak ada apa-apa, ma." Jawab Kayla bohong.

"Kayla, mama gak mau kamu nutupin sesuatu dari mama."

Kayla menghela nafas, ia menatap kearah langit kamar sambil berbicara. "Rafa berubah, ma. Entah kenapa Rafa bisa berubah begitu drastis, aku gak tau."

"Maksud kamu apa?"

Air matanya mulai mengalir di sela-sela mata coklatnya. "Rafa berubah kasar sama aku, bahkan dia bentak aku."

Mendengar perkataan putrinya, mata Indah melotot. Dan Kayla pun sudah mengetahui respon ibunya itu. Ia yakin Indah akan sangat marah pada Rafa setelah mengetahui semuanya.

Sungguh, Indah tidak percaya jika Rafa bisa membentak Kayla. Padahal selama ini dirinya sudah beberapa kali menjelaskan tentang kecemasan yang dialami Kayla saat mendapatkan perlakuan kasar.

"Rafa berani bentak kamu?" Tanya Indah.

Kayla mengangguk, "Iya."

"Mama gak boleh biarin ini," Indah bangkit dari duduknya, namun Bi Murni yang baru saja masuk ke dalam kamar menghentikan langkahnya.

"Ada apa, bi?"

"Nyonya, saya mau bicara sesuatu."

Indah mengangguk, "Ikut saya."

Kedua orang itu berjalan meninggalkan Kayla sendiri di kamarnya. Sedangkan gadis itu masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Air matanya pun tak kunjung berhenti membasahi pipinya yang putih bersih.

"Gimana hubungan gue sama Rafa kedepannya?" Gumam Kayla.

***

See you!!!

GARIS TAK BERUJUNG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang