Happy reading♥
***
Pagi ini merupakan pagi yang terbaik untuk Kayla. Pasalnya, kemarin malam Ayahnya telah pergi meninggalkan rumah. Sungguh, ia tidak bisa mendeskripsikan kebahagiaannya lagi.
"Kayla, sayang... Bangun yuk?"
Anak yang tengah dibangunkan itu menggeliat dengan begitu menggemaskan. Ia mulai membuka matanya dan melihat Indah tengah tersenyum padanya.
Hari ini, bukan pakaian kantor yang sedang dikenakan Ibunya. Tapi sebuah daster dengan corak bunga yang dipadukan dengan batik. Tentu saja hal itu membuat Kayla bertanya-tanya.
"Mama gak pergi ke kantor?"
Indah tersenyum, "Mulai sekarang mama akan selalu ada di rumah buat nemenin kamu, kamu seneng kan?"
Dengan wajah berbinar, Kayla mengangguk dan segera memeluk Ibunya penuh semangat. "Kayla sayang mama."
"Mama juga," jawab Indah. "Kamu mau jalan-jalan gak?"
Kayla mengangguk, "Mau, ma."
"Ya udah, sekarang kamu siap-siap. Nanti kita main ke taman, ya?"
"Mama gak bohong, kan?" Tanya Kayla.
"Iya, sayang. Mama gak bohong, kamu mau kemana pun mama pasti bakal temenin." Jawab Indah, "Sekarang kamu mandi, ganti baju dan siap-siap. Mama tunggu di bawah, oke?"
" Siap, mama!" Dengan gemas, Kayla menyimpan telapak tangannya di depan dahi. Menandakan sebuah gerakan hormat pada sang Ibu membuat Indah tak tahan untuk mencubit pipinya.
***
Kayla dan Indah berjalan di bawah terik matahari pagi dengan gembira. Tangan mereka saling bertautan, menandakan sebuah hubungan yang amat dekat. Ibunya berkali-kali mengusap kepala Kayla penuh sayang.
"Nanti di taman kamu mau beli apa, sayang?" Tanya Indah.
"Kayla mau beli es krim, balon, pokoknya Kayla bakal borong semuanya, Ma." Jawab Kayla gembira.
Indah terkekeh, tanpa sengaja Indah teringat sesuatu saat melewati rumah Riska. Ia berhenti dan menanyakan sesuatu pada Kayla.
"Kayla, kamu mau ajak anak tante Riska gak? Siapa tau dia juga mau ikut."
"Emang boleh?"
Indah tersenyum, "Iya dong, kan dia temen kamu."
Setelah itu, Kayla segera berlari dengan gembira menuju rumah yang tak berada jauh dari rumahnya. Sedangkan Indah mengikutinya dari belakang dengan senyuman yang masih terus mengembang.
Setelah sampai di depan rumah, Kayla menatap Ibunya. Indah yang mengerti pun segera mengetuk rumah itu dengan perlahan.
"Assalamualaikum, Riska."
Tak ada jawaban, Indah kembali mengetuk pintu lebih keras lagi. Tapi ia masih belum mendapatkan jawaban.
"Riska!!!"
Meski telah memanggil lebih keras, dari dalam rumah masih belum terdengar ada yang menyahut. Hal itu membuat Kayla melirik pada Indah untuk meminta penjelasan.
Indah yang masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi pun akhirnya bertanya pada seorang tetangga yang kebetulan sedang melewati rumah itu.
"Maaf, Mbak. Saya mau tanya, Riska sama keluarganya kemana ya? Saya ketuk dari tadi tapi gak ada yang jawab. Apa mereka lagi pergi?" Tanya Indah.
Bukannya menjawab, Ibu-ibu itu malah memandang Indah dengan raut bingung. "Ibu kemana aja? Masa gak tau kalau Riska dan keluarganya sudah menjual rumah ini."
Raut wajah Indah seketika berubah masam. Ia meneguk ludahnya sambil melirik Kayla yang masih diam di depan pintu.
"Oh begitu, ya? Yaudah, makasih ya."
Setelah mengangguk, orang itu pergi menyisakan Indah dan Kayla yang masih terdiam. Setelah itu Kayla berjalan mendekati Indah. "Ada apa, ma?"
"Mmm... Kayla, tante Riska lagi keluar. Kayaknya mereka lagi jalan-jalan deh," Ucap Indah bohong.
Merlihat wajah Kayla yang muram membuat Indah merasa bersalah. Ia kemudian mengecup kepala gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang.
"Jangan sedih ya, sayang? Kan masih ada mama disini," Ujarnya.
Kayla kecil mengangguk, "Kita pulang aja, ma."
Jauh dalam lubuk hatinya, Indah benar-benar tidak tega melihat putrinya bersedih seperti itu. Apalagi jika ia mengetahui bahwa anak itu kemungkinan tidak akan kembali lagi.
Meski telah diberi tahu bahwa keluarga Riska tengah berlibur, tapi mengapa perasaannya Kayla sungguh tidak enak. Ada sebuah ketakutan akan kehilangan anak itu.
Kayla takut cahaya itu akan pergi darinya, ia takut lentera itu takkan menerangi hidupnya lagi, ia takut matahari itu akan pergi dan menyisakan malam yang gelap untuknya. Sungguh, Kayla takut jika harus berpisah dengannya.
"Tuhan, tolong jangan bawa ia pergi." Ucapnya dalam hati.
***
Di hari-hari berikutnya, Kayla masih setia menunggu anak itu dengan sabar dan yakin bahwa ia akan kembali menemuinya dan menghiburnya seperti dulu. Ia merindukan semua perhatiannya, merindukan nasi goreng buatan ibunya dan merindukan segalanya tentang dia.
Setiap pagi, setelah bangun tidur ia akan menatap jendela untuk melihat kedatangan anak itu. Tetapi hasilnya selalu sama, lelaki itu sama sekali tidak memperlihatkan batang hidungnya sekalipun.
Setiap pagi Kayla akan meminta Indah membuatkannya nasi goreng. Bukan tanpa alasan, Kayla selalu merasa dekat dengan anak itu saat dia memakan nasi goreng. Setidaknya rindunya terobati untuk beberapa menit.
Tetapi setelah menanti selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Anak itu tidak pernah kembali lagi untuk melengkapi hidupnya dan seakan meninggalkannya dalam gua yang begitu gelap.
Janji yang pernah diucapkan olehnya seakan hanya angin lalu. Ia pergi tanpa berpamitan dan meninggalkannya seorang diri.
Satu hal yang ia sesali, Kayla belum tahu namanya. Ia belum sempat menanyakan hal penting itu. Hingga tahun-tahun berlalu menyisakan kenangannya bersama anak itu. Menyisakan seluruh cerita tentang dia, dan menyisakan seluruh penantian yang ia bawa hingga saat ini.
Ya, sebuah penantian yang tidak akan pernah membuatnya lelah.
Ini adalah sebuah kisah tentang penantian seorang gadis untuk bisa kembali bersatu dengan lelaki masa kecilnya. Sebuah penantian yang akhirnya membawanya pada seorang lelaki yang begitu mencintainya.
Kayla tahu, ia tidak akan pernah bisa mencintai orang lain selain anak itu. Ia tidak akan membiarkan lelaki lain merebut posisi anak itu dalam hatinya. Tetapi, apakah jika dipertemukan dengan seseorang yang menerimanya tanpa syarat bisa membuatnya mematahkan seluruh keyakinannya? Kita lihat saja kelanjutan kisahnya.
***
See you!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAK BERUJUNG ✔
Fiksi Remaja"Mau sampai kapan pun lo nunggu dia, gue akan tetap ada di samping lo. Kalau dia balik, gue siap lepasin lo. Tapi kalau akhirnya dia gak kembali, lo harus percaya kalau gue masih disini." ~Rafa Alderio *** Bagaimana perasaanmu jika harus berpacaran...