Happy reading ♥
***
Kayla tengah berjalan melewati koridor rumah sakit bersama bi Murni di sampingnya. Mereka memaksakan kakinya tetap berjalan meski telah lemas.
"Di ruang apa, bi?"
"Ikut bibi aja, non. Bibi lupa lagi nama ruangannya,"
Sebenarnya hari ini Kayla sangat ingin beristirahat karena kejadian tadi di sekolah. Tapi mau bagaimana lagi? Kayla tidak tega membiarkan Bi Murni naik angkutan umum sendirian.
Tadi di rumah, Bi Murni memohon pada Ibunya itu untuk memberinya pinjaman uang untuk biaya perawatan suaminya. Indah pun memberikannya dan meminta Kayla untuk ikut bersama.
Kedua orang itu berhenti berjalan tepat di depan sebuah ruang rawat. Kayla dapat melihat Tania tengah duduk di depan ruangan sambil tertunduk menangis.
"Kakak!!!" Tania menubruk tubuh Kayla seraya menangis tersedu-sedu. Gadis itu pun membalasnya dan berjongkok untuk menyamai tingginya.
Kayla mengusap air mata Tania, "Tania yang sabar, ya? Papa kamu pasti sembuh."
Tania kecil hanya mengangguk mengiyakan perkataan Kayla. Gadis itu tak mengetahui jika Kayla hanya menghiburnya, bahkan ia sendiri juga tidak tahu apa yang dikatakannya itu benar atau tidak.
Bi Murni yang melihat kedua orang itu ikut mengeluarkan air mata, "Yaudah kita masuk ke dalam aja."
Ketiga orang itu berjalan memasuki ruangan serba putih itu. Kayla sengaja masuk lebih akhir untuk berjaga-jaga apabila Tania terjatuh.
Kakinya setia mengikuti langkah Tania yang mulai mendekati ranjang pasien. Tapi saat ia melihat lelaki kurus dan pucat yang terbaring lemah diatas ranjang membuat Tania kembali menangis dan memeluk Kayla.
Bi Murni menatap lelaki yang tengah menutup matanya itu dengan air mata yang tak kunjung berhenti. Sambil mengusap punggung tangannya, ia mulai membacakan istighfar.
Kayla yang juga ingin melihat wajah lelaki itu mulai mendekat. Perlahan, ia melihat kerutan di sudut mata lelaki itu. Bentuk wajahnya, warna bibirnya, dan bentuk hidungnya seketika membuat Kayla mengingat seseorang.
Dengan gemetar, gadis itu berjalan mundur menjauhi ranjang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, berharap semua yang ia lihat ini hanya sebuah mimpi buruk.
Setelah bertahun-tahun, Kayla kembali dipertemukan dengan sosok lelaki yang sangat ia benci. Lelaki yang menggoreskan luka di hatinya hingga sekarang.
Kayla menatap tangan berkerut lelaki itu. Tangan itulah yang sejak dulu memberikan berbagai luka di tubuhnya. Tangan tua itu yang selalu mengunci pintu kamarnya dan menghukumnya.
Gadis cantik itu kembali meneliti wajah lelaki itu untuk memastikan bahwa yang ia lihat memang yang sebenarnya. Dan ternyata benar, Kayla sama sekali tak salah lihat.
Ayah? Ayahnya yang selama ini tak pernah Kayla inginkan untuk bertemu dengannya, justru harus dipertemukan dalam keadaan seperti ini.
Jantungnya berdetak dengan begitu kencang, tangannya tak berhenti bergetar, ditambah lagi sekarang giginya ikut gemertak menyiratkan ketakutan yang begitu ketara.
Bi Murni yang melihat reaksi yang diperlihatkan Kayla membuatnya kebingungan. Ia mendekati gadis yang bersandar ditembok itu dan menyentuh pundaknya dengan lembut.
"Non, kenapa?"
Tak mendengar, Kayla malah sibuk menggelengkan kepalanya sambil menutup telinganya dengan kencang. Hal itu mengundang keresahan bagi Tania dan Bi Murni.
"AMPUN, PA!!!!" Histeris Kayla sambil terus menutup telinganya bagaikan orang frustasi.
Bi Murni semakin gelisah di tempatnya. Di satu sisi, ia ingin membantu Kayla. Tapi disisi lain, ia tidak mengerti apa yang terjadi pada gadis itu.
Masih dalam keadaan kacau, Kayla berjalan ke sudut ruangan dan memeluk lututnya disana.
"Ampunin Kayla, pa." Lirihnya.
Bi Murni dan Tania menghampiri gadis itu. Tapi saat wanita paruh baya itu hendak menyentuhnya, Kayla menarik rambutnya sendiri dengan kasar.
"PAPA!!! KAYLA MINTA MAAF!!!" Teriaknya histeris.
Pintu ruangan terbuka, terlihat seorang perawat masuk ke dalam untuk melihat apa yang baru saja terjadi. Mungkin ia mendengar Kayla berteriak dengan begitu keras.
"Ada apa, bu?"
"Saya ga tau, sus. Tiba-tiba majikan saya jadi begini," jawab Bi Murni.
Perawat itu beralih memandang Kayla yang masih terduduk. Ia segera membantu gadis itu untuk bangkit dan memapahnya untuk keluar ruangan.
Tapi saat hendak membuka pintu, sebuah suara menghentikan langkah mereka. "Kayla... "
Kayla membalik tubuhnya, tapi dengan kecepatan tinggi, ia berlari keluar dari sana. Membuat beberapa orang di koridor rumah sakit keheranan melihat tingkahnya.
Berhenti di ujung tangga rumah sakit, Kayla duduk sambil memeluk lututnya. Air matanya tak mau berhenti, bahkan tangannya juga tidak berhenti bergetar.
"Pa-papa..." Ucapnya.
Gemertak giginya terhenti saat ia mendongak dan melihat sosok lelaki tengah berdiri di depannya dengan sorot teduh yang sekian lama ia rindukan.
Rafa, lelaki itu seakan telah kembali dalam hidup Kayla. Tapi apakah ini hanya mimpi?
Karena ingin memastikan kebenarannya, Kayla mencoba berdiri dengan tubuh lemasnya. Saking lemasnya, gadis itu tak kuasa lagi menahan keseimbangan tubuhnya. Dan...
Brukk
Kayla pingsan untuk kedua kalinya di depan Rafa. Lelaki itu berdecak sambil berjongkok di hadapannya, "Dasar lemah."
***
See you!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAK BERUJUNG ✔
Teen Fiction"Mau sampai kapan pun lo nunggu dia, gue akan tetap ada di samping lo. Kalau dia balik, gue siap lepasin lo. Tapi kalau akhirnya dia gak kembali, lo harus percaya kalau gue masih disini." ~Rafa Alderio *** Bagaimana perasaanmu jika harus berpacaran...