09 : jiwa

919 299 80
                                    

"Gimana? Enakan?" tanya Dino setelah menyuntikan cairan bening itu ke Hyunjin—sekadar untuk percobaan.

"Tandanya jadi hilang" tunjuk Hyunsuk.

Hyunjin menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Ia merasa lebih enteng dan bugar. "Enakan si bang, lo dapet itu darimana?"

"Tadi pas jalan nemu kotak isinya ini"

"Yaudah, sini lo berdua gua suntik" perintah Dino diangguki Baejin dan Bomin.

Setelah semuanya membaik, mereka bertujuh berniat melanjutkan perjalanan untuk mencari teman mereka. Walaupun, stamina, pikiran juga mental mereka lelah.

Namun hal itu tak menjadi penghalang mereka untuk tak menyerah. Ya, mereka berniat mencari jalan keluar dengan modal clue yang dibawa.

"Kenapa lo bisa ngerasa disuntik tadi?" tanya Changbin.

"Gak tau gua. Tapi rasanya kayak ada yang nyuntik paksa secara gak langsung. Gua gak paham" jawab Hyunjin.

"Kalo ada permisalan, seekor katak lagi dijadiin percobaan disebuah ruang laboratorium. Mereka dapat suntik bius kan? Jiwa mereka kira-kira ngerasa sakit juga gak?" seloroh Dino memberi permisalan.

"Jiwa itu sebuah sinergi antara panca indra dan perasaan dalam jasad. Otomatis kalo si raga disuntik, jiwa juga merasakan" sambung Dejun.

"Jadi?"

"Maybe in the real world we are experiencing it?"

🌹

"Cek! Cek! Bisa denger? Ini gua, Jeno" ucap Jeno dimikrofon yang menyambungkan speaker dinding sembari menatap layar monitor yang masih menyala.

"Kalian tinggal jalan kearah lobi, ruangannya gak bisa kegeser lagi karena udah gua handle. Kalo belum ketemu tempatnya bisa putar balik" lanjutnya memberi instruksi.

"Buat bang Changbin sama temen-temannya, kalian jalan ke arah utara. Pokoknya jalan terus sampe nemu sebuah pintu gede disana"

"Terus buat Renjun sama sama yang lain, kalian jalan aja ke arah barat. Dikit lagi kalian sampe, jangan lupa ada pintu disitu kalian masuk aja"

"Terakhir, buat si Eric, Hanjis sama Sanha, kalian tunggu diruangan sampe kelompok Renjun datang ya. Terus gabung disitu"

"Kita bakal ketemu, setelah semuanya kumpul dilobi. Gua, Sunwoo sama Chani bakal nyusul. Ngerti?"

Jeno tersenyum simpul tatkala melihat semuanya yang diberi instruksi mengangguk paham. Pemuda eyesmile itu bahkan bisa melihat jika pergerakan mereka mengikuti instruksinya.

"Kita nunggu semuanya kumpul?" tanya Sunwoo diangguki Jeno.

"Iya, kita juga kudu pantau mereka biar gak salah jalan lagi"

"Btw, gua nemu novel" ucap Chani dan menyodorkan sebuah novel usang kepada Jeno juga Sunwoo.

"Judulnya apa? Gua gak bisa baca"

"Ini tulisan belanda kuno, mungkin judul buku ini Troepen yang artinya pasukan" jawab Chani dan mulai membuka halaman pertama novel tersebut.

"Diem diem lo belajar bahasa Belanda ye"

Chani membaca sedikit isi novel tersebut. Hingga menemukan sebuah paragraf yang membuat dirinya mengerutkan dahi. Ia bingung dan mengumamkan kata apa maksudnya?

"Napa, Chan?" tanya Jeno yang melihat perubahan raut dari Chani.

Dijawab gelengan. "Kagak, cuma perasaan gua lagi ga enak aja"

"Yaudah, mending kita pantau mereka dulu sampe dimana"

Chani hanya mengangguk. Namun hatinya gelisah, seolah sesuatu yang tak terduga akan terjadi selanjutnya.

🌹

"ADOH CAPE BANGET KAMPRET"

"Gua juga, laper banget sialan" sambung Hangyul.

"Bocah tadi sok tau banget dah. Masa tiba-tiba bilang jiwa gitu anjer. Dia pikir kita gak nyata?" ungkap Lucas kesal.

"Ya, gua juga gabisa menjamin kalo kita ini nyata."

"Gua masih bingung," Jaemin berucap. "Tadi kan dia bilang kalo jiwa kita nyasar gitu, tapi kenapa malah gak ngasih saran gimana bisa keluar gitu"

"Anak kampret emang gitu"

"Mungkin juga dia ilusi, atau imajinasi kita doang" jawab Renjun.

"Gak tau dah. Males mikir"

"Weh, gua nemu kertas!" teriak Soobin dan menunjukan sobekan kertas itu ke mereka.

"BUSET BUREM! TULISAN APA INI?"

Renjun mengambil alih kertas tersebut. Lalu membacanya, "Ini bahasa Belanda si, artinya dan pada akhirnya kalian semua terjebak dalam dunia ilusi. Lebih kurang gitu"

"Pa maksutt"

"Ga paham gua"

"Cek cek! Kalian bisa dengerin gua kan?"

"Cepet lari dan temuin lobi dalam waktu kurang dari dua puluh menit. Waktu kita disini sampe pukul sembilan malam"

"Kalo sampe telat, kita gak akan bangun—"

Tut.

Hingga mikrofon itu mati bersamaan dengan pria berjubah hitam yang mengejar masing-masing kelompok.

tbc.

sbntar lg ending niee
smoga puas deh ya sm endingnya shhssh
hope u like it !

[2/2] tweede huis, 99-00 linersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang