07 : ilusi

957 309 92
                                    

"INI DIMANA SI YALLAH" teriak Hendery frustasi. Bahkan ia sendiri sudah merasa pusing tujuh keliling.

"Tanya mbah google coba"

Hendery mendengus. "Kalo daritadi ada sinyal udah gua tanya njeng"

Mark, Lucas, Hendery juga Hangyul kembali lanjut berjalan. Mereka berempat tak sendiri, karena mendapat empat bocah berseragam sma yang berjalan dibelakang mereka.

"Btw, kalian udah lama disitu?" Mark berinisiatif tanya.

Salah satunya menggeleng. "Gak tau kak, lupa. Lagian kita bertahan disini cuma mau dua temen kita balik" jawabnya.

"Emang temen kalian kemana?"

"Di sandera, tapi kita gak tau dimana"

Mark menatap Lucas. "Terus yang tadi lo liat siapa anjeng?" tanyanya.

"Mana gua tau sat. Burem gitu" jawab Lucas.

Pemuda yang paling pendek diantara mereka menghela nafasnya. Ia bahkan sudah kehabisan tenaga untuk berpikir. "Semua itu cuma ilusi bang, apa yang lo liat barusan juga bayangan" ucap Renjun.

Hangyul menoleh. "Maksud lo, cil?"

"Gua juga masih gak yakin, bang. Cuma apa yang kita lihat selama ini cuma ilusi. Kaya, kita hidup dalam imajinasi seseorang atau bisa jadi masuk kedalam suatu ruang imajinasi." jelasnya.

Mark, Lucas, Hangyul juga Hendery terdiam. Mereka sama-sama tengah mencerna kata demi kata yang Renjun lontarkan. Jadi, apakah selama ini mereka hanya hidup disebuah permainan? Atau saat ini jiwa mereka hidup dalam imajinasi?

Berbagai pertanyaan membingungkan terus bermunculan. Jika memang mereka hidup dalam sebuah permainan, harusnya terdapat clue atau ada akhir dari permainan ini kan?

Entahlah, mungkin saat ini mereka belum mendapatkan jalan keluarnya. Daripada itu, bukankah mencari teman yang hilang atau terpisah lebih diutamakan?

"Tapi, lo tau darimana?" Hendery bertanya.

Renjun sempat terdiam. Kemudian, ia teringat jika selama ini tidak ada jam dinding disekitar mereka. Dan mereka pun hanya mengandalkan jam tangan dan handphone saja. Bukankah di dalam mimpi tidak ada jam dinding?

Jika ada, kemungkinan itu nyata.

"Disini gak ada jam dinding, kalo ada ya berarti nyata" jawab Renjun kemudian.

Mereka berdelapan kembali berjalan. Sudah saling mengenal karena tadi sempat kenalan satu sama lain. Kalau kata Lucas "tak kenal maka tak sayang. Sudah sayang, eh malah ditinggal, jiakhh".

"Bentar, itu siapa?"

Semuanya mengikuti arah tunjuk Jaemin. Mendapati seseorang yang mereka kenal. Namun, kenapa ia hanya terdiam?

"Itu.... Haechan?"

🌹

Layar ponsel menunjukan pukul delapan lebih lima belas menit. Artinya, mereka sudah berkeliling melewati jam yang sudah dijanjikan. Bahkan mereka pun lupa, arah untuk kembali pulang dan berkumpul.

"Gimana?"

Terdengar helaan nafas. "Gua udah hancurin semua kamera termasuk mikrofonnya juga. Tapi kenapa masih kegeser juga?" ucapnya.

"Mungkin ada sesuatu yang kita lewati," argumen Sunwoo. "Kali aja ada benda lain, Jen"

Jeno menatap Chani juga Sunwoo dengan raut lelah. Mereka bertiga baru saja menyelesaikan lima belas ruang yang terdapat kamera pengintai.

"Kita susul bang Changbin aja gimana? Gua takut kalo mereka kejebak lagi, terus malah tambah ruwet" usul Chani.

"Mereka lagi nyari temennya yang namanya Yeonjun, Mark, Hangyul, Lucas sama Hendery. Katanya sempet kepisah kayak kita dulu" ungkap Sunwoo.

"Tapi, Sun," Jeno berucap. "Kalo kita susul, otomatis balik lagi kebelakang kan? Sedangkan kita udah hampir sampai ditempat tujuan"

"Lo serius mau nyamperin dia?"

Jeno tersenyum miring. "Bahkan Haechan sama Felix disandera disana."

🌹

"LHO? INI KOTAK?!"

"Ga, itumah jajar genjang"

"PALA LO SINI GUA GENJRENG!"

Serim mendengus. "Kan bener anjeng. Toh ga semua kotak isinya sesuai yang kita cari"

"Buka aja suk" perintah Dejun. Menghiraukan ucapan Serim yang menurutnya jauh dari kata faedah.

Hyunsuk lantas membuka sebuah kotak yang mereka dapat. Ya, mereka menemukan kotak yang tergeletak dibawah. Agaknya, mereka melupakan sesuatu.

"Kok ga bisa dibuka ya?"

"Kita butuh kunci" jawab Changbin.

"Gak ada kunci"

"Pake gigi lo dah"

"Emang bisa?"

"LAH KOK GOBLOK SI ANJER?!" Dejun menjitak Hyunsuk. "Lama lama gua slepet otak lo biar guna"

"Emosi hamba"

Hyunsuk menggoyangkan kotak itu hingga menimbulkan suara krak krak krak. Kerutan dahi pun tercetak jelas didahi Hyunsuk. Sepertinya, ada sebuah benda didalam. Mungkin sebuah petunjuk?

Ctak!

Tanpa diduga, kotak itu terbuka setelah Hyunsuk goyangkan. Kelima pemuda itu mengelilingi—guna melihat isi benda yang terbalut kain putih bergambar mawar.

"Ini... Apa?"


tbc.

haii!
maaf bru bsa up ya hhe
lg kna writer block :((
tp gppa, hhe
hope u like it!

[2/2] tweede huis, 99-00 linersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang