"Besok kita ke sma garlang" ucap Mark dan menyenderkan bahunya disofa.
"Cepet banget buset, kan mas ganteng belom siap" sahut Hendery dan meneguk sodanya.
"Bawa apa aja?" tanya Dino dan memakan kentang goreng.
"Yang penting bawa nyawa" jawab Lucas yang masih sibuk dengan ponselnya.
Changbin langsung menggeplak kepala Lucas. "Ya kalo nggak bawa nyawa, nyawa lo mau taruh dimana njing? Kloset?" sahut Changbin jengah.
Dijawab cengiran Lucas. Emang tampang-tampang kayak nggak punya dosa.
"Eh cowok yang di apart lo gimana?" tanya Serim dan menatap Lucas.
"Belum gue introgasi malah udah cabut. Demi apa kesel gue" ini yang menjawab Dejun.
"Kayaknya masih sma deh, gue kenal wajah-wajah kelas akhir" sahut Lucas sembari mengingat.
"Apa lo yakin, cuma dia yang selamat?" pertanyaan yang Hendery lontarkan sontak membuat sembilan pria disana terdiam.
Benar, sepuluh pria tampan tengah berkumpul di apartemen Changbin. Sebenarnya, sudah seperti kebiasaan kumpul disini. Hanya saja, sekarang dengan perasaan berbeda.
Mereka cukup memiliki keberanian untuk berkunjung besok ke SMA GARLANG, hanya saja, rasa takut cukup mendominasi.
"Gue nggak yakin. Tapi dia salah satunya" jawab Dejun dan meneguk sodanya sampai habis.
"Emang dia bilang?" Serim bertanya. Dijawab anggukan ragu dari Dejun.
"Kemaren gue tanya, kenapa malem-malem gini berkeliaran didepan apartemen Lucas. Terus dia diem aja, ya gue gemes lah anjing. Untung nggak gue tendang bokongnya" celoteh Dejun kesel.
"Ya nggak usah pake kuah dong nying" respon Lucas dan mengelap wajahnya yang terkena percikan air suci.
Mark masih menyimak cerita yang temannya katakan. Ada rasa sedikit ganjal, namun ia tak yakin itu benar. Kalaupun benar, mungkinkah selamat?
"Kemaren gue gak sengaja baca komentar yang ada di artikel tentang sma garlang" ungkap Mark dan mengubah posisi duduknya.
"Gimana-gimana?" tanya Hyunsuk.
"Gini, ada beberapa akun yang mendukung kalo permainan yang dimaksud itu bener terjadi, alias nyata. Tapi kebanyakan juga mereka bilang hoax" papar Mark.
"Lo inget nggak komentarnya?" tanya Yeonjun dan menatap Mark.
Mark mengangguk. "Gue tulis di notes" jawabnya dan menyodorkan benda pipih bermerk apple itu ke Yeonjun.
"Mereka nyata."
"Temui si korban, lo bakal ngerasain."
"Demi apa gue merinding" komentar Hendery dan bergidik.
"Mungkin gak, kalo nyata yang dimaksud itu bukan siapa pemainya, tapi itu permainanya?" argumen Hangyul dan menatap teman-temannya.
Mark diam. Kemudian ia menyahut. "Kalo misalnya yang dimaksud itu permainanya, terus misal kita temuin si korban, otomatis kita masuk dong? Ya nggak si?"
"Sebelum kita beneran masuk, lebih baiknya kita selidiki dulu permainan yang dimaksud" usul Yeonjun.
"Tapi kita juga nggak tau permainanya sama apa enggak" tanggap Hyunsuk.
"ADOHHHH PUSING! Mau nikah ajalah sama Yuqi kalo nggak Doyeon" celetuk Lucas dan menyenderkan badanya disofa.
Plak !
"Emang Yuqi mau sama modelan kingkong kayak lo?" komentar Serim tak habis pikir punya temen halu kayak Lucas.
"Oh, jelas! Gue kan ganteng, ya nggak?" jawabnya percaya diri.
"Mati aja sono lo kotak"
"Kok perasaan gue nggak enak ya?" celetuk Dino yang daritadi hanya menyimak perdebatan teman-temannya.
Ting tong ~
"Daripada gabut, mending lo ambil delivery ayam bakar deh. Sono gih" usir Changbin.
Dino mendengus. "Iye iye"
Selepas Dino berjalan kepintu utama guna mengambil makanan yang mereka pesan, diam-diam Serim membuka ponsel Dino yang tertinggal. Bukan bermaksud jahat, hanya saja ada nomor tak dikenal, mengirim beberapa voice note.
"Gengs..." panggil Serim.
Sontak sembilan, ditambah Dino yang sudah bergabung pun menatap Serim bingung.
"Kenapa?" tanya Hyunsuk.
Serim menghela nafasnya. "Dengerin ya.."
[hi, long time no see~]
[gimana kabar kalian?]
[udah ketemu dia kah?]
[biar gue tebak, kalian pasti ketemu salah satu dari mereka kan? Jujur ajaa]
[karena kalian udah ketemu, gue harap ada kerjasamanya dikit lah ya. biar greget]
[dalam tiga tahun ini, kalian sibuk kuliah kan?]
[kalo gitu, saatnya main dong?]
Tut
Pesan suara itu habis.
Dan mereka bersepuluh terdiam.
Dengan berbagai perasaan, dan gejolak tanda tanya. Apakah mereka sudah masuk, sekarang?
"Guys..."
"Tegang banget anjer kayak pantat ayam. Gak usah tegang gitu ah" ucap Lucas berniat mencairkan suasana yang sempat menegangkan.
"Mulutmu ya anjim!" respon Hendery dan menjitak Lucas.
"So," Dejun sedikit menjeda ucapanya. Ia tak seratus persen yakin. "Are we really getting into the game?"
Mark menepuk bahu Dejun. "Kalo pun gak ada voice note, kita juga bakal masuk secara perlahan"
"Karena besok kita bertemu si korban."
🥀
"Play lagu yang soft kek, asem banget mobilnya" ucap Hyunsuk dan duduk dijok tengah mobil antara Serim dan Dejun.
Lucas yang duduk dibagian driver, langsung menekan tombol dan berniar menyalakan sebuah lagu.
Heather—Conan Gray
"Ini?" tanya Lucas dan menatap kaca kecil tengah.
"Sabilah" jawab Hyunsuk.
Yap, mereka berencana mengunjungi sma garlang hari ini. Sesuai kesepakatan kemarin malam, mereka dibagi menjadi dua mobil.
Mobil Lucas berisi Hyunsuk, Dejun, Serim, dan Mark. Sedangkan mobil Changbin berisi Hendery, Yeonjun, Hangyul, dan Dino.
Mobil Lucas lebih dahulu melajukan mobilnya. Butuh kurang lebih satu jam setengah untuk sampai ke lokasi SMA GARLANG. Karena jarak UI dan SMA GARLANG itu lumayan jauh.
"Eh, gue kok kepikiran gini ya," ucap Dejun menjeda kalimatnya. "Jarak apartemen Lucas sama sma garlang kan jauh, kok bisa bocah itu nyasar kesini?"
"Mungkin aja tinggal disono kan bisa" jawab Serim tak mau ambil pusing.
"Dih, ngadi-ngadi lo! Disana juga ada apartemen kali" sahut Hyunsuk dan menoyor kepala Serim.
Mark yang duduk disamping driver, sontak memutar tubuhnya menghadap ke belakang.
"Mungkin aja ini tandanya?"
TWEEDE HUIS
99—00L
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2/2] tweede huis, 99-00 liners
FanfictionSERIES 2 "Lu kalau mau keluar, lewat sini. Jangan ke sana, bahaya." @2O21N.