04 : kotak

1.5K 413 273
                                    

Ceklek !

"Jun lo—"

Brakk !

"ANJING!"

Sontak Serim langsung membekap mulut Hendery. "Berisik der," ucapnya.

Yeonjun berjalan menuju sebuah kotak yang entah darimana datangnya. Ia jongkok tepat didepan kotak hitam tersebut, tangan kananya terulur meraih gembok kotak.

"Kotak apaan?" tanya Mark seraya menatap Yeonjun.

Yeonjun menggeleng. "Gak tau, Mark" jawabnya dan mengambil kotak hitam lalu membawanya.

"Mau dibawa kemanaa?" tanya Dejun bingung.

"Hubungan kitaaa~" sambung Hendery.

"Jika kau terus menunda-nunda~"

"Tolong cangkemnya diem dulu, gua pusing" respon Dejun dan menatap Hendery datar.

Yeonjun masih fokus meneliti kotak hitam yang dibawanya tadi. Jelas, kotak ini perlu sebuah kunci untuk membukanya.

Lucas inisiatif mencari kunci disekitar bersama Hyunsuk dan Serim. Mereka bertiga berjalan menuju sebuah tangga penghubung lantai atas.

"Siapapun tolongin kita!"

Tepat mendengar sebuah teriakan, Lucas menoleh kebelakang. Reflek saja, namun instingnya memerintah untuk mencari sumber suara.

"Lo denger teriakan nggak, Rim?" tanya Lucas.

Serim menggeleng. "Kagak anjir. Emang siapa yang teriak?" jawabnya bertanya.

"Kok gua denger, ya?" gumam Lucas bingung.

Lucas masih diam. Ia yakin mendengar teriakan yang sangat jelas dan nyaring. Tapi, kenapa kedua temannya tak mendengarkan?

"OIT! TURUN! KUNCINYA UDAH ADA!"

Dengan terburu, Lucas, Serim dan Hyunsuk setengah berlari menuruni tangga. Hingga dipertengahan tangga, Hyunsuk menemukan sesuatu. Ia menaruh disakunya.

"Isinya apaan?" tanya Changbin yang baru saja menghampiri Yeonjun.

"Surat" jawab Yeonjun. Ia membuka kertas usang tersebut. Bau mawar mulai menusuk indra penciuman mereka, termasuk tanda mawar hitam dipojok kanan.

"selamat datang"
gue harap kalian nolongin
mereka. kasian, udah lama
disini. kesiksa lagi, ah apa kalian
gak kasian sama mareka, hm?

"Apasi maksudnya? IQ gua minus lima" ucap Hendery dan menggaruk pipinya.

"Mana ada IQ minus lima anjing" sahut Mark dan menyentil dahi Hendery.

"Mungkin gak kalo kita harus nyelamatin seseorang?" argumen Hangyul. Sejujurnya, ia pun masih ragu.

"Gue setuju. Tapi, kita juga gak tau kudu kemana" sahut Hyunsuk.

"Cari lah. Google maps ada, google meet ada" jawab Lucas dihadiahi toyoran Dejun.

"Lo mau nyari orang apa mau ketemu dosen si sat?" sengit Dejun dibalas cengiran tanpa dosa dari Lucas.

"Jangan-jangan...." ucap Yeonjun. Ia sengaja menggantungkan ucapanya.

Dilanjut, menatap semua temannya. "Mereka yang dimaksud itu anak-anak sma garlang yang katanya belum keluar selama satu tahun?"

🥀

"Bagi dua kelompok lah tot" usul Dino dan merangkul Mark.

Changbin mengangguk. "Oke. Bagian utara, gua, Serim, Hyunsuk, Dino sama Dejun. Bagian selatan, Mark, Lucas, Hangyul, Yeonjun sama Dery. Agree?"

Semuanya mengangguk. Yeonjun mengambil ponselnya disaku jaket. Lantas ia menyalakanya. "Buset, gak ada sinyal"

"Serius njir?! Ah tai, gak bisa mabar kita Cas" respon Hendery lesu.

Hangyul menggeleng jengah. "Sempet-sempetnya mikirin Layla"

"Kita ketemu disini jam tujuh, paling telat jam delapan. Ingat, patokanya itu kotak hitam ini. Oke?" instruksi Yeonjun diangguki semuanya.

Hangyul menepuk bahu Yeonjun dan Serim. "Ingat, jangan berpisah. Atau kalian nggak bisa balik lagi"

🥀

Yeonjun, bersama keempat temannya tengah berjalan kearah selatan. Guna mencari seseorang yang dimaksud si penulis.

"Gais" panggil Lucas.

Mark dan Hangyul menoleh. "Apaan nder?" tanya Hangyul.

"Gua tuh masih bingung," ungkapnya.

"Bingung napa?"

"Kenapa bubur bayi dimakan bayi, sedangkan bubur ayam dimakan manusia?" tanya Lucas dan menatap keempat temannya.

"Ya berarti lo ayam gitu" sahut Yeonjun enteng.

"Tanya sono sama Albert. Dia kan jenius" suruh Mark.

Lucas mendengus kesel. "Cuk, kalian juga makan bubur ayam ya anjir. Kadang pagi-pagi minta ditraktir, apalagi lo der!" tunjuk Lucas.

"Akuh tyda ikut-ikutan mas" jawab Hendery alay.

"Jijik asu"

Hangyul berjalan beriringan dengan Lucas. "Gua juga lagi bingung nih"

Lucas menoleh, menatap Hangyul. "Napa lo?"

Hangyul kembali menatap Lucas dengan wajah datar. "Kok lo tolol?" tanyanya datar.

"GELUT LAH KITA NJING"

"Ayo aja!" balas Hangyul tak kalah nyolot.

Brakk !

Dorr !

"WOY AWAS BELAKANG!!" teriak Hendery panik.

Dorr !

"YEONJUN!!!!"

Yeonjun tersenyum tipis. Tangannya yang bebas memeragakan keempat temannya untuk segera pergi.

"Pergi, biar gua yang urus" ucap Yeonjun seraya memegang perutnya yang berdarah.

Melupakan fakta jika dirinya kembali termakan sebuah jebakan.

🥀

"Semoga ada yang nemuin kotak hitam" gumamnya dan menghela nafas.

"Ada hubunganya sama kita?" tanya temannya.

"Gue rasa ada" sahut sang pemuda. Ia bersender, menatap langit atas.

"Btw, gue masih nyimpen ini" ungkapnya seraya menunjukan sebuah kalung dengan bandul gembok emas.

"Kita cuma butuh kotak hitam itu sama kuncinya" sambungnya dan kembali menatap kalung tersebut.

"Jadi, maksud lo—"

Pemuda itu tersenyum. "Iya, kita bebas. Bersama mereka juga" potongnya dan menepuk bahu sang teman.

"Min, lo yakin kan?"

"Selagi kita percaya, nggak ada kata nggak mungkin didunia. We just need trust."

TWEEDE HUIS
99—00 LINERS
TBC

[2/2] tweede huis, 99-00 linersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang