2

5.8K 820 99
                                    

Setelah kejadian itu, aku mulai memanggilnya My Queen.

(Name) dan Emma datang ke rapat touman, entah kenapa Mikey membawa kalian kesana. Ya ujung-ujungnya mereka hanya mengobrol berduaan. Di mata gadis itu, banyak muka yang asing baginya.

"Ku kenalkan kakak kepada mereka ya" kata Emma.

"Yang rambut panjang, mata tajam dan cowo imut pirang itu adalah ketua dan wakil divisi 1, Baji Keisuke dan Matsuno Chifuyu. Yang rambut lilac dan botak itu divisi 2, Mitsuya Takashi dan Shiba Hakkai. Yang gendut jelek sama rambut pendek coklat itu divisi 3, Pahchin dan Peyan. Si kembar divisi 4, Kawata Nahoya dan Kawata Souta. Lalu si tiang dan yang kau bilang cantik itu divisi 5, Mucho dan Sanzu Haruchiyo" jelas Emma.

(Name) tidak berkutik sama sekali, dia hanya bengong dan memikirkan betapa hebatnya Mikey.

"Padahal masih bocah, tapi sudah bisa sebesar ini ya gengnya" komentar (Name).

"Entahlah" balas Emma.

Deert...dert...dert...

Suara ponsel (Name) yang bergetar, gadis itu membuka ponselnya melihat siapa yang menghubunginya. Ah, dari matanya saja sudah malas ketika melihat nama yang berada di layar ponselnya itu.

"Emma aku angkat teleponnya dulu ya" kata (Name).

"Hum~ jangan lama-lama kak" balas Emma.

(Name) menjauhkan diri dari anak-anak geng motor ke tempat yang lebih sepi untuk mengangkat teleponnya.

"Ada apa?" Tanya (Name) dengan nada dingin.

"Ikut ayah, ayah akan menjemputmu setelah perceraian ayah dengan ibumu selesai" kata ayahmu yang langsung ke intinya.

"Jadi ujung masalahmu cerai? Kenapa gak dari dulu sih, kau selalu membuat ibu dan aku pusing" ucap (Name).

"Bukan kau tapi ayah, kamu gak pernah diajarin sopan santun ya" balas ayahnya.

"Percuma aku sopan kepadamu, pada akhirnya kau tidak pernah menghargaiku" kata (Name).

"Ugh! Kalau itu ujung masalahmu, jemput aku sebulan lagi. Aku masih ingin bersenang-senang disini, sebelum kepalaku sakit karena mu tua bangka" ujar (Name) yang mengakhiri panggilan tersebut.

"Hah...kenapa harus aku harus ikut dia sih, ya gak masah sih soalnya duitnya banyak. Lagi pula kalau ayah tidak pernah masalah jika anak tunggalnya menghabiskan uangnya, tapi malasnya tua bangka itu sering membuatku darah tinggi" gumam (Name) yang kesal.

'Kuberi tahu Emma saja ya, mereka pasti sedih sih' pikir (Name).

"Sedang apa?" Sanzu muncul di belakang (Name), otomatis gadis itu loncat karena kehadiran misterius Sanzu.

(Name) menatap Sanzu dan berpikir darimana dia muncul. Tapi kalimat yang ada dipikirannya,  'Apa dia setan?'.

"Kenapa kaget?" Tanya Sanzu.

"Ya gimana gak kaget kalau Sanzu-san muncul dibelakangku!" jawab (Name) yang marah-marah.

"Sedari tadi aku disini loh" kata Sanzu.

"Ha?" (Name) terlihat bingung lagi.

"Padahal aku sudah cek sekitar, kau muncul dari mana?" Tanya (Name).

"Diatas pohon My queen~" jawab Sanzu sambil menunjuk keatas.

"Kau itu monyet atau manusia sih?!" kesal gadis itu.

"Tapi Queen, pembicaraan apa tadi? Perceraian? Ayah? Darah tinggi?" Kepo Sanzu.

"Bukan urusanmu" balas (Name).

"Percuma bipang seperti itu, aku sudah tau semuanya" ujar Sanzu.

"Kalau sudah tau kenapa tanya?" Tanya (Name) yang memasang muka jengkel.

"Hanya memastikan Queen~" jawab Sanzu.

"Ya kalau tau diam saja kau" balas (Name).

"Tapi kenapa kau memanggilku Queen?" Tanya  (Name).

"Hm? Ya karena aku menganggapmu seperti itu" jawab Sanzu.

"Uhhh, tidak ada alasan yang jelas gitu?" (Name) berusaha mencari jawaban lain dari Sanzu.

"Ya karena aku menanggap Mikey King, maka kau merupakan Queen bagiku" jelas Sanzu.

Jawaban Sanzu membuat gadis itu berpikir keras apa maksudnya. Entahlah, jawaban yang mana saja membuat gadis itu bingung entah mana yang benar bana yang tidak.

"Terserahlah, dah ah aku mau—" (Name) merasakan tangan Sanzu yang menarik pinggangnya.

"Malam minggu nanti pergi ke pertigaan dekat kediaman Sano, ayo kita jalan-jalan berdua Queen" bisik Sanzu yang memeluk (Name) dari belakang.

Ya (Name) terdiam dan sedikit terpesona dengan suara kalemnya Sanzu, tapi gadis itu tersadar saat Sanzu meniup kupingnya. Mukanya memerah.

"A...ANJING!" (Name) menyikut perut Sanzu.

Tatapan (Name) yang kesal dan marah menjadi satu. Lalu bagaimana reaksi Sanzu? Ya, dia hanya tersenyum dibalik maskernya seperti tidak orang-orang suci yang tidak mempunyai dosa.

'Brengsek, dasar babi, binatang spiritual' batin (Name) yang dipenuhi kata-kata berakhlak.

"Sanzu-san, lain kali jangan seperti itu. Aku tidak suka" pesan gadis itu lalu pergi.

"Maaf Queen, tapi wajahmu terlihat seperti tomat tadi" gumam Sanzu yang mengingat saat (Name) berada di pelukannya.






























17-08-21

My Queen (Sanzu Haruchiyo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang