7

4.2K 671 166
                                    

Jerman 2017

Di suatu ruangan duka, terdapat keluarga duka dan tamu duka lainnya. Rumah yang mewah seperti istana, budaya Eropa yang masih di laksanakan.

Surai pirang yang berusia 19 tahun menghampiri perempuan yang umurnya 10 tahun diatasnya. Pria pirang itu menunduk kepadanya sebagai hormat.

Perempuan itu mengambil setangkai bunga mawar yang ada di pot, perempuan itu menghampiri foto besar yang menggambarkan wajah ayahnya. Menaruh bunga itu di meja yang berada di bawah foto itu.

"Itu artinya aku sudah bebas kan...ayah" perempuan itu membuka suaranya.

Ya tidak salah lagi dia (Name), putri pertama dari pria mafia itu. Raut wajahnya tidak sedih dan tidak senang, perempuan itu seperti boneka hidup yang tidak berperasaan. Kini (Name) sudah menjadi wanita dewasa, single, dan berduit.

Selama di Jerman, dia membantu keuangan keluarga dan juga perusahaan. Walaupun (Name) mencintai uang, perempuan itu tidak korupsi uang-uang mansion atau perusahaan. Karena kinerja yang bagus, ayahnya memberikannya uang jajan yang cukup besar di bandingkan anak-anak lainnya.

"Waktunya mendengar wasiat dari beliau!" Seru seseorang. Yang tidak lagi sang pembaca wasiat.

Para putra putri kandungnya datang dan mendengar wasiat dan warisannya, mereka hanya mendengar warisannya. Sedangkan (Name) dia sedang menyender di dekat jendela sambil melirik sadara-saudarinya yang gila harta.

"Seluruh tanah, gedung-gedung dan perusahaan jatuh kepada" ucap sang ahli yang sengaja di jeda.

"(Fullname)!" Lanjutnya.

Para saudara-saudarinya melihat kearah (Name) yang sedang meminum wine yang diberikan adik  yang 10 tahun dibawahnya. Tatapan malas yang diberikan (Name) kepada saudara-saudarinya. Mereka tidak bisa membantahnya, karena (Name) merupakan putri pertama yang diakui oleh ayahnya.

"Claude pasti ada pesan-pesan terakhir kan dari tua bangka itu? Kau kan yang menemaninya terakhir kali saat dia sakaratul maut" tanya (Name).

Pria surai pirang—bukan Claude menatap mata (Name) yang tidak bisa dimengerti maknanya, kebencian, kesedihan, ataupun kesenangannya.

"Dan seluruh harta dari berlian, uang dan emas di pegang oleh Claude Lewis!" Ucap sang ahli warisan.

Claude tidak kaget dengan hal itu. Memang hanya (Name) dan Claude sangat pandai mengurus hal-hal seperti itu, sedangkan anak-anak lainnya membuang-buang harta dengan barang-barang tidak berguna.

"Segitu saja wasiat dan pembagian warisannya, saya pamit undur diri" sang ahli pun pergi.

"Beliau menyuruhku memulangkanmu ke jepang" Claude mengepalkan tangannya.

"Begitu ya" (Name) meyesap winenya.

Dulu namanya adalah (Name) Lewis.

Namun karena kepergian ayahnya, Claude mengubahnya menjadi (Fullname). (Lastname yang dia buat sendiri. Melupakan semua keluarganya, tidak ingin terlibat lagi dengan namanya keluarga.

Perempuan itu keluar dari ruang duka, Claude adik yang pernah (Name) ceritakan kepada dirinya sendiri. Claude sangat setia dan mengikuti jejak dari (Name) yang merupakan half-sibling waras miliknya. Claude mengikuti (Name) karena ingin diakui juga oleh ayahnya.

"Claude urus surat-surat dan kepindahan kewarganegaraan milikku, warisanku kuserahkan semuanya padamu. Berikan aku 5% uang saja, aku ingin hidup sederhana" perintah (Name).

"Baik Neesan" jawab Claude.

Claude mematung, melihat kakak perempuannya yang dia hormati dari belakang. Dia sedih karena akan lepas dari panutannya. Hanya Claude lah yang tahu apa isi hati ayahnya, walau keras dia ingin anak-anaknya hidup bahagia walaupun dia kerja mati-matian.

'Neesan juga tau kan, kalau ayah menyayangimu. Sebaliknya aku juga tahu, hanya saja dia tidak ingin membuat kami menangis setelah kepergiannya' pikir Claude.

|•|

Perempuan itu berada di kamarnya.

(Fullname).

Umur 29 tahun.

Perawan tua.

Singel.

'Apa aku kelainan seksual ya? Aseksual? Dari dulu aku tidak tertarik laki-laki atau perempuan' pikir (Name) yang sedang tiduran.

"Hah..." (Name) menghela nafasnya.

Tangannya memegang kalung "Beuty" miliknya. Dia memejamkan matanya.

"Sanzu...apa kalung pemberianku masih dipakai?" Gumam (Name).

.

.

.

.

.

Tokyo 2017

Dor!

Dor!

Dor!

Suara tembakan dari ruangan kosong tersebut. Pria surai pink itu mengambil dua butir obat yang berada di sakunya lalu meminumnya, dia pun tertawa tidak jelas.

Surai pink itu menarik sesuatu yang berada di lehernya yang di tutupi oleh bajunya itu. Sebuah kalung bertulisan "Beast" yang dia keluarkan, surai pink itu mencium kalung tersebut.

"Apa kabarmu Queen? Baik-baik saja kan? Tenang, aku akan terus mencari informasi tentangmu. Walaupun itu menghabiskan puluhan tahun" gumam surai pink itu.

"Oi Sanzu! Sudah selesai kah?" Temannya yang mempunyai model rambut yang tidak beda jauh dengan surai pink itu.

"Kau punya mata kan? Lihatlah mereka sudah tidak bernafas loh" balasnya yang memasukkan kalungnya ke dalam baju.

Ya, benar kalian tidak salah membaca. Bonten nomor 2, Sanzu Haruchiyo.















23-08-21

My Queen (Sanzu Haruchiyo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang