1 minggu kemudian di Tokyo.
(Name) berbaring di kasur, perempuan itu habis membereskan semuanya sendiri. Sekarang dia sudah berada di tanah kelahirannya. Meski butuh waktu untuk mengurus surat-surat dan lainnya.
Perempuan itu membuka jendela kamarnya, angin malam yang segar memasuki ruangannya. (Name) menghirup angin malam yang sejuk baginya.
"Sekarang ngapain ya~" (Name)
"Beli camilan deh" seru (Name) yang menutup jendelanya.
Perempuan itu mengambil jaket dan pergi ke minimarket yang dekat dengan apartermennya. (Name) berjalan santai sambil bersenandung.
Di minimarket, (Name) membeli makanan yang bermicin dan minuman yang manis. Menurutnya micin dan manis adalah kombinasi terbaik di dunia.
(Name) pun membayarnya di kasir.
"Semuanya jadi 30.000 ribu" kata si kasir.
(Name) mengeluarkan uang yang ada di kantong jaket. Seseorang memasuki minimarket dan langsung menuju kasir, (Name) yang mengetahui kehadirannya meminggir untuk giliran yang belakangnya. (Name) sedang merapihkan uang kembaliannya.
"Rokok sampurno satu" katanya.
(Name) langsung keluar minimarket lalu pulang ke apartermennya. Menaruh camilan yang dia beli ke tempatnya lalu tidur.
Beberala menit sebelumnya
Sanzu berada di sebuah gang, memegang pistol yang penuh dengan cipratan darah targetnya. Surai pink itu sedang berhadapan dengan pengkhianat bonten. Pria itu mengelap tangannya yang terkena darah targetnya, dan menaruh pistolnya di balik rompi yang dia pakai. Sanzu mendecak lidahnya, mulutnya terasa hampa.
'Aku butuh rokok' Sanzu memasang maskernya, dia pun pergi mencari minimarket yang buka.
Pria itu sudah menghabiskan waktu sekitar 7 menitan untuk mencari minimarket. Dan pada akhirnya dia melihat minimarket yang lumayan jauh dari markasnya. Sanzu memasuki minimarket tersebut.
Perempuan yang ada di kasir itu menggeser dirinya, Sanzu pun maju karena gilirannya.
"Rokok sampurno satu" kata Sanzu.
Kasir itu mengambil rokoknya, Sanzu melirik perempuan yang berada disebelahnya. Warna rambutnya yang sangat dia kenal. Sejujurnya Sanzu ingin lihat secara detail, namun perempuan itu langsung pergi begitu saja.
"Jadi 25.000 ribu" kasir itu mengescan rokoknya lalu diberikan kepada Sanzu.
Sanzu membayarnya lalu keluar mini market, dari jauh dia melihat perempuan tadi yang memasuki apartermennya yang tidak jauh dari lokasi minimarket.
|•|
Angin sepoi-sepoi, rasanya seperti sedang tiduran di tanah luas dengan angin hang sejuk. (Name) sedang menikmati angin mimpi yang terasa nyata. Namun makin lama mimpinya aneh. Dia tertiban oleh kucing yang sedang mendusel dadanya, perempuan itu sedikit sesak.
(Name) membuka matanya perlahan, sedikit bingung mengapa semua terasa nyata. Matanya terbuka lebar melihat jendela kamarnya sudah terbuka, lalu melihat dadanya yang sudah memeluknya erat. (Name) hanya melihat surai pink, tidak dapat melihat wajahnya karena wajahnya mengumpat di belahan dada (Name).
"Hei!" Kaget (Name) yang mendorong surai pink itu.
(Name) terkejut saat melihat wajahnya, (Name) juga mengenali pemilik wajah itu. Bulu mata lentik, luka dikedua sudut bibir, siapa yang gak kenal dengannya.
"S-sanzu?" Tebak (Name).
"Queen!" Sanzu memeluk (Name) lagi, dia menyembunyikan wajahnya di dada (Name).
(Name) terkejut bagaimana Sanzu mengetahui kalau dia ada disini. Perempuan itu menghela nafasnya, mengelus lembut rambut Sanzu.
"Aku kangen~" ucap Sanzu yang makin naik ke leher (Name).
"I-iya" balas (Name) yang mencoba memberi jarak antaranya dan Sanzu.
"Kok bisa disini?" Tanya (Name).
"Tadi aku lihat queen di minimarket, awalnya ragu yapi aku ikutin terus deh buat memastikan" jawab Sanzu.
Tangan Sanzu meraih kalung "Beuty" milik (Name), memainkannya dengan cara di bolak-balik dengan jarinya yang kasar. Muka (Name) memanas, perempuan itu menengok kearah jendela, melihat cahaya bulan yang terang.
"Jam berapa?" Tanya (Name).
"12 malam" jawab Sanzu.
(Name) memejamkan matanya, tidak percaya kalau semuanya adalah nyata bukan mimpi atau ilusinya. Sanzu bergerak menjadi diatas (Name), perempuan itu perlahan membuka matanya. Mata mereka saling bertatapan, Sanzu menatap (Name) dengan dalam.
"Kita sudah legal, jadi aku boleh kan menciummu seperti waktu itu? Boleh kan, (Name)?" Tanya Sanzu.
(Name) hanya terdiam, pipinya merona.
"Terse-um!" Sanzu langsung mencium (Name), lidah Sanzu menjelajahi dalam mulut (Name).
Perempuan yang dicium itu kewalahan dengan serangan Sanzu yang menurutnya bertubi-tubi. Sanzu melepaskan ciumannya, saliva mereka terhubung lalu putus. Sanzu mengelus halus bibir (Name) yang menjadi glossy karena ulahnya.
"Hehehe" kekeh Sanzu. Terlihat rona yang berada dipipi pria itu.
"(Name) ayo kita lakukan lebi-akh!" Sanzu meringis karena (Name) mencubit pinggangnya.
"M-maaf queen!" Katanya.
(Name) menghentikan cubitannya. Sanzu mempout pipinya, padahal dia ingin kangen-kangenan dengan (Name).
"Gak, aku mau tidur" ucap (Name) yang kembali tidur.
Sanzu memeluk (Name) yang sedang membelakanginya, mengendus-endus leher (Name). Perempuan itu merasa geli. Dan akhirnya (Name) merasakan gigitan dilehernya.
"Oi!" Kesal (Name) yang menjambak rambut Sanzu.
Namun Sanzu tidak terganggu sama sekali, bahkan dia membuat banyak tanda di belakang bahu (Name).
"Sudah!" Seru Sanzu yang senang.
(Name) hanya menggerutu kesal. Sanzu menjilat bahu (Name) dari belakang.
"Selamat datang, wanitaku"
25-08-21
![](https://img.wattpad.com/cover/281631433-288-k77755.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Queen (Sanzu Haruchiyo)✓
Short StorySanzu x reader ーーーーーーーーーーーーーーーーーーーー Lets run away my queen -Sanzu . . . . . Start? 16-08-21 End? 27-08-21 !Alur cerita ini tidak nyambung dengan cerita aslinya! Warn⚠️ -sedikit spoiler (?) -kasar -ooc? Fanfic by AvocadoOil6 Tokyo Revengers by Ken Wa...