22

2.2K 280 68
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya 2 jam lalu mereka sampai di Sydney. Lim sendiri langsung tidur di apartemen Jennie sedangkan Jennie saat ini sedang pergi berbelanja kebutuhan suaminya dan bahan makanan. Sebelumnya Jennie tak pernah menyimpan bahan makanan di apartemennya karena ia tak bisa memasak dan lebih  memilih membeli makanan saja. Jika ada yang siap makan mengapa harus memasak, itulah motto hidup Jennie, berbeda dengan Limario, lelaki itu pandai memasak dan lebih suka memasak sendiri dari pada harus membelinya.

"Duh apa lagi sih, nanti keburu Lim bangun bisa ngamuk kalau aku ga ada di apart." Gumam Jennie dengan menggaruk kepalanya meski tak gatal.

"Yang penting keperluan dia aja dulu deh, urusan bahan makanan dia lebih paham nanti gampang belanja lagi." Akhirnya Jennie memutuskan untuk segera menyelesaikan belanjanya, ia malas untuk mendengar ocehan suaminya.

Setelah semua beres Jennie langsung pulang dan menuju ke apartemennya, untung saja jarak supermarket dengan apartemen tak begitu jauh jadi tak membutuhkan waktu yang lama.

Ceklek...
Jennie membuka pintu apartemen dan ia langsung terkejut saat melihat suaminya sudah berdiri di depan pintu dengan tangan yang terlipat di dada. Memandang penuh intimidasi seperti biasanya.

"By udah bangun. Aku abis belanja keperluan kamu sama sedikit bahan makanan." Tanya Jennie, meski Lim diam saja Jennie sudah harus menjelaskan sebelum rentetan tuduhan meluncur dari bibir manisnya.

"Sama siapa?" Tanyanya dengan tegas.

"Sendiri By, itu deket ko dari sini juga. Kapan-kapan kita belanja bareng ya, aku ga tau harus belanja bahan makanan apa aja." Jennie menjawab dengan tenang, meski ia merasa sedikit gugup.

Setelah itu Jennie menarik tangan Lim agar duduk di sofa, mengeluarkan cemilan kesukaan Lim dan memberikan pada Lim. "Aku beresin dulu ini ya. Aku juga udah pesen makan malam tadi." Pamit Jennie.

Diam-diam Jennie melirik Lim dari dapur, ada rasa lega dihatinya karena Lim tak menuduhnya macam-macam seperti biasanya, semoga saja setelah menikah dan tinggal bersama membuat Lim lebih percaya pada Jennie dan tak posesif dan cemburuan lagi. Meski sebenarnya lelaki lain yang tak Lim percayai bukan Jennie. Lelaki mana yang tak menyukai Jennie, gadis itu cantik, pintar dan baik hati.

"Jen, mana jadwal kuliahmu." Tanya Lim yang masih berekspresi datar.

Jennie menghela nafasnya, sudah tau akan jadi seperti apa hidupnya nanti. Sudah pasti 5 menitpun tak boleh Jennie terlambat pulang. Jennie pergi ke kamar untuk memberikan jadwalnya pada Lim. Suaminya ini memang pencemburu yang ulung, namun entah mengapa Lim terlihat sangat menggemaskan.

"Ini By." Jennie menyodorkan sebuah buku berisikan jadwalnya yang sengaja ia tulis ulang saat itu.

Lim mempelajari jadwal itu dengan khusyu, tak boleh sedikitpun ada yang terlewatkan di sana. "Besok aku antar ke kampus, terus kenalin aku ke temen-temen kamu. Sekalian aku mau ketemu cowok yang waktu itu foto sama kamu. Kasih tau mereka kalau kamu udah nikah dan aku suaminya. Bilang ke mereka jangan deketin kamu lagi. Aku bakal anter jemput kamu ke kampus selama aku belum punya aktivitas. Aku tungguin kalau perlu. Paham?" Pada akhirnya yang ditakutkan Jennie terjadi, namun tak masalah Lim berhak melakukan itu atas dirinya. Jennie hanya bertugas untuk mengatakan iya lalu melakukan semua perintah Lim.

Fated To Marry YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang