Prolog

2.4K 53 6
                                    

Prolog

Hari itu hari yang indah dan cerah di kota kecil Little Wings. Angin sepoi-sepoi menerjang pepohonan. Menimbulkan bunyi kemerisik yang terhalang oleh bunyi bising kesibukan kota kecil ini. Truk - truk penganggkut emas tanpa henti lalu lalang bekerja siang dan malam. Mengeruk perut bumi hingga ke dasar, membuat bumi menangis dan menderita.

Pada awalnya kota Little wings terkenal akan suakanya. Burung-burung, satwa liar dan tanaman hidup tanpa gangguan. Berbagai burung langka pernah hidup disini, dilindungi cagar alam yang sangat indah dengan hutan yang rimbun dan damai.

Namun sejak penemuan tambang emas, tempat ini berangsur - angsur berubah. Perubahan yang begitu dramatis dan berjalan cepat. Hutan dan pegunungan tempat hewan - hewan tinggal kini gersang karena dibabat untuk lahan pertambangaan.

Padahal banyak pihak yang menentang pembukaan lahan ini, namun uang selalu menang. Pihak politik mendukung seratus persen pembukaan lahan ini. Tanpa memikirkan dampaknya. Hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri saja.

Jika dilihat dari udara terlihat titik-titik penggalian yang telah dalam. Bahkan sebagian ada yang telah digenangi air karena telah ditinggalkan. Dan membentuk danau kecil yang suram. Menyimpan masa lalu indah yang kini kelam.

Di ujung jalan antara Yelow dan Rose street, berdiri sebuah toko besar yang menyediakan berbagai kebutuhan. Tertulis disana WINGS SUPER MARKET besar berwarna merah dan mewah. Temboknya dicat putih, membuatnya terkesan elegan dan rapi. Tidak ada sedikitpun coretan atau tembok yang terkelupas.

Bel berdentang di pintu masuk toko. Bukan pelanggan baru yang datang, melainkan seorang pelanggan wanita yang baru saja selesai berbelanja. Wanita itu membawa kantung belanjaan yang terlihat agak berat. Sayuran segar, susu kotak, beberapa jenis buah, makanan kecil, dan mie instan dibelinya untuk persediaan tiga hari kedepan.

Disampingnya berjalan sesosok kecil mengikuti, putra satu-satunnya yang baru berumur lima tahun. Anak kecil itu membawa sebuah bola kecil yang masih berlebel. Mungkin ia baru membelinya di toko tadi.

 Ponsel berdering, penanda sebuah panggilan masuk.

     “Tunggu sebentar ya nak” ucap wanita itu kepada anak kecil di sebelahnnya. Ia kemudian menaruh belanjaannya dan mengangkat ponsel yang masih melantunkan lagu dari tahun 70an itu. Menatap layar ponsel dan tersenyum senang.

     “Halo” ucapnya, sambil berseri senang bercampur rindu. Ia membalas apa yang dikatakan lawan bicaranya. Ia tertawa dan menitikan air mata bahagia, namun lama kelamaan senyum di bibirnya memudar, berubah menjadi kecemasan dan kesedihan. Kini suaranya bergetar membalas lawan bicaranya.

Merasa bosan menunggu, anak kecil disampingnya memantul-mantulkan bola yang ia pegang kelantai. Ia memainkan bola itu layaknnya pemain basket profesional. Ia mengiring bola dengan riang kesana kemari hingga tanpa sengaja ia menendang bola itu.

Anak itu mengejarnya. Dengan cepet bola itu menjauh dan menabrak tiang listrik terdekat lalu memantul ke tengah jalan dan berhenti disana.

Dengan wajah lugu tanpa dosa ia berlari kearah bola itu berhenti. Sebuah decitan keras terdengar menggema disepanjang jalan. Sebuah mobil box kehilangan kendali. Wanita yang tengah menelepon menolah dan menjerit. Putra satu-satunnya dalam bahaya.

Mobil box itu kehilangan kendali karena pengemudinya terkejut. Ia berusaha keras menghentkan laju mobilnya yang terbilang kencang. Tidak ingin menabrak anak kecil ditengah jalan itu. Decitan kian membahana dan mobil terguling lalu terseret menuju anak itu berdiri.

     ‘Brak!’ bunyi derak aneh membahana. Menggantikan bunyi gaduh decitan rem mobil itu. Mobil itu terbakar. Wanita itu berlari cemas, meninggalkan semua barang-barangnya sambil menangis. Air mata membanjiri pipinya.

Namun ajaib! Anak itu baik-baik saja. Seperti tidak terjadi apa - apa ia memungut bola miliknya dan memantulkannya keaspal yang hitam terbakar. Hanya dibagian ia berdiri saja yang tidak tertutup oleh hitam terbakar.

Wanita itu spontan memeluk putranya dengan rasa syukur yang amat sangat. Ia menoleh ke mobil yang terbakar itu. Wajahnya ngeri serta shock ketika melihat mobil box yang hangus terbakar dihadapannya.

Si pengemudi mobil shok dan menatap kosong kelangit sambil bergumam “Naga”.

Fyres : Fate of Dragon Warrior (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang