Bagian 2 Wonder World

1K 40 1
                                    

Sesosok bayangan berlari menyusuri lorong sempit, gelap dan panjang. Derak langkahnya bergaung keras, menimbulkan dentuman – dentuman sepanjang lorong. Nafasnya memburu. Jantungnya berpacu bersamaan dengan setiap langkahnya.

Ia berhenti sejenak mengambil nafas panjang dan memegang dadanya. Nafasnya sakit akibat paru – paru yang memompa terlalu cepat. Ia kehabisan nafas, membuat kakinya lemas. Ia berlutut.

“Aku harus lolos” pikirnya. Tidak ada kata menyerah, tidak ada kata istirahat. Jika ia tertangkap disini para pengejar itu pasti akan membunuhnya. Jika beruntung mungkin ia hanya akan dipotong kaki serta lidah.

Terlihat cahaya diujung sana. Sosok bayangan itu mempercepat larinya menyongsong cahaya. Menghabiskan seluruh nafasnya berharap keajaiban. Hutan, jika hutan mungkin ia akan lolos dari marabahaya ini.

Derak langkah kaki para pengejar semakin terdengar di telinganya bagaikan suara kematian.

“Aku tidak boleh tertangkap!” pikirnya lagi. Tidak boleh!

Cahaya itu semakin dekat. Dan akhirnya ia sampai. Namun dengan cepat ia menghentikan langkahnya dan jatuh terpeleset. Dihadapannya kini terhampar sebuah jurang yang dalam dan tidak terlihat dasarnya. Hutan yang menjadi pengharapannya ada disebrang jauh sana. Mustahil ia dapat melompat kesana, ia bukan bangsa peri yang dapat terbang. Atau bangsa Falcon yang menguasai langit.

Ia menimbang-nimbang sejenak. Jika ada air dibawah sana ia selamat meskipun hanya sedikit, namun jika tidak tamatlah riwayatnya. Mungkin ini petualangannya yang terakhir. Dan kegagalannya yang terbesar.

Namun derak langkah horror itu semakin mendekat. Ia menarik nafas dan memejamkan mata, menguatkan niatnya untuk terjun bebas kedasar sana. Dengan keyakinan yang dipaksakan, ia menjatuhkan diri kedasar jurang yang gelap itu.

****

Tiba-tiba Fyres terbangun dari tidurnya. Ia berada di tempat yang sangat asing. Bukan rumah tua itu, bukan ruangan tempat ia dan ibunya menghabiskan malam yang mencekam kemarin.

Mengingat hal itu tenggorokan Fyres seakan tercekik. Ia menitikan air mata. Membiarkannya jatuh, berharap rasa sedihnya akan ikut hilang. Ia berusaha untuk menguatkan diri menerima kenyataan pahit itu. Namun sulit, kenyataan ini akan selalu menghantuinya.

Fyres melihat berkeliling ruangan. Sebuah kamar kecil. Lengkap dengan kamar mandi di ujung ruangan. Sebuah TV satelit lengkap dengan video player. Kipas angin tua menyala, berusaha mendinginkan ruangan namun gagal.

“Kau sudah siuman?” ucap seorang pria sambil melongok dari celah pintu.

Pria itu membawa senampan makanan ditangannya.

“Setelah kau habiskan kita akan bergerak menuju portal. Yang lainnya sudah menunggu disana” ucapnya lagi sambil tersenyum suram.

“Tunggu! Bagaimana dengan ayahku dan Claire?” tanya Fyres cemas.

“Claire selamat, namun ayahmu kami tidak tahu, maaf” Jawabnya murung. “Rumahmu runtuh dan ayahmu terjebak. Ia bukan seorang petarung yang baik, namun ia memiliki otak yang cemerlang. Sangat disayangkan” ucapnya lagi. Pria itu lalu meletakan nampan berisi sarapan diatas meja yang terletak disamping ranjang. Menepuk bahu Fyres dan berbalik pergi.

Setelah menghabiskan makanannya, Fyres bergegas keluar ruang kamar itu. Di luar terlihat empat orang yang menunggunya. Setelah memastikan situasi, Fyres dan empat orang lainnya bergegas pergi dengan mengunakan sebuah mobil. Lubang kuncinya dibongkar paksa, memperlihatkan bahwa mobil ini mobil curian.

Sepanjang perjalanan mereka mengobrol santai berusaha mencairkan suasana yang tegang ini. Mereka berharap Fyres bisa mengubah Wonder World kembali seperti semula. Hati Fyres sungguh kesal. Ia masih delapan belas tahun, dan harus memikul beban seberat ini.

Fyres : Fate of Dragon Warrior (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang