Bagian 5 Bangsa Naga

620 31 1
                                    

Angin berhembus kencang di dataran yang jauh dan asing. Fyres melindungi wajahnya dari trepan angin yang mampu membuatnya terhempas. Ia berjalan tanpa lelah dan tanpa tujuan. Pikirannya melayang jauh entah kemana.

Fyres sampai disebuah padang kering dan tandus. Disekelilingnya hanya ada tulang belulang binatang mati. Di langit burung pemakan bangkai mengelilinginya. Mengintai dengan sabar mangsanya, menunggu ajal menjemput supaya mereka bisa melahapnya.

Fyres memicingkan mata dan melihat kilau biru dikejauhan, sebuah laut. Dengan langkah lebar Fyres melangkah menuju laut itu. Semakin jauh dari padang ini semakin baik, pikirnya.

Laut itu maha luas. Dibawahnya debur ombak pecah menghantam batu karang.
Fyres melihat berkeliling mencari jalan turun. Namun ia tidak menemukannya. Kesemuanya tebing terjal penuh batu karang.

Fyres menatap kearah laut yang jauh. Berharap ada sebuah kapal yang akan menolongnya keluar dari tempat itu. Namun yang terlihat hanyalah kabut tebal. Ia mendengus dan duduk untuk menghilangkan rasa letihnya. Ia meresa sudah berjalan sangat jauh dan tidak memiliki tujuan.

Tiba-tiba sesuatu yang besar muncul dari balik kabut dan mendekat. Fyres berdiri dan berharap itu adalah sebuah kapal. Namun bukan, itu adalah sebuah pulau. Pulau mengapung yang berjalan mengarungi lautan.

Semakin dekat pulau itu semakin jelas. Sebuah pulau yang rimbun dengan pepohonan yang tumbuh subur. Diatas bukit dipulau itu, terlihat sebuah istana yang sangat besar den megah. Istana yang pernah ia lihat entah dimana. Sebuah gerbang besar dengan patung naga dikedua sisinya terlihat kokoh melindungi jalan masuk menuju istana.

Di puncak menara tertinggi istana itu, terlihat sebuah patung naga kecil. Naga itu menghembuskan api dari mulutnya. Naga itu juga melingkari sebuah pedang yang bertatahkan berlian. Sebuah pedang yang bercahaya terang.

Tiba-tiba saja Fyres merasakan kepalanya sangat pusing dan seperti akan meledak. Dunia seakan berpusing dalam pandangannya.

Pijakan kaki Fyres goyah dan ia terjatuh kedepan. Terjun bebas kearah batu karang dan lautan yang ganas.

Namun betapa ngeri Fyres. Dibawahnya kini bukanlah laut yang ganas. Melainkan lebih buruk. Sebuah lautan yang bergejoak panas.

Lautan magma.

****

Pagi itu langit cerah di Land of Miracle. Namun Fyres terengah – engah. Ia baru saja terbangun dari mimpi buruknya. Ia akhir - akhir ini selalu bermimpi buruk. Setelah memasuki Wonder World mimpi - mimpi itu semakin sering dan semakin membingungkan. Stres adalah penyebab utama yang ia duga. Masa muda penuh pikiran akan membuatnya cepat tua.

---

Claire dan Volans duduk dipojok tempat makan dilantai bawah. Setibanya ia dibawah. Mereka telah menghabiskan setengah makanan mereka.

Tempat makan motel ini terletak disamping kiri bangunan utama. Tempat itu jauh lebih bersih ketimbang Motel itu sendiri.

Beberapa orang sedang sarapan juga disana. Mungkin penduduk setempat. Mereka sarapan sebelum melakukan pekerjaan mereka masing – masing.

Tiga orang pria duduk di dekat pintu berbincang riang. Sepasang pria dan wanita dan juga seorang pria angkuh dengan sebilah pedang terlampir di pinggangnya. Ia duduk di bar sambil berbincang dengan pelayan. Dua orang lainnya terlihat di ujung restoran ini.

“Lama sekali!” ucap Volans sambil menyeruput minumannya kemudian melanjutkan makan. Fyres hanya tersenyum dan ia memesan makanan.

Tidak lama setelah itu muncul dua orang Dark Knight. Salah satunya membuka helmnya dan wajahnya terlihat sungguh angkuh. Bar mendadak sepi. Bagaikan sebuah radio kehabisan baterai.

Fyres : Fate of Dragon Warrior (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang