17 | Aku harus bagaimana?

368 57 11
                                    

Happy Reading

Jevan bersiul santai memasuki sekolah barunya, dengan gaya ala badboy di novel yang adiknya baca, ia menyugar rambutnya menebar pesona, ada yang berbeda dari penampilan nya, yaitu warna rambut nya menjadi pirang dengan tindik tempelan di telingany...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jevan bersiul santai memasuki sekolah barunya, dengan gaya ala badboy di novel yang adiknya baca, ia menyugar rambutnya menebar pesona, ada yang berbeda dari penampilan nya, yaitu warna rambut nya menjadi pirang dengan tindik tempelan di telinganya, yang ia beli kemarin bersama adiknya.

Masih waras dia tidak melubangi daun telinganya, bisa tidak makan satu tahun karena kemarahan ibunda Permaisuri yang Agung.

Tangan kanannya membawa paperbag yang ia tunjukan pada gadis di seberang lapangan.

"Yuhu Xiera!"

Senyuman lebar itu membuat matanya menyipit ia menghampiri gadis berkepang ala Elsa Frozen.

Xiera menoleh lalu berdehem sebagai jawaban.

"Buat lo, sebagai ucapan maaf gue atas kejadian yang tak mengenakan di masa lalu," Jevan menggigit bibir bawahnya membuat pekikan para betina terdengar keras.

"Please Jevan ganteng no debat!"

"Berdamage ya bund"

"Ganteng banget pengin jadi ibu dari anak-anak nya Jevan aw"

"Emang cewek itu siapanya Jevan?"

"Gue nggak tahu, katanya sih dulu satu sekolah, mungkin temen"

"Kalo pacar gimana?"

"Berarti kita belum beruntung"

Para Siswi yang bergerombol menjatuhkan bahunya dan menatap satu sama lain dengan pustus asa.

Jevan semakin mengembangkan senyumnya pongah, ia menatap Xiera yang sebatas pundaknya yang tengah melihat isi paperbag.

"Hoddie? " Jevan mengangguk ia berjalan mundur seraya menatap Xiera di depannya.

"Kemarin gue sama adek gue pergi ke mall, dan gue liat ada hoddie, jadi keinget lo, setiap gue liat lo selalu pakai hoddie di rumah, gue simpulin lo suka sama hoddie," jelas Jevan, lelaki itu mengambil sesuatu dari saku celananya.

"Mau permen?" Xiera menggeleng, ia tidak terlalu suka yang manis-manis, gadis berpipi tembam itu lebih Memfavoritkan makanan pedas.

"Nggak, Makasih." Jevan mengangguk lalu berganti berjalan beriringan dengan Xiera tidak jadi mengemut permen rasa melon itu, kan niatanya biar terlihat manis di hadapan gadis itu.

"Lexa!"

Xiera menolehkan kepalanya dan tersenyum melihat lelaki yang sedikit berlari menuju ke arahnya.

"Hai Biru," sapanya yang di balas senyum berdimple khas seorang Sabiru.

Jevan mengangkat alisnya dengan mata memincing ke arah pemuda bersurai hitam itu, melihatnya dari atas rambut sampai ujung sepatu.

About LexieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang