31 | AL

326 43 7
                                    

HAPPY READING

Xiera hanya dapat terdiam dengan tubuh kaku di depan meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Xiera hanya dapat terdiam dengan tubuh kaku di depan meja makan.

Bukan hanya kedatangan Elzhar yang membuatnya terkejut tapi juga sosok paruh baya yang memakai setelan jas yang pas di tubuh tegapnya.

Sarah hanya menghela nafas, lalu tersenyum untuk mencairkan suasana tegang ini.

"Xiera, dimakan entar telat sekolahnya" sarah mengambilkan nasi beserta lauknya lalu menepuk pundak gadis itu dua kali.

Xiera hanya mampu tersenyum kaku lalu mulai menyuapkan sesuap nasi ke mulutnya.

"Ka Ra mau berangkat" Levian dengan muka bantalnya duduk di samping gadis itu tanpa melihat sekitar.

"Levian" nada dingin itu sukses membuat Levian menegang dengan mata yang terbuka lebar.

"Ayah? kenapa ayah kesini? vian nggak mau pulang!" Vian takut jauh dari kakaknya lagi, apalagi bersama Ayahnya yang sekarang tak vian kenali lagi.

Sarka menatap dingin putranya lalu menatap Xiera dengan senyum miring, ia membenahi kacamatanya lalu bertopang dagu.

"Apakah Ayah pernah meminta pendapat mu Levian? mau tidak mau, suka tidak suka, kamu harus segera pulang." vian mengepalkan tangannya dengan mata berkaca kaca, bagaimana pun juga dia masih bocah 14 tahun yang sering dimanja.

"Aku-"

"Kakak mu itu juga akan pergi dari sini," Xiera mengangkat kepalanya yang sedari tadi menundukkan menatap nasi di atas piring.

"Maksud Ayah?" sarka melirik putrinya sebentar lalu menatap Elzhar yang ada di sampingnya.

"Kemasi barangmu dan mulai sekarang kamu akan tinggal dengan Elzhar begitu juga dengan Levian, kamu akan tinggal di rumah Ayah."

Elzhar tersenyum menatap tunangannya yang nampak terdiam.

Levian nampak tak terima "Ayah nggak bisa seenaknya gitu! Vian nggak pernah mau! never! Sarka breng-" belum sempat Levian menyelasaikan ucapannya tengkuknya terasa tertusuk jarum, kepalanya berdenyut nyeri seiring tubuhnya jatuh ke pundak Xiera.

"Vian!" Xiera dan sarah nampak terkejut ketika melihat salah satu bodyguard yang berjaga menyuntik Levian.

Sarka tersenyum menang, ia bangkit berdiri bahkan makanan di meja masih utuh.

"Bawa anak itu." suruh nya pada pria kekar itu, ia berjalan tegap keluar mansion bersama Levian yang dibawa oleh bodyguard nya.

Xiera menangis dalam diam, wajahnya tertunduk, air matanya mulai berjatuhan namun gadis itu nampak diam tak terdengar apapun.

Sarah hanya bisa terdiam tak bisa berbuat apapun, dia sendiri, suaminya telah meninggal, jadi apa yang bisa perempuan tua itu lakukan?

Elzhar berdiri dari duduknya dan menghampiri Xiera, mengelus bahunya dari belakang dan membisikan kata yang membuat kepalan erat pada tangan Xiera.

Elzhar menegakan tubuhnya lalu menatap Sarah yang juga tengah menatapnya.

Tangan besarnya mengambil jemari mungil Xiera untuk ia genggam dan menariknya beediru, beralih merangkul bahunya dan membawanya pergi tanpa berpamitan pada Sarah, tak ada penolakan dari gadis yang ia gilai setengah waras itu membuat senyumnya kian mengembang.

Meja makan nampak sepi hanya ada sarah dan beberapa pelayan.

Sebelum Aithan datang dengan rambut acakan dan dasi yang belum terpasang benar.

"Anjir gue telat bangsat, jam berapa ini woy! nek kenapa nggak bangunin Aithan?!"

Aithan makan dengan buru-buru, setelah selesai ia pamit pada Sarah dan saat itu Aithan melihat wajah neneknya yang terlihat sendu.

"Nek, why?" tanya Aithan

Sarah hanya menggeleng lalu bangkit dari duduknya bahkan ia tidak menyentuh makanannya sedikitpun.

Aithan  baru sadar "Si tua bangka itu bastrard! anying lah!"

***

Mobil putih itu berhenti di parkiran sekolah yang tengah ramai.

Elzhar melirik gadis manis di samping nya yang hanya duduk dengan diam, ia mendekat melepas sabuk pengaman yang Xiera kenakan.

"Udah ngelamunnya Cantik?" Xiera  sedikit berjengkit kaget namun tak mengatakan apa-apa, raut wajahnya tak bisa terbaca.

Elzhar masih di posisi mengukung Xiera dengan  wajah yang begitu dekat, manik mata mereka bertemu namun hanya hening yang menyapa.

"Gemes banget, can i kiss you Cantik?"

Xiera memalingkan wajahnya dengan tangan terkepal di bawah.

"Hanya pipi," Elzhar tersenyum saja lalu mengecup pipi tembam Xiera yang membuatnya gemas, bukan sekali namun berkali-kali hingga gadis itu mendorongnya menjauh.

Elzhar tersenyum menang ia lantas turun dari mobil di ikuti oleh Xiera yang kini hanya diam menyembunyikan  kepalan tangannya di saku hoddie yang ia kenakan.

Xiera mendongak merasakan elusan di kepalanya siapa lagi kalau bukan Elzhar pelakunya.

Halaman sekolah memang tengah ramai, tentu saja karena festival pertemanan akan di mulai 2 hari ke depan.

Elzhar menggandeng tangan Xiera menuju teman-temannya.

"Nanti kita izin buat latihan  terakhir okay, " Xiera diam mengangguk sekali.

"Xiera!" pemuda itu melambaikan tangannya, tersenyum  menampilkan dimple yang menjadi pesonanya.

Elzhar mengeratkan genggamannya, Xiera hanya miliknya, Elzhar akan membuktikan itu sekarang.

hay hay hay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hay hay hay

Makin kesini aku makin males buat nulis, tapi aku coba buat tamatin cerita ini.

Buat kalian yang masih nungguin Elzhar&Xiera makasih banyak dukungannya terutama kalian yang vote dan komen itu mood banget buat bangkitkan semangat aku untuk nulis.

Maaf sudah menunggu lama🤍

See you next chapter.

Fadeljull
07 Maret 2023

About LexieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang