AL | 38

97 21 6
                                    

HAPPY READING

Elzhar mengulurkan air mineral yang disambut baik oleh Xiera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elzhar mengulurkan air mineral yang disambut baik oleh Xiera.

"Makasih." Elzhar mengangguk tersenyum, ia mengusap pelipis gadis itu yang berkeringat dengan tangannya.

Xiera yang tengah minum tak terlalu menghiraukan apa yang Elzhar lakukan. Cuaca panas membuatnya begitu kelelahan.

Elzhar yang peka Xiera kepanasan, mengedarkan pandangannya ke sekitar kantin yang ramai siswa, pandangannya jatuh pada siswi yang tengah membawa kipas portabel kecil berwarna pink.

Nampak Siswi itu gugup mendapati pandangan Elzhar tertuju padanya, atau lebih tepatnya pada benda kecil yang sedang ia gunakan.

"Lo sini." Suara Elzhar yang cukup keras membuat atensi beberapa siswa beralih padanya.

Siswi itu menelan salivanya dan menunjuk dirinya sendiri, Elzhar tak mengatakan apapun, sorot tajam ia berikan ketika siswi itu malah planga plongo tidak jelas.

Mengerti dirinya sedang di tatap tajam, dengan kaku berjalan menuju Elzhar yang tengah merangkul pinggang Xiera yang tak tertarik sedikitpun oleh kelakuannya.

"I- iya kak?"

Tanpa berucap sepatah katapun, Elzhar mengambil kipas itu dari tangan siswi tadi.

"Pergi."

Kejadiannya begitu cepat hingga Siswi itu masih mematung dengan mata mengerjap pelan, dengan keadaan linglung siswi itu melangkah pergi dengan tangan kosong.

Elzhar mengamati benda ditangannya dan menemukan tombol, angin segar langsung menerpanya, Elzhar tersenyum dan mengarahkan kipas kecil itu pada wajah manis Kekasihnya.

Merasa dingin menyentuh permukaan kulitnya, Xiera yang tengah melamun dengan mata tertutup itu lantas menoleh dan mendapati wajah ceria Elzhar.

Berbarengan dengan pesanan mereka yang sudah tiba, Xiera tersenyum mengucapkan terimakasih.

Elzhar tak mengalihkan matanya sedikitpun dari sosok Cantik di depannya, dengan riasan yang masih on point, Xiera tampak berkali lipat lebih cantik dari biasanya. Dress yang ia pilihkan memang pas untuk kekasih manisnya ini.

"Makan Kak." Xiera mengulurkan sendok berisi nasi dan lauk tepat di depan mulut Elzhar yang kini merona merah.

Dengan senang hati ia membuka mulutnya dan Xiera langsung memasukan nasi itu dengan pelan.

Elzhar mengunyah dengan hikmat. Makanan biasa bisa jadi enak seperti bintang lima ketika Xiera yang menyuapinya.

Elzhar membuka mulutnya lagi meminta disuapi. Dengan tangan yang masih memegang kipas portabel yang mengarah pada Xiera, meraka sukses membuat orang lain iri.

Xiera dengan telaten menyuapi Elzhar hingga makanan di piringnya habis, ia sudah kenyang tapi cowok yang berstatus pacarnya ini malah mengulurkan jatah makannya yang belum tersentuh dan menyuruh Xiera untuk menyuapinya lagi.

Hingga piring kedua mereka habis, Xiera tak makan sedikit pun hanya Elzhar yang menghabiskan piring keduanya.

"Makasih Cantik." Xiera mengangguk membalas senyum Elzhar yang menawan.

"Dapat kipas dari mana?" Yang Xiera dapat dari pertanyaannya adalah cengiran Elzhar yang lucu membuat Xiera tak sadar tertawa pelan.

Elzhar mengeratkan pelukan nya pada pinggang Xiera hingga pundak Xiera dan dada Elzhar menempel, lelaki dengan mata tajam itu mengecup pipi Xiera yang kini mematung dengan mulut sedikit terbuka.

"Gemes banget."

Elzhar tak menghiraukan tatapan terkejut para siswa yang ada di kantin  tak terkecuali Xiera yang kini mendapatkan debaran itu lagi.

***

Jevan menggigit bibirnya dengan kesal, ia pergi dari kantin membawa rasa yang mengganjal di hatinya.

"Gue nggak akan biarin mereka bahagia, setelah menghancurkan hidup adik gue." Gumam Jevan pelan setelah melewati pintu kantin, ia berjalan menuju atap sekolah.

"Sia-sia dong gue buat Xiera keluar dari sekolah kalo akhirnya dia bahagia sama laki-laki bajingan itu, harusnya lo balas dendam Ra sama laki-laki yang udah bunuh Zoya." matanya menyorot tajam pada lapangan sekolah yang terlihat dari atas gedung.

"Itu tujuan gue, supaya lo ketemu Elzhar si bajingan dan ingat sahabat lo yang udah terbunuh dengan keji! Tapi lo malah seneng-seneng! Bangsat!"

Jevan mengepalkan tangannya hingga uratnya timbul pada besi pembatas.

"Udah gue bilang cewe itu nyusahin." Jevan menegang kaku ia berbalik cepat dan menemukan sosok yang ia kenali.

"Hai Jevan lama nggak ketemu, padahal sekarang satu sekolah." Lelaki itu tersenyum miring, ia melangkah mendekati Jevan yang kini menatapnya tanpa ekspresi.

"Gimana kabar... " Ucapannya terjeda lalu terkekeh pelan.

"Mayat adik lo?"

Secepat perkataannya selesai bebarengan dengan pukulan di wajahnya.

"Bangsat lo!" Murka Jevan, nafasnya tersengal, urat di lehernya menonjol dengan muka memerah.

Lelaki di depannya tertawa pelan lalu meludah dengan kasar.

"Chill bro, gue cuma mau nawarin kerja sama buat hancurin Elzhar." Jevan terkejut dengan perkataannya.

"Gue udah muak sama kelakuan sok berkuasanya! Kaget? Lo kira gue temenan sama dia karena murni jadi teman?" Lelaki itu tertawa pelan.

Jevan menyorot tajam netra lelaki di depannya yang juga balik menatapanya.

Awalnya ia tak ingin tangannya kotor untuk menghancurkan keturunan Alcander itu, namun jika ia tak bertindak maka jiwa adiknya tak tenang jika si pembunuh masih berkeliaran dan tersenyum bahagia dengan sahabat adiknya sendiri.

Raut muka Jevan berubah yang di sadari lawan bicaranya, lelaki itu tersenyum culas.

'nggak akan gue biarain lo bahagia Elzhar, Lexiera itu hanya ditakdirkan buat gue, bukan sama pembunuh.'

Anyeong Jangan lupa vote dan komen yang banyak ya manteman💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anyeong

Jangan lupa vote dan komen yang banyak ya manteman💗

see you next chapter...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About LexieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang