29 | AL

359 44 0
                                    

Hai, terimaksih sudah menunggu cerita ini dan juga pembaca yang sudah menghargai karyaku dengan Vote dan komen, Saranghae 🤍

Happy Reading

Elzhar menumpukan kepalanya pada stir mobil dengan tangan meremat rambutnya kuat.

Sudah cukup dia bersabar hingga titik dimana dia tak dapat menekan emosinya, mencoba untuk tak berbuat kasar pada Xiera.

Elzhar mengusap kasar air matanya dan tertawa, orang benar Cinta memang segila ini, dan gadis itu yang harus bertanggung jawab atas debaran hebat di jantungnya.

"Sekarang nggak lagi! Aku beri kamu satu hari besok dan setelahnya, jangan harap bisa lari lagi. " Elzhar menatap foto polaroid gadisnya, seorang yang amat di inginkan nya di dunia ini, mengelus nya pelan seolah sosoknya nyata.

**

Suara kicauan burung di dahan ranting rumah besar itu mengusik seorang gadis dari tidurnya, retina hazel berkilau itu mengerjab dengan pelan.

Tenggorokannya terasa kering dan pusing melanda kepalanya, merasa beban pada pundak dan perutnya, gadis bersurai hitam itu menoleh dan mendapati adiknya tertidur memeluknya.

"Vian... "

Xiera tersenyum mendengar dengkuran halus dan pelukan adiknya semakin mengerat.

"Kak udah bangun? mana yang sakit?" Vian bertanya dengan mata terpejam enggan meninggalkan kenyamanan yang ia rindukan saat ini.

"Nggak ada," Xiera mengelus rambut Vian dan mencium keningnya, sang empu membuka matanya dan tersenyum.

"Vian khawatir banget sama kak Ra sewaktu kak Jevan gendong kak Ra yang pucet, Vian takut terjadi hal buruk sama Kak Ra," sebenarnya dia ingin tau apa yang terjadi dengan kakaknya itu, namun urung Levian tak ingin membebani pikiran kakanya.

Xiera terdiam sebentar "nggak ada, kaka cuma kelelahan doang, ayo bangun, udah siang" Vian memandang kakanya itu tanpa kedip lalu mengangguk dan bangun dari ranjang kamar Xiera.

"Vian tunggu diluar, jangan lupa mandi kak! Muach" Vian mengecup pipi bulat kakanya hingga bersuara dan berlari keluar.

gadis dengan piyama putih itu terkekeh namun ketika pintu itu tertutup senyuman di bibir pucatnya menghilang diganti dengan ringisan, ia menggigit bibir bawahnya mencoba untuk menahannya.

Mengabaikan rasa pusing gadis bertubuh jenjang itu melangkah ke kamar mandi.

Xiera keluar dengan kaos putih dan celana pendek, dengan tangan yang sibuk mengeringkan rambutnya.

Mengecek handphone nya dan menemukan panggilan tak terjawab dari Emira, ah dia merasa bersalah sekarang.

Emira

5 panggilan suara tak terjawab

Emi maafin aku semalam ada masalah jadi aku nggak bisa dateng

| ngk pp kok, gmn klau gue aja yg kerumah lo, ngk papa kan? Btw lo dirmah ?

Iya aku dirumah, bentar aku sharelock

|Oke otw

Di sebrang sana gadis bersurai merah itu menatap handponnya lalu menyimpannya di atas nakas tempat tidur.

Menuju lemari pakaian dan mulai memilih apa yang cocok untuknya.

Tok tok

Bunyi ketukan pintu membuatnya memutar bola matanya malas.

"Masuk."

Pilihannya jatuh pada celana jeans hitam dipadukan dengan kaos senada.

"N-nona sarapan anda sudah s-siap" nampan berisi makanan khas barat itu bergetar pelan hingga bunyi cangkir minumnya terdengar samar.

"Letakan dan pergi!" suruhnya tanpa melirik sedikit pun.

Pelayan muda itu nampak menghela nafas seraya meletakan makanan di meja santai.

"Aaa.. " gadis dengan piyama langit malam itu mendekat saat memikirkan sesuatu seraya menatap pelayan itu intens.

"Gue mau pergi, jangan berani untuk kabur atau lo tau akibatnya paham?" mengangguk kaku pelayan itu lantas keluar saat gadis itu menyuruhnya.

"Menyenangkan!"

**

"Nek nanti ada temenku kesini," Xiera menghampiri neneknya yang tengah menonton TV.

"Oh siapa? lelaki atau perempuan?" Sarah menetap cucunya jahil, Xiera hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Cewek nek, namanya Emira, temen sekelasku," jelas Xiera dan sarah mengangguk pelan, kembali fokus pada televisi.

"Tadi malam kamu-" belum sempat sarah bertanya, sosok remaja lelaki tampak mendekat dan mengejutkan Xiera.

"Kak Ra ayo main!" Levian memeluk kakaknya dari belakang.

Xieta tertawa pelan melihat adiknya yang manja itu, sarah melirik mereka "kakakmu itu harus istirahat Vian," Levian menatap neneknya lalu membuang muka.

"Kakak harus istirahat ya?" Levian menatap sendu kakaknya, sebenarnya dia ingin bermain dan menghabiskan waktu bersama, entahlah remaja lelaki itu merasa kakaknya akan pergi lagi.

"Nggak kok, kakak udah sehat, katanya vian mau main, kita main masakan yok!" seru Xiera antusias yang dibalas senyum lebar adiknya.

"Ayok! Kita bikin kue, Vian mau makan kue buatan Kak Ra!" Xiera tertawa dan mengangguk seraya merangkul adiknya itu menuju dapur dan siap bertempur dengan alat dapur.

**

"Nathan!"

Qirane menatap putranya yang tengah mengeluarkan emosinya itu, barang yang ada di kamar Elzhar sudah tak terbentuk kecuali foto yang mungkin tak akan pernah lecet itu.

"Bund, dia pergi! dia nggak mau sama Nathan gimana?!" Elzhar membanting lampu tidur hingga pecah.

"Iya, kita jemput Xiera ya Nathan," Qirane memeluk putranya yang tak berhenti untuk mengamuk.

"Bund, Nathan udah nggak bisa nurutin cara bunda, Nathan mau cara nathan sendiri untuk pertahanin Xiera di samping nathan." Elzhar menyandarkan kepalanya pada bahu bunda nya itu.

"Bunda mau nerima apapun keputusan Nathan kan?" Qirane menatap putranya itu bingung tak bisa menolak dia mengangguk pelan.

Elzhar tersenyum, sekarang dia bisa melakukan apapun agar gadisnya berada di sisinya, bahkan merantai nya sekalipun.

To Be Continue

Sinyal rumahku lagi susah╥﹏╥
Fadelljul
07 Juli 2022

About LexieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang