Quest 10 : Buatlah tokoh utama pergi ke sebuah tempat(bebas). Ternyata ia melihat mantan/orang yang dulu pernah ia sukai. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.
Adzan subuh berkumandang menyapa para pejuang hidup yang siap untuk beribadah kepada sang Khaliq. Dalam balutan kebingungan sejak istikharah di laksanakan. Haydar tetap teguh di atas hamparan sajadah bermunajat kepada-Nya. Suara dzikir dan sholawat menjadi sandaran hatinya saat ini.
Sebagai anak pertama dia memiliki rasa bakti yang besar, apapun akan dia lakukan. Apalagi terhadap umi tercinta. Permintaan uminya untuk menikah dengan seorang gadis yang belum dia kenal, membuatnya hanya bisa berpasrah diri kepada-Nya.
Belum selesai dengan kenyataan bahwa gadis itu adalah anak dari sahabat seperjuangan orang tuanya, ternyata dia juga adalah muridnya sendiri. Yah, dia Ilyana Candra.
*****
Dalam balutan mukena seorang gadis duduk tenang membaca tahiyat akhir. Setelah salam dia pun berdoa. Dia tadahkan kedua tangannya.
"Ya Allah, ampunilah dosa hamba yang belum bisa menerima ujian, belum bisa sabar, dan bersyukur atas segala nikmat yang engkau berikan. Di luaran sana, masih banyak orang yang tidak memiliki orang tua, tapi mereka bersyukur atas hidup mereka.
Yana sadar mami dan papi pasti khawatir, tapi maaf Yana masih ingin sendiri."Yah, Yana. Walau gadis itu tak banyak paham tentang agama. Yana sadar sholat adalah kewajiban, meski banyak bolongnya. Apalagi sekarang dia semakin ingin dekat pada agamanya.
Yana merasakan sesuatu yang asing dalam dirinya. Sejak mendengar suara merdu Haydar dan sejak dia penasaran dengan agamanya. Yana sering menonton ceramah agama di YouTube atau aplikasi lainnya.
Dulu dia takut, jangankan menonton, melihat ada ceramah lewat di berandanya. Pasti akan langsung dia skip.
*****
Matahari sudah mulai naik dan hari ini adalah hari di mana Yana akan jalan-jalan dengan Nisha. Walaupun dengan membolos.
Outfit yang Yana kenakan cukup simpel. Karena Yana memadankan turtle neck top lengan panjang dengan rok midi berbahan jeans. Tidak lupa tas ransel kulit berwarna hitam menjadi pilihannya. Semuanya itu milik Nisha, bukan Yana.
Yana memandang dirinya di cermin. Rambut hitamnya, mahkotanya, belum bisa dia tutup dengan jilbab. Yana merasa dia ingin sekali menggunakan kain pelindung itu. Tetapi bukan sekarang.
Dirasa cukup, Yana keluar dari kamar dan menemui Nisha yang menunggunya di ruang tamu. Kebetulan orang tuanya sedang ada acara, dan Nisha juga sudah meminta izin.
"Lama banget sih, Maemunah!" cecar Nisha.
"Ya udah, ayok!" Yana menarik tangan Nisha.
*****
Taman dengan aksen kreatif menjadi pilihan mereka. Bunga dan daunnya berasal dari botol dan plastik, tetapi ada yang asli juga.
Yana mengusap kedua tangannya siap memborong jajanan pedagang kaki lima.
"Gua mau cimol, cilok, es krim, ketoprak, sama lonte. Eh, astaghfirullah, lonte," ujar Yana histeris.
"Diem! Lo udah makan bakso sama sate tadi, gak takut gendut?"
"GAK!" teriak Yana tepat di telinga Nisha.
"Berisik banget, sih. Bisa-bisa tuli mendadak gua denger suara toa lo!" Nisha mengusap kupingnya.
"Woi, tungguin gua," teriak Nisha.
Dengan langkah cepat Yana menembus segerombolan orang yang lewat jalan masuk. Karena jalan yang ramai, Yana tak sengaja menabrak dada seseorang.
"Aduh," Yana mengusap pantatnya.
Bukan yang ditabrak yang jatuh, melainkan dirinya. Yana langsung berdiri dan menarik tangan pria yang ditabraknya. Betapa terkejutnya Yana melihat pria dengan kaos hitam itu. Pria itu pun sama terkejutnya seperti Yana.
Dia Andreas, teman sepermainannya waktu kecil plus cinta pertamanya, walau umur Andreas jauh di atas Yana. Mereka berpisah lantaran Andreas dan keluarganya yang pindah ke London.
"Buset!"
Jantungnya seperti meloncat keluar. Yana segera melepaskan tangannya dan segera berlari menuju arah jalan keluar. Sangat kencang hingga napasnya tersengal.
"Hah, huftt ... Astaghfirullah, kenapa Andreas di sini?" Yana menyeka wajahnya yang penuh keringat.
"Mana, nih, jantung gak bisa diem lagi. Lo itu udah punya pak Haydar, jadi gak udah berkhianat sama dia, yah," ujar Yana seraya menepuk-nepuk dadanya.
"YANA!" teriak Nisha kesal.
"Ditinggalin mulu, setan!" Nisha menggeplak pundak Yana.
Yana mengusap pundaknya, "gua lari sekencang-kencangnya, tuh. Gara-gara ada bang Andreas tadi,"
"WHAT! Serius?" tanya Nisha dan Yana mengangguk.
"Gak CLBK, nih?"
Yana memandang Nisha sengit, "gak! Gua udah punya gandengan,"
"Siapa?"
"Pak Haydar,"
Mata Nisha membulat, "kok bisa? Kan kalian baru ketemu. Lagian, pak Haydar emang mau sama Lo?"
"Pastilah, karena nama kita itu udah tertulis di lauful mahmud," Yana mengibas-ngibaskan rambutnya.
"Lauhul Mahfudz yang bener," ucap Nisha memperbaiki.
"Sama aja, yok makan! Gua laper,"
"Dasar rakus, dari tadi kerjanya makan mulu."
Mereka tidak sadar ada yang memperhatikan tingkah keduanya. Netra coklatnya bergerak seirama dengan pergerakan Yana.
"Kita bertemu lagi, Ana,"
696 kata
Rin_Blueberry
wga_academy
KAMU SEDANG MEMBACA
Buyung Upik (End)
RomancePerkara jamu tradisional anak 'Buyung Upik' #WGA _fest